Day 2

3.5K 366 13
                                    

"Terima kasih, Ahjumma. Aku akan melakukan yang terbaik!"

"Aku pegang ucapanmu, anak muda. Besok jangan sampai terlambat!"

"Siap! Aku permisi, Ahjumma."

Jeongyeon berjalan keluar dari sebuah toko bunga dengan senyum sumringah. Toko bunga yang ia masuki tadi adalah toko yang baru saja menerima Jeongyeon sebagai salah satu pekerja di sana, sebagai pengantar bunga.

Menjadi pekerja di toko bunga tersebut adalah salah satu bagian dari rencana Jeongyeon mendapatkan hati Nayeon kembali. Kemarin malam, ia dengan Chaeyoung bersusah payah memikirkan segala rencana yang akan dipersiapkan untuk membuat Nayeon kembali ke pelukan Jeongyeon.

°°°

Flashback

"Aku harus bagaimana, Chaeyoung? Waktuku benar-benar tidak banyak. Dan Nayeon terlihat tidak akan semudah itu untuk memaafkanku dan menerimaku kembali." Jeongyeon memutar-mutar kaleng minuman bersoda miliknya yang ada di atas meja, menatapnya dengan tatapan hampir putus asa.

"Tenang saja, Hyung. Aku yakin kalian ditakdirkan untuk bersama. Kau hanya perlu bersabar. Dan jika Nayeon Noona ingin kau mengikuti permainannya, kau harus mengikuti permainan ini dan bermain dengan cara yang cantik agar kau bisa memenangkan hadiah dari permainan ini, yaitu hati Nayeon Noona kembali."

"Tapi aku masih tidak habis pikir, kenapa ia membuat permainan semacam ini. Dan peraturannya membuatku benar-benar gila hanya dengan memikirkannya saja."

"Karena ia ingin kau menunjukkan padanya rasa penyesalan dan rasa cintamu padanya, Hyung. Inilah saatnya kau menunjukkan bahwa dirimu menyesal dan benar-benar tulus mencintai Nayeon Noona seutuhnya. Tenanglah, aku yakin ia akan kembali padamu. Aku akan selalu membantumu, Hyung." ucap Chaeyoung dengan serius sambil menatap mata Jeongyeon intens. Jeongyeon yang mendengar ucapan serius Chaeyoung menjadi terhipnotis dengan tatapan itu. Jeongyeon baru menyadari ada yang aneh saat beberapa orang yang melewati meja mereka berbisik-bisik membicarakan mereka.

"Lihat mereka itu, apa tidak ada tempat lain untuk bermesraan?" bisik salah satu anak muda yang lewat bersama temannya, membicarakan Jeongyeon dan Chaeyeoung. Bisikan itu terdengar oleh Jeongyeon. Ia pun segera menyadari sesuatu yang dibicarakan anak muda tadi.

"Yah! Chaeyoung! Untuk apa kau menggenggam tanganku seperti itu?!" Jeongyeon melepaskan tangan Chaeyong yang baru ia sadari sedang menggenggam tangannya di atas meja.

"Yak! Aku mana tau! Aku juga tidak sadar sedang menggenggam tanganmu. Aku selalu refleks seperti itu saat berusaha menenangkan Mina jika ia sedang gelisah." Chaeyoung juga buru-buru menarik tangannya sambil mengusap-usap tangannya ke pakaiannya berusaha menghilangkan jejak tangan Jeongyeon di sana.

"Yak! Dasar bocah gila!" Jeongyeon bangkit dari kursinya, menghampiri Chaeyoung, merangkul lehernya dan menariknya untuk pergi dari tempat tersebut.

"Yak! Hyung! Lepaskan!" Chaeyoung yang tubuhnya lebih kecil dari Jeongyeon hanya bisa pasrah saat Jeongyeon merangkul lehernya dan menariknya untuk pergi, lebih tepatnya, lehernya bukan seperti dirangkul, tapi dicekik. Sangking lebih besar dan tinggi tubuh Jeongyeon darinya.

"Lihat mereka, semakin mesra dan tidak tau tempat." lagi-lagi, seorang anak muda yang melihat Jeongyeon merangkul Chaeyong berbisik kepada temannya.

Flashback End

°°°

Saat jalan pulang dari tempat makan itulah, Chaeyoung menemukan ide untuk Jeongyeon melamar menjadi pekerja di toko bunga yang terletak di depan kafe tempat Nayeon bekerja. Chaeyoung menemukan ide itu tiba-tiba saat mereka melewati kafe tempat Nayeon bekerja.

Menurut Chaeyoung, ini adalah kesempatan bagus bagi Jeongyeon agar bisa terus memantau dan bertemu dengan Nayeon. Dan Chayeoung berpikir, cara ini adalah cara paling natural untuk Jeongyeon bisa kembali mendekati Nayeon tanpa terlihat terlalu agresif. Jeongyeon tentunya sangat setuju dengan ide juniornya tersebut. Dan beruntungnya Jeongyeon, toko bunga itu sedang memajang sebuah selebaran lowongan kerja di kaca jendelanya.

Dan akhirnya, disinilah Jeongyeon, menatap kafe tempat kekasih hatinya bekerja. Ia dapat melihat Nayeon dari kaca jendela kafe karena toko bunga dan kafe tersebut persis bersebrangan. Ia tersenyum melihat Nayeon dengan senyum manisnya menyapa para pelanggan yang datang. Melihat Nayeon tersenyum dari jauh seperti ini saja sudah berhasil membuat hati Jeongyeon menghangat dan berhasil mengobati sedikit rindu di hatinya.

"Tunggu aku, Nayeon. Tunggu aku untuk kembali mengisi hati dan hari-harimu." lirih Jeongyeon.

Setelah puas menatap Nayeon, Jeongyeon kembali ke mobilnya untuk pulang. Ia harus membereskan barang-barangnya untuk kepindahannya. Ya, Jeongyeon akhirnya memilih menyewa sebuah apartemen kecil yang letaknya dekat dengan kafe tempat Nayeon bekerja. Ia ingin aksesnya lebih mudah karena apartemennya yang asli letaknya cukup jauh dan akan memakan waktu jika setiap hari harus pulang pergi dari sana.

Setelah mobil Jeongyeon melaju meninggalkan toko bunga diseberang kafe, tanpa sadar, Nayeon menatap ke luar jendela. Tepatnya, ke arah toko bunga. Hatinya seperti memberikan perintah begitu saja untuk menatap ke toko bunga tersebut. Sayang, Jeongyeon telah pergi dari sana.

Nayeon menatap arloji yang melingkar manis di tangan kirinya. Jarum arloji menunjukkan waktu sudah pukul 4 sore. Tanpa sadar, hatinya berkata, "Apa ia tidak datang hari ini?"

Bersambung..

Mian untuk kalian yang sudah menunggu kelanjutan cerita ini. Maaf ya yang pada komen nanyain kapan update ga gua bales, karena gua gabisa janji kapan update. Daripada gua php ya kan, mending ga dibales dulu😂

Percayalah, diriku sangat sibuk. Bukan sok sibuk ya, ini serius sibuk wkwk. Gua kuliah lagi jalan semester 3, lagi hectic banget sama tugas dan laporan, minggu2 kemarin baru selesai uts, dan udah mau uas lagi😭 (eh kok jadi curhat 😂)

Jadi, kalo gua lama update, itu artinya gua lagi autis sama tugas atau laporan, atau lagi autis main ig atau nonton youtube. 😂

Makasih untuk yang masih setia baca:)

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang