"Selamat datang di Kim's Florist!" ucap Jeongyeon dengan ramah saat menyambut pengunjung pertama di toko bunga tempat ia bekerja.
Seorang wanita muda berparas cantik dengan wajah khas orang Jepang membalas sambutan Jeongyeon dengan senyuman manis.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Jeongyeon saat melihat wanita muda itu melihat-lihat ke sekelilingnya berusaha mencari sesuatu.
"Ah, aku ingin bertemu dengan Ahjumma pemilik toko bunga ini." jawab wanita muda itu. Suaranya lembut namun terdengar lucu bagi Jeongyeon.
"Ahjumma sedang memiliki urusan sebentar di luar. Aku yang sementara menjaga toko ini sampai beberapa jam kedepan. Mungkin ada yang bisa kubantu?"
Wanita muda itu terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya mengambil secarik kertas dari saku bajunya dan memberikan kertas itu pada Jeongyeon.
"Ini daftar bunga yang harus aku beli. Aku disuruh untuk membeli bunga-bunga tersebut. Kata orang yang menyuruhku, aku cukup berikan daftar bunga itu pada Ahjumma. Namun, berhubung hanya kau yang ada disini, aku harap kau bisa membantuku."
Jeongyeon mengamati daftar bunga yang tertulis di secarik kertas tersebut dan dapat ia lihat bahwa daftar tersebut adalah pesanan yang setiap harinya Nayeon pesan untuk kafe tempat ia bekerja.
"Aku sudah cukup hapal dengan pesanan ini. Apakah ini untuk kafe di seberang sana?"
"Bagaimana kau bisa tau?"
"Seorang pekerja disana yang bernama Nayeon selalu membeli bunga-bunga ini setiap paginya, untuk keperluan kafe." jawab Jeongyeon dengan ramah.
"Ah, Nayeon Unnie. Memang seharusnya ia yang menyiapkan hal-hal seperti ini. Namun, ia sedang ada urusan dengan oppaku, jadi aku yang harus menyiapkannya. Padahal, aku baru sampai dari Jepang, tapi sudah disuruh-suruh seperti ini!" ucap wanita muda itu dengan ekspresi kesal. Ekspresi kesalnya justeru terlihat lucu di mata Jeongyeon.
"Oppa? Siapa yang dimaksud wanita ini?" batin Jeongyeon.
"Ya sudah, kau tunggu sebentar di sini, aku akan menyiapkan pesananmu."
"Ah, terima kasih.." ucap wanita muda itu seperti menggantung, ia tidak tau nama Jeongyeon karena mereka belum berkenalan.
"Jeongyeon. Namaku Jeongyeon." Jeongyeon mengulurkan tangannya dengan ramah.
"Ah, terima kasih, Jeongyeon. Namaku Sana." wanita muda yang bernama Sana itu membalas uluran tangan Jeongyeon.
"Sama-sama, Sana."
°°°
"Terima kasih, Jeongyeon, sudah membantuku. Jika tidak ada dirimu, mungkin aku bisa kena marah lagi oleh oppa." ucap Sana saat Jeongyeon telah selesai membantunya menata bunga-bunga tersebut di kafe.
"Oppa? Oppamu pemilik kafe ini?"
"Iya, Mingyu Oppa. Dia kakak sepupuku," Jeongyeon hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban Sana.
"Jadi, Nayeon pergi bersama lelaki itu? Tapi, kemana mereka pergi sepagi ini?"
Lamunan Jeongyeon buyar saat Sana menepuk pundaknya.
"Jeongyeon, bagaimana kalau kau duduk dulu di sini? Aku akan buatkan minuman untukmu, sebagai ucapan terima kasihku."
"Ah, t-tidak usah, Sana. Lagipula, aku harus kembali menjaga toko," Jeongyeon menolak tawaran Sana dengan sopan. Namun, Sana memberikan ekspresi cemberut, membuat Jeongyeon tidak enak hati.
"Ah, baiklah-baiklah. Hanya sebentar saja, ya."
"Oke!" mendengar jawaban Jeongyeon, membuat Sana langsung bersemangat menuju dapur kafe untuk membuatkan minuman khusus untuk Jeongyeon.
Suasana kafe pagi ini masih sepi. Kafe belum dibuka karena waktu masih terlalu pagi. Hanya ada Jeongyeon yang duduk di salah satu kursi pengunjung sambil dirinya mengamati isi kafe tersebut.
"Jeongyeon, maaf.." Jeongyeon terkejut menatap Sana yang kini berdiri di samping mejanya sambil menggenggam gelas berisikan air berwana kuning keorenan. Jeongyeon bisa tebak, isi gelas itu adalah jus jeruk.
"Ada apa, Sana?" tanya Jeongyeon dengan lembut.
"Maaf, aku baru sadar aku tidak bisa membuatkan minuman-minuman yang ada di kafe ini. Jadi, aku hanya bisa menuangkan jus jeruk yang ada di kulkas ke gelasmu." jelas Sana dengan wajah sedikit murung.
Jeongyeon yang mendengarnya seketika tertawa kecil. Tangannya kini mengambil gelas yang ada di genggaman Sana lalu meminum jus jeruk di dalamnya dengan sekali tegukan.
"Aku tidak masalah dengan jus jeruk. Justeru, aku menyukainya. Terima kasih, Sana."
Perkataan Jeongyeon yang lembut dan manis tanpa sadar membuat pipi Sana merona. Baru kali ini seseorang tidak protes dengan dirinya yang tidak handal dalam suatu hal.
Setelah insiden jus jeruk, Jeongyeon dan Sana menghabiskan beberapa waktu bersama dengan mengobrol beberapa hal. Seperti membicarakan tentang sejak kapan Jeongyeon bekerja di toko bunga, atau membicarakan tentang Sana yang baru pulang dari Jepang.
Sana baru saja pulang dari Jepang kemarin setelah ia berhasil menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Ia meminta kepada orang tuanya untuk pergi ke Korea, untuk mencari pekerjaan di sini. Dan sekarang, jadilah ia menetap bersama paman dan bibinya yang tak lain adalah orang tua dari kakak sepupunya, yaitu Mingyu.
"Wah, aku juga mengambil program studi bisnis saat di perguruan tinggi dulu." ucap Jeongyeon dengan semangat saat mendengar Sana juga lulusan program studi bisnis.
"Benarkah?! Lalu, kenapa Oppa bekerja di toko bunga?" tanya Sana. Ya, setelah mengetahui jarak umur antara dirinya dan Jeongyeon, Sana memutuskan memanggil Jeongyeon dengan sebutan oppa. Ia tentu merasa tidak sopan jika memanggil Jeongyeon hanya dengan sebutan nama.
"Aku hanya sedang mecoba mencari pengalaman baru. Hehe."
Di tengah obrolan mereka, pintu kafe tiba-tiba terbuka, menampakkan seorang wanita dan pria yang memasuki kafe tersebut. Sontak saja, Jeongyeon dan Sana mengalihkan pandangan mereka ke arah orang yang baru saja masuk.
"Oppa! Kau sudah kembali!" ucap Sana dengan semangat saat melihat kakak sepupunya sudah kembali. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampirinya kakak sepupunya, Mingyu.
"Kau bekerja dengan baik! Akhirnya ada yang bisa kubanggakan dari dirimu." ucap Mingyu sambil mengusap-usap pucuk kepala Sana setelah ia mengamati bunga-bunga sudah tertata rapih di kafenya. Ucapan jahil Mingyu membuat Sana gemas sehingga ia mencubit kecil lengan Mingyu.
"Jahat!" Sana berpura-pura kesal pada Mingyu, membuat Mingyu tertawa kecil. Namun, sepersekian detik kemudian Sana kembali ceria dan kini menarik tangan Mingyu dan Nayeon yang sejak tadi hanya diam menatap seseorang yang sedang duduk di meja pengunjung.
"Aku bisa menyelesaikan semuanya karena dibantu oleh Jeongyeon Oppa," ucapan Sana membuat Jeongyeon berdiri dari kursinya dan kini menatap 2 orang yang baru saja tiba itu dengan kikuk.
"Jeongyeon Oppa, kenalkan, ini kakak sepupuku, Mingyu Oppa. Dan ini, Nayeon Unnie. Ah, aku lupa, kau kan sudah kenal dengan Nayeon Unnie." ucap Sana dengan semangat memperkenalkan Jeongyeon pada Mingyu. Jeongyeon dan Nayeon hanya tersenyum canggung mendengar perkataan Sana. Sedangkan Mingyu, matanya kini menatap Jeongyeon dan Nayeon dengan curiga melihat gerak-gerik keduanya.
"Aku Mingyu, pemilik kafe ini." Mingyu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Jeongyeon. Bibir Mingyu menyunggingkan sebuah senyuman, namun matanya menyiratkan sebuah peperangan.
"Aku Jeongyeon, pekerja di toko bunga seberang." Jeongyeon membalas uluran tangan Mingyu. Matanya juga menatap Mingyu dengan tajam. Nayeon yang melihat kedua pria di hadapannya seperti sedang berperang melaluli tatapan hanya bisa berdiri canggung. Entah kenapa, tersirat sedikit ketakutan dalam hatinya. Takut jika Jeongyeon salah paham.
"Ah, aku harus kembali ke toko. Ahjumma bisa marah jika aku keluar terlalu lama," ucap Jeongyeon sambil melepaskan genggaman tangannya dengan Mingyu. "Sana, terima kasih atas minumannya. Sampai bertemu lagi!" Jeongyeon mengucapkan terima kasih pada Sana lalu berjalan keluar kafe tanpa melirik Nayeon sedikitpun yang kini sedang berada di samping Mingyu.
Sikap Jeongyeon yang seperti itu, entah kenapa semakin membuat Nayeon takut.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty One Days [✓]
Fanfiction2Yeon Fanfiction 1 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Nayeon, kini usaha Jeongyeon untuk menemukan Nayeon akhirnya berbuah manis. Namun, apakah Nayeon dapat menerima Jeongyeon kembali saat hatinya kini tidak utuh lagi? Sekuel dari "Married Life".