Day 18

3.1K 334 13
                                    

Nayeon saat ini sedang bersiap untuk sarapan bersama Mingyu. Hari ini mereka akan pergi ke cabang kafe baru Mingyu untuk menyiapkan segala persiapan pembukaan. Mingyu mengajak Nayeon ke Jepang karena Mingyu akan membuka cabang kafenya di Jepang.

Sebenarnya, Mingyu juga memanfaatkan keadaan ini untuk merebut hati Nayeon dan menjauhkan Nayeon dari Jeongyeon. Dia benar-benar tidak main-main tentang keinginannya merebut Nayeon dari Jeongyeon. Polosnya Nayeon, dia tidak berpikiran aneh-aneh dengan sikap Mingyu yang sudah berlebihan terhadapnya.

"Kita duduk di sana saja, Nayeon." Mingyu mengarahkan Nayeon ke sebuah meja di sudut ruangan saat keduanya sudah mengambil sarapan mereka. Sistem pengambilan makanan disini adalah mengambil sendiri.

Mingyu benar-benar bersemangat pagi ini. Dirinya merasa telah selangkah lebih maju daripada Jeongyeon. Waktu 3 hari kedepan akan ia manfaatkan sebaik-baiknya untuk merebut perhatian dan hati Nayeon.

"Bagaimana? Enak makanannya?" tanya Mingyu saat melihat Nayeon hanya diam saja. Tentu saja Nayeon saat ini sedang tidak tenang memikirkan keadaan Jeongyeon di Korea.

"Ah, e-enak, Gyu." jawab Nayeon dengan senyuman yang dipaksakan.

"Apa yang sedang kau lakukan disana sekarang, Jeongyeon?" batin Nayeon sambil mengaduk-aduk makanannya dengan malas.

Pertanyaan dalam hati Nayeon langsung terjawab saat dengan tiba-tiba namanya terpanggil oleh sebuah suara yang sangat tidak asing baginya.

"Nayeon Unnie!"

Nayeon langsung menengok ke sumber suara dan betapa terkejutnya ia saat melihat Tzuyu yang berjalan ke arahnya, ditemani Jihyo, dan seorang pria yang sangat ia rindukan sejak kemarin, yaitu Jeongyeon.

"Tzuyu, Jihyo!" "Jeongyeon.." Nayeon hanya bisa menyebutkan nama Jeongyeon dalam hatinya. Nayeon langsung berdiri, menyambut Tzuyu yang ingin memeluknya.

"Unnie, aku sangat rindu padamu!" ucap Tzuyu sambil memeluk Nayeon dengan erat. Nayeon tersenyum bahagia karena dirinya juga sangat merindukan Tzuyu.

"Aku juga sangat merindukanmu, Tzuyu. Ah, dan kau juga, Jihyo." Nayeon menarik tubuh Jihyo dan juga memeluknya. Kini mereka saling berpelukan melepas rindu.

Saat masih berpelukan, Nayeon menatap ke arah Jeongyeon yang berada di belakang Tzuyu. Jeongyeon tersenyum padanya. Melihat senyum Jeongyeon, seketika hati Nayeon menjadi damai. Ia berharap Jeongyeon telah memaafkannya dan memberikannya kesempatan untuk menjelaskan semua kesalahpahaman di antara mereka. Nayeon membalas senyuman Jeongyeon dengan lembut.

"Ehem!" suara deheman Mingyu membuat acara lepas rindu Nayeon, Tzuyu, dan Jihyo berakhir. Wajah Mingyu langsung berubah masam saat melihat kedatangan Jeongyeon dan 2 wanita yang Mingyu tebak adalah teman Nayeon. Ia khawatir rencananya bersama Nayeon akan berantakan karena kedatangan mereka.

"Ah, Tzuyu, Jihyo, perkenalkan, ini Mingyu, bosku." Nayeon yang tidak enak dengan Mingyu langsung berusaha memperkenalkan dirinya kepada Tzuyu dan Jihyo.

"Oh, hai, Mingyu! Aku Tzuyu." Tzuyu membalas uluran tangan Mingyu. Ia menggenggam tangan Mingyu dengan sangat kencang sambil matanya mengisyaratkan sebuah peperangan. Mingyu pun langsung sadar bahwa Tzuyu berada di kubu Jeongyeon, kubu yang akan memusuhinya.

"Hai, aku Jihyo." kali ini Jihyo yang bersalaman dengan Mingyu. Jihyo juga mengisyaratkan ketidaksukaannya pada Mingyu.

"Kalian kenapa bisa ada disini?" tanya Nayeon saat sesi berkenalan sudah selesai.

"Jeong Oppa sedang ada pekerjaan di Jepang. Jadi, aku ikut saja, sekalian ingin bertemu denganmu, Unnie. Kudengar kau 'diculik' ke Jepang." jawab Tzuyu sambil melirik ke arah Mingyu, menyindirnya. Mingyu langsung menatap Tzuyu dengan tajam dan dibalas Tzuyu tidak kalah tajam.

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang