"Halo?" Nayeon yang masih mengantuk tidak sempat melihat nomor telepon yang tertera di layar handphonenya, ia hanya langsung mengangkatnya tanpa tau siapa yang meneleponnya.
"Halo, Nayeon. Selamat pagi."
"Suaranya seperti tidak asing bagiku." batin Nayeon. Ia pun melihat ke layar, namun nomor tersebut tidak ada di kontaknya, alias belum tersimpan.
"Siapa ini?" tanya Nayeon dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul masih belum bisa membuatnya berpikir tentang siapa yang meneleponnya sepagi ini.
"Aku yang kemarin memandikanmu." jawab seseorang diseberang telepon dengan nada suara nakal.
Seketika Nayeon berpikir keras mengingat kejadian kemarin. Dan akhirnya, ia menyadari siapa yang meneleponnya saat ini.
"Yak! Jeongyeon! Nakal!"
"Hehehe, aku hanya bercanda. Maaf mengganggumu sepagi ini."
Mendengar tawa renyah Jeongyeon di pagi hari membuat semangat Nayeon seketika muncul. Ia segera bangkit untuk duduk agar lebih leluasa mengobrol dengan Jeongyeon.
"Ada apa meneleponku sepagi ini, Jeong? Rindu padaku, hm?" goda Nayeon.
"Kalau aku meneleponmu karena rindu, pulsaku pasti akan terus menerus habis untuk meneleponmu setiap detik."
"Gombal!" Nayeon tertawa kecil mendengar gombalan garing Jeongyeon.
"Kau belum membalas ucapan selamat pagiku, Nayeon." balas Jeongyeon dengan nada dibuat sedikit sedih.
"Ah, selamat pagi, Jeongyeon."
"Tidak kuterima."
"Kenapa?"
"Mulai sekarang, namaku sudah berubah jika denganmu. Namaku bukan Jeongyeon lagi, melainkan Sayang. Ayo, ulangi lagi!"
Nayeon berpikir sejenak sebelum akhirnya kembali mengucapkan selamat pagi kepada Jeongyeon dengan mengganti namanya.
"Selamat pagi, Sayang." ucap Nayeon dengan lembut sambil tertawa kecil karena tingkah konyol Jeongyeon.
"Hehe, terimakasih, Sayang. Ah, aku meneleponmu sepagi ini karena ingin mengajakmu pergi bersama ke tempat kerja. Bagaimana menurutmu?"
Nayeon berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ah, maaf, Jeong, sepertinya tidak usah. Kau jangan salah paham, ya. Aku menolaknya karena tidak ingin merepotkanmu harus kerumahku terlebih dahulu. Nanti, kita bertemu saja di sana, ya? Aku akan menemuimu saat memesan bunga. Tidak apa-apa kan, Sayang?"
Jeongyeon yang awalnya sedih karena Nayeon menolaknya, seketika tersenyum kembali saat Nayeon memanggilnya dengan kata 'sayang' dengan nada yang sangat manis.
"Baiklah kalau begitu. Sampai bertemu nanti, Nayeon. Aku menunggumu. Ah, jangan lupa untuk menyimpan nomorku ini, ya!"
"Sampai bertemu nanti, Jeong. Tentu saja aku akan menyimpannya. Tapi ngomong-ngomong, dari mana kau mendapatkan nomorku?"
"Aku mencurinya dari daftar buku pelanggan milik Ahjumma. Hehe."
"Nakal!" Nayeon tertawa membayangkan tingkah konyol suaminya itu.
Setelah saling mengucapkan kata cinta, panggilan mereka terputus. Nayeon segera bersiap untuk pergi bekerja. Semangatnya pagi seperti semakin bertambah dibandingkan biasanya karena Jeongyeon meneleponnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty One Days [✓]
Fanfic2Yeon Fanfiction 1 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Nayeon, kini usaha Jeongyeon untuk menemukan Nayeon akhirnya berbuah manis. Namun, apakah Nayeon dapat menerima Jeongyeon kembali saat hatinya kini tidak utuh lagi? Sekuel dari "Married Life".