Day 4

3.3K 356 10
                                    

"Selamat pagi, Ahjumma!" Jeongyeon memasuki toko bunga tempat ia bekerja dengan langkah kaki yang semangat. Senyuman tidak terlepas dari wajahnya. Hal itu tentu saja membuat Ahjumma bingung melihat anak buahnya yang bersikap tidak seperti biasanya.

"Yak, anak muda! Ada apa dengan wajah gembira dan senyumanmu itu?" tanya Ahjumma melihat Jeongyeon tidak hentinya tersenyum. Bahkan Ahjumma sedikit takut melihat senyuman yang hampir seperti cengiran itu.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang bergembira memulai hari. Apa hari ini sudah ada pesanan bunga yang harus kuantar?" tanya Jeongyeon dengan semangat.

"Tentu belum ada. Aku bahkan baru saja membuka toko lima menit yang lalu. Sebentar lagi mungkin Nayeon akan datang untuk memesan bunga." jawab Ahjumma.

"Ah, Nayeon yang dari kafe seberang itu, kan?"

"Iya." jawab singkat Ahjumma sambil mulai membereskan beberapa bunga di etalase.

"Apa setiap hari ia akan membeli bunga baru disini?"

"Iya."

"Sejak kapan ia melakukan hal itu? Apa Ahjumma dekat dengannya?" tanya Jeongyeon penasaran. Ia seperti sedang mencoba mencari tau keseharian Nayeon selama Nayeon menghilang dari sisinya.

Ahjumma yang melihat gelagat aneh Jeongyeon dan pertanyaan-pertanyaan acak Jeongyeon langsung menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah Jeongyeon.

"Kenapa kau bertanya-tanya soal Nayeon? Jangan bilang kau menyukainya, ya?!" tanya Ahjumma berusaha menginterogasi Jeongyeon dengan tegas. Ia menodongkan sekop kecil yang ia pakai untuk mengambil pupuk ke depan wajah Jeongyeon. Hal itu tentu saja membuat Jeongyeon salah tingkah.

"Ah, t-tidak, a-ku hanya-"

Sebuah lonceng yang berbunyi menandakan adanya pengunjung yang masuk ke toko membuat ucapan Jeongyeon terhenti dan perhatian mereka tertuju pada seseorang yang baru saja masuk ke toko.

"Selamat pagi, Ahjumma!" ucapan lembut Nayeon membuat ekspresi tegas Ahjumma yang tadi ia berikan pada Jeongyeon seketika berubah menjadi ekspresi lembut penuh kasih sayang.

"Selamat pagi, Nayeon! Ingin memesan bunga seperti biasa?" tanya Ahjumma dengan lembut sambil menghampiri Nayeon.

"Iya, Ahjumma, dan aku juga ingin memesan beberapa bunga tambahan karena hari ini ada acara spesial di kafe." jawab Nayeon tidak kalah lembut.

Jika kalian bertanya apa yang Jeongyeon lakukan sekarang, jawabannya adalah ia sedang berusaha mengalihkan perhatiannya dari Nayeon dengan berpura-pura melihat bunga-bunga yang ada di etalase.

"Jeongyeon! Ayo, cepat bantu aku menyiapkan bunga pesanan Nayeon. Jangan hanya diam memandangi bunga-bunga itu! Bisa layu mereka nanti jika terus kau pandangi." ucapan Ahjumma membuat kegiatan Jeongyeon yang sedang asyik memandangi bunga menjadi terhenti.

Tanpa sengaja mata Jeongyeon bertemu dengan mata Nayeon saat ia menengok ke arah Ahjumma, membuatnya menjadi salah tingkah.

"I-iya, b-baiklah." jawab Jeongyeon dengan gugup. Bahkan sangking gugupnya, Jeongyeon membuat pupuk yang ada di karung menjadi tumpah karena tanpa sengaja ia menendangnya.

"Aish! Maafkan aku, Ahjumma! Aku akan segera bereskan ini. Maafkan aku. Maafkan aku." Jeongyeon membungkukkan tubuhnya berkali-kali untuk meminta maaf dan segera merapihkan pupuk yang berantakan karenanya.

Tanpa sadar, Nayeon menyunggingkan sebuah senyuman melihat Jeongyeon yang salah tingkah di hadapannya.

"Maafkan anak buahku itu, Nayeon. Baru dua hari ia bekerja disini, kepalaku sudah seperti mau pecah. Aku tidak mengerti dengan sikapnya."

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang