Day 6

3K 367 48
                                    

"Selamat pagi, Nayeon Unnie!"

"S-sana? Ada apa pagi-pagi seperti ini sudah datang?" Nayeon terlihat bingung melihat Sana yang datang ke kafe sepagi ini. Bahkan, Nayeon saja baru akan membuka pintu kafe.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin membantumu merapihkan kafe. Aku bosan hanya berada di rumah Mingyu Oppa. Hitung-hitung, sampai aku mendapatkan pekerjaan di sini." jelas Sana.

Nayeon hanya tersenyum canggung sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Dirinya antara percaya tidak percaya dengan penjelasan Sana.

Nayeon mulai membereskan meja kafe dan menyiapkan beberapa bahan untuk dapur dibantu dengan Sana. Tinggal satu lagi yang harus Nayeon siapkan, yaitu hiasan kafe.

"Sekarang, apa kita akan membeli bunga untuk kafe?" tanya Sana dengan semangat.

"Ah, sudah kuduga, pasti ingin bertemu Jeongyeon." batin Nayeon.

"Ah, iya. Kau tunggu saja disini, aku akan membeli bunga sebentar." Nayeon langsung mengambil dompetnya dan langsung berjalan meninggalkan Sana di kafe. Membuat Sana yang ingin protes untuk ikut hanya bisa terdiam.

°°°

Nayeon menarik napas panjang sebelum tangannya membuka pintu toko bunga yang ada di hadapannya. Saat ia masuk, senyum ramah Ahjumma sudah menyambutnya.

"Selamat pagi, Ahjumma."

"Selamat pagi, Nayeon. Baru kemarin aku tidak bertemu denganmu, rasanya aku sudah rindu." ucap Ahjumma dengan lembut sambil menarik tangan Nayeon untuk duduk di salah satu bangku di sana.

Nayeon tersenyum lembut mendengar perkataan ahjumma. Namun, matanya kini mencuri-curi pandang, berusaha mencari kehadiran seseorang yang sejak kemarin membuatnya gelisah.

"Kau mencari apa, Nayeon?" tanya Ahjumma saat melihat Nayeon seperti mencari sesuatu.

"Ah, t-tidak. Aku hanya sedang melihat-lihat koleksi bunga milik Ahjumma. Aku penasaran apakah ada yang baru." ucap Nayeon beralasan.

"Ah, iya ada koleksi bunga yang baru. Jika kau ingin melihatnya, ayo biar aku tunjukkan." Ahjumma mengajak Nayeon ke bagian belakang etalase untuk melihat koleksi bunga yang baru saja datang. Nayeon memanfaatkan situasi itu untuk mengamati keseluruhan toko, berusaha mencari keberadaan Jeongyeon.

"Apa dia tidak datang hari ini?" batin Nayeon.

Pertanyaan dalam hati Nayeon langsung terjawab saat Ahjumma berkata, "Ini beberapa koleksi bunga baru yang sudah Jeongyeon ambil. Beberapa sisanya sedang Jeongyeon ambil sekarang."

"Ah, jadi dia sedang mengambil bunga." senyum Nayeon terbentuk saat dirinya tau Jeongyeon masuk kerja hari ini, dan otomatis dirinya akan bertemu Jeongyeon hari ini.

"Ahjumma, aku pesan bunga baru ini dan beberapa bunga yang seperti biasanya."

"Baiklah, kau tunggu saja dulu, ya. Aku akan menyiapkannya." Nayeon tersenyum lembut pada Ahjumma lalu berjalan menuju meja tunggu.

Suara pintu toko yang terbuka berhasil membuat Nayeon mengalihkan pandangannya ke arah pintu dengan sangat cepat. Senyumnya terukir saat melihat siapa orang yang datang, yaitu Jeongyeon. Namun, sedetik kemudian senyumnya memudar saat melihat ada seseorang yang mengikuti di belakang Jeongyeon.

"S-sana?!"

Ucapan Nayeon membuat Jeongyeon kaget. Ia baru menyadari ada kehadiran Nayeon di toko. Entah kenapa, sekarang Jeongyeon yang khawatir Nayeon akan salah paham saat melihatnya masuk ke toko bersama Sana.

"N-nayeon? Kau sudah lama di sini? Apa sudah bertemu Ahjumma?" tanya Jeongyeon.

"Sudah." Nayeon hanya menjawab sesingkat itu sebelum kini ia mengalihkan perhatiannya ke Sana.

"Kenapa kau ada di sini, Sana? Siapa yang menjaga kafe?"

"Mingyu Oppa sudah datang. Tadi, dia mencarimu, jadi aku putuskan untuk menghampirimu kesini. Dan tidak sengaja bertemu Jeongyeon Oppa saat ia sedang ingin masuk ke toko." jelas Sana.

Nayeon terlihat berpikir sebentar sebelum dirinya menatap Jeongyeon sejenak, lalu berkata pada Sana, "Kalau begitu, aku akan kembali ke kafe sekarang. Ini uang untuk pembayaran bunga. Mingyu pasti sudah menungguku di kafe." Nayeon mengucapkan kalimat terakhirnya dengan penuh penekanan, membuat Jeongyeon menatapnya tajam.

Nayeon melihat dan menyadari tatapan Jeongyeon, namun ia justeru malah memberikan smirk-nya pada Jeongyeon. Sedangkan Sana, ia hanya tersenyum lebar mendengar perkataan Nayeon. Setidaknya, waktunya bersama Jeongyeon bisa lebih lama.

°°°

Seperti biasa, Jeongyeon akan datang ke kafe tempat Nayeon bekerja untuk membantu menata bunga. Namun kali ini, ada yang sedikit berbeda. Jika biasanya Nayeon yang membantunya menata bunga, kini Sana lah yang membantunya. Justeru, Nayeon kini sedang sibuk mengobrol bersama bosnya, Mingyu. Pemandangan Nayeon yang sedang asyik mengobrol bersama Mingyu berhasil membuat hati Jeongyeon memanas.

"Kendalikan emosimu, Jeongyeon!" ucap Jeongyeon dalam hatinya sambil tangannya menampar kecil pipinya sendiri berusaha menyadarkan dirinya untuk mengendalikan emosinya. Tapi tanpa sadar, Jeongyeon menggunakan tangan yang kotor  bekas tanah, sehingga pipinya kini juga ikut kotor.

"Oppa.." panggil Sana dengan lembut sambil tangannya kini dengan sigap membersihkan pipi Jeongyeon menggunakan sapu tangan miliknya.

"S-sana?! Apa yang-"

"Ssstt! Aku sedang membersihkan wajahmu dari kotoran." wajah Sana yang sangat dekat dengan wajahnya membuat Jeongyeon salah tingkah.

Ditengah adegan romantis Jeongyeon dan Sana, tiba-tiba saja tangan Sana ditarik oleh seseorang. Dan orang itu tidak lain adalah Nayeon.

"Unnie? Ada apa?" tanya Sana dengan bingung karena dirinya kini ditarik menjauh dari Jeongyeon.

"Ah, kau dipanggil oleh Mingyu. Katanya, ada hal yang sangat penting. Cepat sana, kau ke ruangannya!" Nayeon mendorong pelan tubuh Sana untuk berjalan menuju ruangan Mingyu. Sana yang bingung hanya mengikuti perintah Nayeon.

Jeongyeon terdiam menatap pemandangan di depannya. Sampai akhirnya Nayeon mengusirnya secara halus. "Kau boleh kembali ke tokomu sekarang, Jeongyeon."

"Tapi, aku belum selesai semua menatanya."

"Biar aku yang melanjutkan. Sekarang, kau kembali ke tokomu." ucap Nayeon dengan tegas, mengisyaratkan tidak menerima penolakan.

Jeongyeon hanya menurut. Nayeon kini mengantar Jeongyeon sampai ke luar kafe.

"Terima kasih sudah membantu." ucap Nayeon tanpa menatap mata Jeongyeon.

"Sama-sama."

Hening.

Terjadi keheningan di antara keduanya sebelum akhirnya Nayeon memutuskan kembali masuk ke dalam kafe.

"Kalau begitu aku masuk dulu." tanpa menunggu jawaban Jeongyeon, Nayeon sudah melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

"Kau lucu saat cemburu." ucapan Jeongyeon yang tidak cukup kencang namun tetap terdengar oleh Nayeon membuat pipi Nayeon seketika merona.

Mendengar tawa kecil Jeongyeon saat mengatakan kalimat tersebut membuat Nayeon semakin malu. Ia semakin mempercepat langkahnya masuk ke dalam kafe, meninggalkan Jeongyeon yang menatap tubuh belakangnya dengan sebuah senyuman.

°°°

"Nayeon Unnie! Oppa tidak memanggilku. Aku justeru diusir olehnya saat masuk ke ruangannya." ucap Sana dengan cemberut saat keluar dari ruangan Mingyu.

Nayeon hanya tersenyum kecil melihat Sana yang seperti anak kecil merajuk.

"Lain kali, jangan nakal makanya!" ucap Nayeon dengan senyum jahil. Ia lalu meninggalkan Sana yang bingung dengan perkataan Nayeon.

"Nakal? Aku nakal kenapa, Unnie?!" pertanyaan Sana tidak digubris oleh Nayeon, membuat Sana kembali merajuk pada unnienya itu.

"Jangan nakal dengan mendekati milikku." ucap Nayeon dalam hatinya.

Bersambung..

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang