"Chaeyoung!" Chaeyoung yang baru saja ingin membuka pintu ruang rawat Jeongyeon menjadi terhenti saat namanya dipanggil oleh seseorang yang sudah sangat ia kenal baik.
"Noona? Kau habis dari mana?" tanya Chaeyoung saat melihat Nayeon tidak berada di dalam ruangan rawat Jeongyeon.
"Aku habis dari ruangan dokter pribadi Jeongyeon. Chaeng, bisa kita bicara sebentar terlebih dahulu?"
"Tentu saja, Noona." Chaeyoung pun mengajak Nayeon duduk di salah satu kursi ruang tunggu di sana.
"Ada apa, Noona? Apa yang diucapkan oleh dokter mengenai kondisi hyung?" tanya Chaeyoung memulai percakapan.
"Dokter masih tidak bisa memastikan kapan Jeongyeon akan sadar dari komanya. Tapi, dokter bilang bahwa luka-luka dalam tubuh Jeongyeon mulai membaik. Luka di kepala Jeongyeon sangat parah sehingga mungkin butuh waktu lama bagi dirinya untuk siuman," Chaeyoung hanya bisa memeluk pundak Nayeon, berusaha memberi kekuatan.
"Hanya kita harapan Jeongyeon, Chaeng." sambung Nayeon.
"Apa maksudmu, Noona?"
°°°
Flashback (Day 27)
"Dokter sampai saat ini tidak bisa memastikan kapan Jeongyeon akan bangun. Hanya keajaiban yang bisa membuat Jeongyeon kembali sadar dari komanya," jelas Seungyeon sambil dirinya menangis terisak. Kedua orangtuanya kini hanya bisa mengelus dan memeluk Seungyeon, berusaha saling memberi kekuatan.
Setelah adegan pertemuan haru Seungyeon dan Nayeon tadi, Seungyeon dan orangtuanya mengajak Nayeon untuk berbicara terlebih dahulu mengenai keadaan Jeongyeon.
"Sekarang, kau adalah harapan kami dan juga harapan Jeongyeon. Nayeon, aku mohon, kuatlah demi Jeongyeon." Seungyeon menggenggam kedua tangan Nayeon, membuat Nayeon tidak kuasa menahan tangisnya lagi.
"Aku akan berusaha yang terbaik untuk suamiku, Unnie."
"Dokter berkata bahwa walaupun Jeongyeon koma, dirinya masih tetap bisa mendengar orang-orang yang mengajaknya bicara. Sekarang, kita hanya bisa mengandalkan hal tersebut. Kau adalah orang yang sangat Jeongyeon cintai. Jadi aku harap, kau bisa terus memberi semangat bagi Jeongyeon agar ia bisa kembali sadar." jelas Seungyeon. Nayeon mengangguk sambil tersenyum dalam tangisnya, berusaha memastikan kepada kakak ipar dan kedua mertuanya bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Jeongyeon.
Setelah percakapan itu, barulah Nayeon memasuki ruang rawat Jeongyeon. Untuk pertama kalinya, akhirnya Nayeon bisa melihat kondisi suaminya.
Di awal, Nayeon tidak kuasa menahan tangisnya. Bagaimana tidak? Ia melihat pria yang sangat dicintainya kini terbaring lemah dengan banyak alat medis dan perban yang menempel di tubuhnya. Nayeon pun memilih keluar kembali untuk menenangkan dirinya. Ia tidak ingin Jeongyeon mendengar tangisannya.
Nayeon harus menghabiskan waktu 2 jam lamanya menangis meluapkan segalanya, sebelum akhirnya ia kembali ke ruang rawat Jeongyeon dan telah menjadi Nayeon yang lebih kuat.
Lebih kuat untuk suaminya.
Flashback End
°°°
"Aku akan selalu di sampingmu, Noona. Kita harus kuat bersama!" ucap Chaeyoung dengan senyumnya yang meneduhkan.
"Kalau begitu, ayo!" Nayeon menarik tangan Chaeyoung dan membimbingnya untuk masuk ke ruang rawat Jeongyeon.
Ruangan itu sangat hening. Hanya ada suara alat yang berbunyi seirama dengan detak jantung Jeongyeon. Dapat Chayeoung lihat saat ini kakak tersayangnya terbaring lemah dengan banyak bekas luka di tubuhnya. Chaeyoung mati-matian berusaha menahan tangisnya dan berusaha senyum untuk sekedar menguatkan dirinya.
Chaeyoung kini berdiri tepat di samping ranjang Jeongyeon. Ia dapat melihat dengan jelas wajah damai Jeongyeon yang sedang tertidur lelap. Perban di kepala Jeongyeon dan beberapa bekas luka di pipi dan hidungnya masih dapat terlihat. Nayeon berdiri di samping Chaeyoung untuk mendampinginya.
"Hyung, aku datang.." ucap Chaeyoung dengan suara bergetar. Dirinya mengambil napas panjang terlebih dahulu, berusaha meredakan rasa sedihnya.
"Hyung, ini aku, Chaeyoung. Kau bisa mendengarku, bukan? Maaf aku baru bisa datang sekarang. Kau boleh menghukumku karena sudah telat menjengukmu," Chaeyoung kini duduk di kursi sambil menggenggam tangan Jeongyeon, berusaha mengobrol dengannya.
"Tapi, kau juga harus mentraktirku saat kau bangun nanti. Aku berhasil membawa Nayeon Noona kembali padamu. Kau sangat senang, bukan? Kau juga bangga pada adikmu ini, kan?" Chaeyoung tertawa kecil. Nayeon yang melihat pemandangan di depannya hanya bisa tersenyum lembut.
"Hyung, bangunlah! Leo merindukanmu. Ah tidak, semua merindukanmu. Bahkan, Mina juga merindukanmu. Walaupun aku sedikit cemburu mendengarnya, tapi Mina benar-benar merindukanmu," Nayeon menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan konyol Chaeyoung.
"Maaf aku tidak bisa mengajak Mina juga hari ini karena dia harus menjaga Leo di rumah. Ah, bagaimana kalau besok aku akan mengajak Mina, Tzuyu, Sana, dan Jihyo untuk datang menjengukmu? Kau pasti akan sangat senang kan, Hyung? Bagaimana menurutmu, Noona?" Chaeyoung meminta persetujuan Nayeon dan tentunya sangat didukung Nayeon.
"Ide yang bagus, Chaeng!"
"Baiklah. Hyung, tunggu kami ya besok. Kami akan datang menjengukmu. Ah, akan lebih baik jika kau juga bangun secepatnya, agar kita bisa mengobrol bersama." Chaeyoung mengucapkan setiap kalimatnya dengan semangat.
Hening. Tidak ada jawaban sedikitpun dari Jeongyeon. Bahkan, pergerakan sekecil apapun tidak ada.
Chaeyoung terdiam. Dirinya kini menatap Jeongyeon dengan tatapan nanar. Tangannya sekarang tak hanya menggenggam tangan Jeongyeon, melainkan juga mengelus lembut wajah Jeongyeon. Lama Chaeyoung menatap kakaknya itu sampai setetes air mata akhirnya jatuh dari mata indah Chaeyoung. Tak ingin Jeongyeon mendengarnya menangis, Chaeyoung buru-buru mengusap air matanya dan pamit pada Jeongyeon.
"Hyung, aku pulang dulu, ya. Besok aku akan datang lagi bersama yang lainnya. Aku akan selalu mendoakanmu. Aku juga akan selalu menunggumu, Hyung." Chaeyoung memberikan sebuah kecupan kecil di kening Jeongyeon, tepatnya di perban yang mengelilingi kening Jeongyeon.
Nayeon mengantarkan Chaeyoung sampai keluar kamar. Chaeyoung langsung izin pamit dengan alasan pekerjaan. Dan untungnya, Nayeon percaya. Padahal, Chaeyoung sudah mengambil izin cuti dari rumah sakit tempat ia bekerja.
"Aku pulang dulu, Noona. Besok, aku akan mengajak yang lain untuk juga datang. Kau juga harus menjaga kesehatanmu, ya!"
"Iya, Chaeyoung. Terima kasih. Kau juga hati-hati, ya!" Nayeon memeluk Chaeyoung sekali lagi sebelum adiknya itu benar-benar pergi meninggalkan rumah sakit.
Chaeyoung yang tadi terlihat tegar, kini keluar dari rumah sakit dengan langkah gontai. Ia segera memasuki mobilnya dan mulai melajukan mobil tersebut tanpa arah tujuan.
Lama Chaeyoung menyusuri jalanan kota hingga akhirnya ia memberhentikan mobilnya di tengah jalan. Meluaplah tangisan Chaeyoung yang sejak tadi ia tahan. Ia tidak pernah melihat Jeongyeon dalam keadaan selemah itu.
Selama ini, Chaeyoung memang yang selalu menemani Jeongyeon menghadapi masa sulitnya. Namun, kali ini membuat hati Chaeyoung terlalu sakit. Sebagai dokter juga, ia tentunya tahu betul tentang kondisi yang dialami Jeongyeon. Ia pun percaya memang hanya keajaiban yang bisa membuat Jeongyeon kembali sadar.
"Aku harus kuat. A-aku harus k-kuat.."
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty One Days [✓]
Fanfiction2Yeon Fanfiction 1 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Nayeon, kini usaha Jeongyeon untuk menemukan Nayeon akhirnya berbuah manis. Namun, apakah Nayeon dapat menerima Jeongyeon kembali saat hatinya kini tidak utuh lagi? Sekuel dari "Married Life".