Day 25

2.8K 303 9
                                    

Sana kini sedang sibuk berpikir bagaimana caranya ia bisa menjebak Mingyu agar Mingyu dapat membeberkan informasi mengenai Nayeon. Sana sejak tadi hanya mondar-mandir di kamarnya sembari terus berpikir.

"Ayolah, Sana! Harapan Nayeon Unnie ada padamu! Ayolah, otakku, cepat berpikir!" Sana mulai berbicara dengan dirinya sendiri.

Lama ia berpikir sampai akhirnya ia memutuskan untuk keluar kamar dan mulai melakukan eksekusi. Ia benar-benar menyerahkan semuanya pada Tuhan saat ini.

"Tuhan, semoga caraku kali ini berhasil. Amin."

Sana keluar kamar dan langsung mencari Mingyu. Beruntung, malam ini Mingyu ada di rumah. Sana menuju kamar Mingyu dan mengetuknya, meminta izin untuk masuk. Mingyu pun mengizinkan Sana masuk.

Sejauh ini, rencana Sana masih berjalan mulus.

"Ada apa, Sana?" tanya Mingyu sambil tatapannya masih terfokus pada laptopnya. Sana menebak bahwa Mingyu sedang melakukan suatu pekerjaan.

"Aku ingin cerita, Oppa." jawab Sana dengan nada sedih.

Mingyu melirik Sana sejenak. Dapat terlihat kini ekspresi wajah Sana sedang tidak menunjukkan keadaan baik. "Cerita apa?" tanya Mingyu lagi, sambil kembali fokus ke laptop.

"Aku benar-benar sedih Jeongyeon Oppa sudah tidak bekerja lagi di toko bunga. Padahal, aku sedang melakukan pendekatan dengannya."

Seketika fokus Mingyu tertuju pada Sana. "Kau melakukan pendekatan dengan Jeongyeon? Kau menyukainya?"

"Menurutmu? Ya tentu saja, Oppa! Untuk apa aku selama ini sering datang ke toko tempat ia bekerja jika aku tidak menyukainya." jawab Sana dengan ekspresi meyakinkan.

"Ah, benarkah? Aku sedikit kaget mendengarnya. Karena selama ini, aku lihat kau masih dekat dengan Nayeon saat tau bahwa mereka adalah suami-isteri."

"Itu adalah trikku, Oppa."

"Trik?! Trik apa maksudmu?" tanya Mingyu antusias. Bahkan, kini laptopnya sudah ia tinggalkan dan sekarang Mingyu duduk berhadapan dengan Sana di atas kasur.

"Kena kau, Oppa!" ucap Sana dalam hati.

"Aku tidak ingin terlalu mencolok di depan Nayeon Unnie tentang perasaanku dengan Jeongyeon Oppa. Saat aku sudah mendapatkan hati mereka berdua, maka dengan mudah aku akan menghancurkan hubungan mereka." jelas Sana. Mingyu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Kau licik juga, Sana! Haha."

"Terkadang, kita harus melakukan hal tegila sekalipun asalkan kita bisa mendapatkan apa yang kita mau." ucap Sana dengan bangga.

Mingyu berpikir sejenak sebelum kembali berkata, "Kalau begitu, maukah kau bersekongkol denganku untuk mendapatkan apa yang kita mau?"

Deg!

Jantung Sana berdegup dengan kencang saat Mingyu kini berhasil ia jebak. Sebenarnya, ia sejak tadi menahan rasa takutnya. Tapi, selalu berusaha ia tutupi dengan aktingnya.

"Apa maksudmu, Oppa?" Sana berpura-pura tidak mengerti.

"Kau tau bukan kalau aku menyukai Nayeon?" Sana mengangguk. "Sebenarnya, aku benar-benar tidak rela saat tau bahwa ia sudah menikah. Dan aku sedang berusaha untuk mendapatkan Nayeon, untuk menjadikan Nayeon milikku satu-satunya."

Sana berpura-pura terkejut. "Ah, benarkah?! Jadi, kita berada di posisi yang sama?!"

"Ya, begitulah. Oleh karena itu, maukah kau membantuku?"

Sana berpura-pura berpikir sebentar sebelum menyetujui ajakan Mingyu.

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Dekati terus Jeongyeon. Hancurkan hubungan mereka. Kau bisa memulainya dengan menyebabkan sebuah skandal dengan Jeongyeon." jelas Mingyu.

"Tapi, bagaimana jika hal itu tidak cukup kuat untuk menghacurkan hubungan mereka? Kau juga harus bertindak, Oppa!"

"Ah, aku sudah menjalankan rencanaku pada Nayeon. Aku sudah menjebaknya.." dan malam itu, Sana berhasil mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan.

Mingyu yang kini sedang dikuasai oleh cinta dan rasa egois menjadikan dirinya tidak berpikir panjang lagi saat membeberkan perbuatan bejatnya sendiri. Dan Sana, sangat senang saat rencananya berjalan dengan lancar, walaupun harus berakting menjijikkan di depan Mingyu.

Setelah percakapan panjangnya bersama Mingyu, kini Sana sudah kembali ke kamarnya. Ia langsung mengirimkan sebuah pesan pada Nayeon. Tak lupa, ia segera menghapus pesan tersebut, takut-takut jika Mingyu mengetahuinya. Sana pun langsung bersiap untuk tidur. Sebuah senyuman tak lupa terlukis di wajahnya saat ia ingin menjemput mimpinya.

***

From: Sana

Mission Completed!

Nayeon tersenyum kecil membaca sebuah pesan yang Sana kirimkan. Ia dengan semangat langsung memberitahu pada Chaeyoung tentang pesan Sana. Tzuyu kini sudah terlelap tidur.

"Syukurlah, Noona. Aku sudah tidak sabar ingin menghancurkan Mingyu itu!" balas Chaeyoung dengan semangat saat Nayeon menceritakan pesan dari Sana padanya.

"Aku juga sudah tidak sabar, Chaeyoung. Semoga besok lancar, ya."

"Amin. Sekarang, Noona beristirahatlah. Besok penerbangan kita pagi-pagi sekali."

"Bagaimana denganmu Chaeng? Kau tidak tidur?" tanya Nayeon yang juga mengkhawatirkan keadaan Chaeyoung.

"Aku akan membereskan beberapa hal terlebih dahulu sebelum tidur. Tenanglah, Noona, aku akan istirahat sebentar lagi." jawab Chaeyoung dengan senyum lembut.

"Baiklah. Kalau begitu, aku tidur duluan, ya. Selamat malam, Chaeyoung."

"Selamat malam, Noona." Nayeon pun pamit untuk tidur duluan pada Chaeyoung.

Setelah Nayeon sudah kembali ke kamar, Chaeyoung kembali meneruskan perkejaannya di laptop. Ia semakin semangat karena mendengar cerita Nayeon tadi. Chaeyoung tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat kini sejenak ia mengamati foto wallpaper dekstop laptopnya.

 Chaeyoung tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat kini sejenak ia mengamati foto wallpaper dekstop laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bersabarlah, Hyung. Aku berjanji akan membawa Nayeon Noona kembali padamu.."

Bersambung..

Double update!! 😆

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang