Day 12

2.9K 321 20
                                    

"Noona, apa kau sudah siap?" tanya Jeongyeon sambil menggenggam tangan Seungyeon. Mereka kini telah sampai di depan rumah keluarga Yoo. Pagi ini, Jeongyeon akan mendampingi Seungyeon untuk menyelesaikan semua masalah di antara keluarga mereka bersama.

"Jeong, aku takut.." lirih Seungyeon. Tangannya yang dingin karena gugup bisa dirasakan oleh Jeongyeon, membuat Jeongyeon dengan lembut mengusap tangan Seungyeon, berusaha memberi ketenangan.

"Jangan khawatir, Noona, ada aku."

Setelah Seungyeon berulang kali mengatur napasnya untuk menyiapkan mentalnya, ia akhirnya mengikuti tarikan tangan Jeongyeon untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Langkah kaki Seungyeon begitu berat. Ia begitu takut kedua orang tuanya tidak dapat menerima dirinya kembali.

Tangan Seungyeon begitu berkeringat karena gugup. Mereka kini sedang menunggu seseorang membukakan pintu rumah untuk mereka. Dan saat pintu terbuka, rasa gugup Seungyeon semakin bertambah karena sosok yang membukakan pintu tersebut adalah eomma mereka.

"S-seungyeon?!" eomma mereka begitu terkejut melihat kehadiran Seungyeon, anak perempuannya yang pergi beberapa tahun yang lalu. Ia benar-benar tidak menyangka bisa kembali melihat anaknya secara langsung, bukan hanya dari televisi. Selama ini, diam-diam eomma Jeongyeon memantau setiap berita tetang anaknya tersebut. Ia melakukan itu tanpa sepengetahuan suaminya karena ia tau bahwa suaminya masih belum menerima jalan hidup yang diambil anak perempuannya tersebut.

"E-eomma.." air mata Seungyeon tidak dapat dibendung lagi. Dirinya kini langsung memeluk erat tubuh eommanya dan menumpahkan segala kerinduannya selama ini. "Eomma.."

"Seungyeon, akhirnya kau pulang, Sayang. Eomma sangat merindukanmu." eomma Seungyeon juga tak bisa menahan isak tangisnya. Dirinya membalas pelukan Seungyeon tak kalah erat. Jeongyeon yang melihat pemandangan itu juga menitihkan air matanya.

"Sayang, siapa yang datang?" tuan besar Yoo, appa dari Jeongyeon dan Seungyeon datang menghampiri isterinya. Dan dapat ia lihat sekarang seseorang yang datang ke rumah besarnya.

"A-appa.." lirih Seungyeon. Appa mereka tidak bergerak sedikitpun. Tatapannya begitu tajam menatap Seungyeon. Melihat hal itu, membuat Jeongyeon dan eommanya khawatir.

"Appa, ini aku, Seungyeon. Appa, maafkan aku.." Seungyeon berlari menghampiri appanya. Ia jatuh bersimpuh di kedua kaki appanya memohon maaf. 

Appa mereka hanya diam. Eomma yang khawatir berniat ingin menghampiri anak perempuannya dan berusaha meluluhkan hati suaminya. Namun, betapa terkejutnya ia saat baru ingin melangkahkan kakinya, suaminya menarik tangan Seungyeon untuk berdiri dan memeluk tubuh Seungyeon.

"Appa.." Seungyeon semakin terisak saat dirinya dipeluk oleh appanya. Kehangatan ini yang ia rindukan selama bertahun-tahun lamanya. Jeongyeon yang melihat pemandangan itu hanya bisa tersenyum bahagia. Dirinya kini memeluk tubuh eommanya yang menangis haru.

Pemandangan haru seperti ini yang selalu keluarga ini rindukan sejak Seungyeon pergi dulu. Hari ini, kebahagiaan keluarga Yoo terasa begitu lengkap.

°°°

Keluarga Yoo sedang berkumpul bersama di ruang keluarga. Seungyeon sedang melepas rindu dengan eommanya. Ia tidak melepaskan pelukan eommanya sedikitpun. Sedangkan Jeongyeon dan appanya sedang serius membicarakan hal tentang perusahaan.

Jeongyeon akhirnya sadar bahwa appanya mencintai keluarganya lebih dari apapun. Memang benar, appanya marah saat tau Seungyeon akan pulang ke Korea dan perusahaannya menjadi tidak stabil. Namun, setelah melihat appanya yang tadi dengan mudahnya luluh oleh Seungyeon, Jeongyeon sadar bahwa sikap dingin appanya tidak benar-benar karena dirinya membenci anaknya.

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang