"Oppa, aku pulang duluan, ya. Aku ada urusan lain." ucap Sana, meminta izin pada Mingyu yang kini sedang bekerja di ruangannya.
"Baiklah, hati-hati!" teriak Mingyu tanpa menatap ke arah Sana. Matanya kini terfokus pada layar laptop di hadapannya.
Cukup lama Mingyu bertahan di ruangannya. Bahkan, sampai semua pekerja sudah kembali ke rumah, Mingyu masih setia di kursi kerjanya.
Mingyu mengistirahatkan sejenak matanya dari menatap layar laptop. Ia bersandar di kursinya sambil memejamkan mata. Pikirannya menerawang jauh ke kenangan saat dirinya dan Nayeon dulu menjadi dekat.
Mingyu adalah salah satu korban broken home. Ia memang terlahir dari keluarga kaya raya. Namun, ia tidak terlahir dengan rasa kasih sayang yang mengelilinginya. Orang tuanya terlalu sibuk dengan dunia mereka sehingga lupa bahwa anak laki-laki satu-satunya membutuhkan kasih sayang mereka.
Mingyu dikenal sebagai pria yang baik. Setidaknya, itulah yang diketahui orang terdekatnya sebelum dirinya berubah menjadi Mingyu yang licik. Mingyu yang sedikit pemalu menjadi sangat dekat dengan Nayeon yang ekspresif karena pada saat Mingyu sedang berada di titik kesedihan terdalamnya, Nayeon lah yang ada di sana membantu Mingyu.
Nayeon memberikan kenyamanan pada Mingyu. Bersama Nayeon, Mingyu menjadi orang yang banyak cerita tentang kehidupannya. Dan sejak kedekatan itu, Mingyu akhirnya jatuh cinta pada Nayeon. Namun sayangnya, Nayeon menganggap Mingyu hanya sebagai teman dan saudara laki-laki biasa. Sedangkan Mingyu, tentunya berkebalikan dengan Nayeon.
Rasa cinta dan keegoisannya untuk memiliki Nayeon kini telah menghancurkan seorang Mingyu yang dulu dikenal baik oleh orang-orang terdekatnya.
Mingyu kini menatap layar ponselnya. Ia kini sedang menatap sebuah foto yang ia gunakan sebagai senjata utama untuk mendapatkan Nayeon, yaitu foto saat dirinya mencium Nayeon.
"Maafkan aku, Nayeon. Hanya ini satu-satunya cara agar kita bisa bersama selamanya." ucap Mingyu sambil terus menatap foto tersebut.
Kemudian, dirinya melihat ke arah kalender yang terletak di meja kerjanya. Besok adalah hari terakhir batas waktu yang ia berikan pada Nayeon. Mingyu tersenyum kecil saat membayangkan bahwa sebentar lagi Nayeon akan menjadi miliknya seutuhnya.
Mingyu yang baik benar-benar telah hilang.
Sampai pukul 9 malam, Mingyu baru keluar dari kafenya. Ia segera mengunci pintu kafe dan bersiap menuju mobilnya.
Namun, saat Mingyu baru saja ingin memasuki mobilnya, 2 orang polisi datang menjemputnya. Mereka menunjukkan surat penahanan Mingyu dan langsung membawa Mingyu ke mobil mereka.
"T-tapi, aku tidak melakukan kejahatan apapun!" Mingyu masih berusaha membela diri. Ia menolak masuk ke dalam mobil polisi.
"Kau sudah dengar, bukan? Kau ditangkap karena tuduhan pengancaman dan pencemaran nama baik. Simpan penjelasanmu itu untuk nanti."
Mingyu tidak bisa mengelak lagi. Ia akhirnya pasrah saat polisi memborgol kedua tangannya dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
°°°
"Apa buktinya kalau aku bersalah?!" Mingyu masih berusaha protes pada polisi yang kini sedang membuat laporan tentangnya.
"Kau telah mengancam dan merusak nama baik Nayeon." suara itu bukanlah jawaban dari polisi yang ditanyai oleh Mingyu, melainkan suara seorang wanita yang kini berdiri di depan meja polisi tersebut.
"K-kau?!" Mingyu menatap wanita itu sejenak untuk mengingat-ingat siapakah wanita yang kini berdiri di hadapannya.
"Kenalkan, aku Jihyo, sekretaris pribadi Jeongyeon. Kita pernah bertemu satu kali, dan itu saat kau mengancam Nayeon di Jepang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty One Days [✓]
Fanfiction2Yeon Fanfiction 1 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Nayeon, kini usaha Jeongyeon untuk menemukan Nayeon akhirnya berbuah manis. Namun, apakah Nayeon dapat menerima Jeongyeon kembali saat hatinya kini tidak utuh lagi? Sekuel dari "Married Life".