Day 13

3K 319 9
                                    

"Selamat pagi, Ahjumma!" Jeongyeon memasuki toko bunga dengan senyum sumringah. Ia dengan semangat menyapa Ahjumma yang sedang sibuk membereskan beberapa koleksi bunga di etalase.

"Yak! Yoo Jeongyeon! Kemana saja dirimu?!" bukannya balas menyambut Jeongyeon dengan ucapan selamat pagi, justeru Jeongyeon disambut dengan sebuah omelan.

"Untung saja ada sepupumu yang menggantikan dirimu. Kalau tidak, habis dirimu denganku, anak muda!" Ahjumma bersiap untuk memukul Jeongyeon dengan sebuah sekop yang tadi ia pakai untuk mengambil pupuk. Melihat itu, Jeongyeon refleks menghindar dan berlari keluar toko. Namun, saat ingin keluar, Jeongyeon justeru menabrak seseorang yang baru saja ingin masuk ke toko.

"Ah, maaf!" Jeongyeon refleks menangkap tubuh seseorang yang ditabraknya karena orang tersebut hampir jatuh. Betapa terkejutnya Jeongyeon saat seseorang yang berada dalam dekapannya saat ini tidak lain adalah Nayeon.

Deg! Deg! Deg!

Klise memang. Adegan seperti ini memang sudah biasa terjadi di cerita-cerita romansa lainnya. Namun, tetap saja adegan ini mampu membuat jantung Jeongyeon dan Nayeon berdegup sangat kencang. Detak jantung mereka seperti saling bersahutan saat ini. Baik Jeongyeon maupun Nayeon tidak ada yang berinisiatif untuk mengakhir adegan romantis ini.

"Yak! Sekarang kau malah mengambil kesempatan dengan Nayeon!"

Plak!

Pukulan kecil di pundak Jeongyeon oleh tangan Ahjumma membuat adegan romantis Jeongyeon dan Nayeon berakhir. Jeongyeon segera membantu Nayeon untuk berdiri dan segera melepaskan tangannya dari tubuh Nayeon. Keadaan menjadi sangat canggung.

"Nayeon, kau tidak kenapa-kenapa kan, Sayang?" tanya Ahjumma khawatir pada keadaan Nayeon.

"Ah, tidak apa-apa, Ahjumma. Untung saja tadi Jeongyeon menolongku." Nayeon menjawab pertanyaan Ahjumma dengan senyuman lembut sambil dirinya melirik ke arah Jeongyeon yang sedang berdiri canggung.

"Syukurlah. Nayeon, aku sangat rindu padamu. Sudah hampir seminggu kau tidak datang lagi mengunjungi wanita tua ini." Ahjumma mengeluarkan raut sedihnya, membuat Nayeon refleks memeluk Ahjumma.

"Maafkan aku, Ahjumma. Aku hanya sedang benar-benar sibuk. Mulai sekarang, akan aku pastikan aku akan sering-sering mengunjungi Ahjumma."

"Aku senang mendengarnya. Sekarang, kau ikut denganku. Kita duduk di sini," Ahjumma menarik tangan Nayeon dan menyuruhnya untuk duduk bersamanya di tempat biasa pengunjung menunggu pesanan bunga mereka. "Banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Kita mengobrol saja di sini sambil menunggu Jeongyeon menyiapkan pesananmu. Jeong, siapkan pesanan Nayeon seperti biasanya!" Ahjumma memberikan perintah pada Jeongyeon yang langsung dilaksanakan oleh Jeongyeon. Nayeon dengan senang hati menemani Ahjumma mengobrol. Namun, sesekali matanya melirik ke arah Jeongyeon yang sedang sibuk menyiapkan pesanan.

"Kenapa aku sangat senang hanya dengan melihatnya seperti ini." batin Nayeon.

°°°

Nayeon dan Jeongyeon saat ini sedang berdiri di depan kafe tempat Nayeon bekerja. Setelah Jeongyeon selesai membantu Nayeon menata bunga, seperti biasa Nayeon akan mengantar Jeongyeon sampai keluar kafe. Beruntung, hari ini Sana tidak datang ke kafe karena sedang melakukan interview dengan sebuah perusahaan tempat ia melamar pekerjaan.

Hening. Tidak ada yang berinisiatif memulai pembicaraan selama beberapa saat sampai akhirnya keduanya berbicara secara bersamaan.

"Jeongyeon."

"Nayeon."

Keduanya menjadi semakin canggung. Entah kenapa, keadaan saat ini benar-benar sangat canggung bagi keduanya. Jeongyeon akhirnya berinisiatif mencairkan keadaan.

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang