Hari ini adalah hari Minggu, hari yang menandakan kebebasan bagi Nayeon karena setiap hari Minggu, kafe tempat ia bekerja tidak dibuka.
Nayeon menatap langit-langit kamarnya. Alarm yang berdering sejak pukul 7 pagi tadi berhasil membuatnya tidak bisa tidur lagi. Kini, tubuhnya begitu malas untuk berpisah dari ranjang kamarnya. Pikiran Nayeon menerawang jauh ke kejadian yang ia alami kemarin.
"Kau lucu saat cemburu."
Ucapan itu terus terngiang dikepala Nayeon, membuat dirinya hampir frustasi.
"Aish! Kenapa aku terlalu terlihat seperti orang yang cemburu?! Nayeon bodoh bodoh bodoh!" Nayeon mulai merutuki dirinya sendiri.
"Tapi, kenapa juga tiba-tiba Sana menjadi dekat dengannya secepat itu? Dia juga hanya diam saja didekati Sana!"
"Jeongyeon bodoh bodoh bodoh!" Sekarang, ia merutuki Jeongyeon. Ia mengambil bantal guling yang ada di sebelahnya dan mulai memukul-mukul guling tersebut, membayangkan guling tersebut adalah Jeongyeon.
Drrtt.. Drrtt..
Suara handphone Nayeon yang bergetar menghentikan aktivitas Nayeon yang sedang asyik memukuli bantal-yang dianggapnya sebagai Jeongyeon. Dengan malas, Nayeon meraih handphonenya yang ada di meja samping ranjangnya.
Nayeon melihat terlebih dahulu nama kontak yang tertera di layar handphonenya. Setelah mengetahui bahwa Mingyu yang meneleponnya, Nayeon langsung menerima panggilan tersebut.
"Halo, Mingyu? Ada apa meneleponku sepagi ini di hari Minggu?" Nayeon memang memanggil Mingyu dengan hanya sebutan nama walaupun Mingyu adalah bosnya. Mingyu yang sengaja meminta Nayeon memanggilnya tanpa embel-embel bos karena ia tidak ingin hubungannya dengan Nayeon terlalu kaku.
"Maaf mengganggumu pagi-pagi seperti ini, Nayeon. Apa hari ini kau memiliki jadwal?"
"Ah, tidak ada. Hari ini aku hanya dirumah saja. Ada apa? Apa ada pekerjaan untukku?"
"Aku ingin memintamu untuk menemaniku pergi ke festival tahunan di Seoul. Aku dengar akan ada pameran kopi di sana. Aku ingin mencari referensi kopi terbaru untuk menu kafe kita. Apa kau mau?"
Nayeon terlihat berpikir sejenak sebelum ia menjawab ajakan Mingyu.
"Ini bukan ajakan kencan, kan?" tanya Nayeon dengan nada sedikit menggoda untuk menjahili Mingyu.
"Ah, t-tidak tentu saja. A-aku juga mengajak Sana."
Mendengar Mingyu yang gugup saat menjawab membuat Nayeon tertawa kecil. "Haha aku hanya bercanda, Mingyu. Tidak perlu gugup seperti itu. Baiklah kalau begitu, kabari saja pukul berapa kita akan bertemu di sana, aku akan bersiap-siap."
"A-aku akan menjemputmu, Nayeon. Aku akan mengabari jika aku akan menuju ke rumahmu."
"Tidak perlu repot-repot, Gyu. Aku bisa pergi ke sana sendiri."
"Ah, ini.. i-ini Sana yang meminta. I-ia malas jika pergi ke sana hanya berdua bersamaku di mobil. Ia ingin kau menemaninya nanti di perjalanan untuk mengobrol."
Nayeon mengernyitkan dahinya, sedikit bingung dengan alasan yang diucapkan Mingyu. Namun, ia tidak terlalu memperdulikannya.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan menunggumu dan Sana."
"Sampai bertemu nanti, Nayeon."
"Ya, bye!" Nayeon memutus panggilan teleponnya lalu segera bangkit dari ranjangnya untuk segera bersiap pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty One Days [✓]
Fanfiction2Yeon Fanfiction 1 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Nayeon, kini usaha Jeongyeon untuk menemukan Nayeon akhirnya berbuah manis. Namun, apakah Nayeon dapat menerima Jeongyeon kembali saat hatinya kini tidak utuh lagi? Sekuel dari "Married Life".