Day 30

3.5K 341 28
                                    

Nayeon masih setia menemani Jeongyeon setiap harinya. Ia selalu berusaha mengajak Jeongyeon untuk mengobrol atau sekedar bercerita tentang hari yang dijalaninya. Seperti yang sudah diketahui, sekarang adalah tanggal 30 Juli. Itu artinya, ini adalah hari terakhir batas perjanjian antara Nayeon dan Jeongyeon.

"Jeong, kau ingat saat kau datang menemuiku hampir sebulan yang lalu? Saat itu aku benar-benar tidak ingin bertemu lagi denganmu karena aku masih belum sanggup jika aku harus merasakan sakit hati lagi. Tapi saat itu, kau tetap bersikukuh untuk terus mempertahankan rumah tangga kita," Nayeon kini sedang duduk di samping ranjang Jeongyeon, lagi-lagi mengajaknya mengobrol.

"Sekarang sudah tanggal tiga puluh. Ini adalah hari terakhir batas yang kuberikan untukmu, Jeong. Kau berhasil. Kau berhasil mendapatkan hatiku kembali, Jeongyeon. Sekarang, bangunlah, aku mohon. Kau telah memenangkan hatiku untuk yang kesekian kalinya, Jeong," saat ini, entah kenapa Nayeon tidak bisa menyembunyikan tangisnya lagi di depan Jeongyeon.

"Terima kasih, Jeongyeon, karena kau telah bertahan untukku. Terima kasih karena kau masih berjuang untukku. Terima kasih karena telah mencintaiku. Terima kasih karena telah datang padaku sebulan yang lalu. Dan terima kasih karena sudah bertahan dengan permainan konyolku. Dirimu dan cinta yang kau berikan adalah anugerah terbesar dalam hidupku, Jeong," Nayeon yang sudah menangis terisak berusaha mengusap air matanya yang terus mengalir. Tangannya menggenggam tangan Jeongyeon dengan erat.

"Sekarang, aku lah yang akan bertahan untukmu. Aku yang akan berjuang untukmu. Aku akan terus mencintaimu. Aku akan terus mendampingimu hingga kau akhirnya memutuskan untuk membuka matamu. Aku tidak akan menyerah untukmu, Jeongyeon.." Nayeon memeluk tangan Jeongyeon, menciumnya dengan lembut, menumpahkan segala rasa cintanya pada suaminya.

Lama Nayeon menangis di sisi Jeongyeon sampai dirinya kini tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya. Nayeon berusaha bangkit dari kasur dan berjalan bermaksud untuk keluar dari kamar Jeongyeon. Dengan langkah gontai, Nayeon berusaha memegang apapun yang bisa membantunya berjalan.

Berhasil. Nayeon berhasil keluar dari kamar Jeongyeon. Namun, baru satu langkah Nayeon kembali berjalan, tubuhnya lebih dulu menyerah. Nayeon jatuh pingsan.

"UNNIE!!" Tzuyu yang baru saja kembali dari kantin rumah sakit untuk membeli makan malam terkejut saat melihat Nayeon pingsan di depan ruang rawat Jeongyeon.

"Tolong!" Tzuyu berteriak mencari pertolongan. Beruntung, beberapa perawat dengan sigap datang membantu. Mereka membawa Nayeon ke IGD untuk diperiksa.

Tzuyu menangis. Ia benar-benar khawatir saat melihat wajah pucat Nayeon saat ini. Dengan segala tenaga yang ada, Tzuyu berusaha menelepon seseorang.

"C-Chae.. N-Nayeon Unnie.."

"Ada apa, Tzu?! Apa terjadi sesuatu?!" Chaeyoung menjadi panik saat mendengar Tzuyu yang meneleponnya kini sedang menangis.

"Unnie masuk IGD.."

***

Chaeyoung mengendarai mobilnya dengan sangat kencang. Ia sedang merutuki dirinya sendiri. Ia menyesal karena tidak bisa datang ke rumah sakit hari ini. Masa cutinya telah habis kemarin. Sedangkan hari ini, ia harus lembur karena pekerjaan yang ia tinggalkan selama cuti benar-benar sudah menumpuk. Ia menyesal tidak bisa menjaga Nayeon, kakaknya. Tidak peduli dengan pekerjaannya lagi, Chaeyoung langsung bergegas menuju rumah sakit saat Tzuyu meneleponnya. 

Dengan langkah tergesa-gesa, Chaeyoung langsung terburu-buru masuk ke ruang IGD saat dirinya sudah sampai di rumah sakit. Di ruang tunggu, ia melihat Tzuyu yang sedang menangis sendirian.

"Tzu.."

"Chaeng!" Tzuyu langsung memeluk Chaeyoung.

"Tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa." Chaeyoung berusaha menenangkan Tzuyu.

"A-aku tadi pergi sebentar untuk membeli makan. L-lalu, aku sudah menemukan Nayeon Unnie pingsan di depan kamar Jeongyeon Oppa." jelas Tzuyu sambil terisak. Chaeyoung hanya bisa memeluk Tzuyu sambil mengusap-ngusap punggungnya, berusaha memberi ketenangan.

Sampai Tzuyu sudah tenang, Chaeyoung mengajaknya untuk duduk di kursi ruang tunggu sambil meminum segelas coklat hangat yang dibelikan Chaeyoung.

"Kau menjaga Nayeon Noona sejak pagi?"

"Tidak. Tadi siang aku sempat kembali ke apartemen karena ada keluarga Jeongyeon Oppa yang datang. Dan tadi sekitar pukul 7 malam, aku baru kembali ke rumah sakit. Sebenarnya tadi aku sudah melihat wajah Nayeon Unnie yang pucat. Tapi aku berpikir itu karena dirinya belum makan malam. Jadi, aku keluar lagi untuk membelikannya makan. Dan saat aku kembali, Nayeon Unnie sudah pingsan." jelas Tzuyu.

"Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa." Chaeyoung kembali berusaha menenangkan Tzuyu. Padahal, dirinya sendiri saja sangat khawatir saat ini.

"Maaf aku harus meneleponmu tadi dan mengganggu pekerjaanmu. Aku benar-benar panik dan tidak tau harus menghubungi siapa."

"Aku justru berterimakasih karena kau sudah menghubungiku."

Di tengah percakapan mereka, dokter yang menangani Nayeon keluar. Chaeyoung dan Tzuyu pun langsung menghampiri dokter tersebut dan menanyai kabar Nayeon.

"Bagaimana keadaan kakak kami, Dok? Apa semua baik-baik saja?" tanya Chaeyoung penasaran.

"Bisa ikut ke ruangan saya? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan."

***

"Biarkan dia istirahat untuk malam ini." ucap Chaeyoung yang berada di samping Tzuyu. Mereka kini sedang menatap Nayeon yang sedang terlelap dalam tidurnya.

Nayeon sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dokter menyuruh Nayeon untuk bed rest karena tubuh Nayeon benar-benar lelah akibat sering begadang dan telat makan.

"Aku akan menjaga Nayeon Unnie di sini. Chaeng, bisakah kau menjaga Jeongyeon Oppa? Apa kita harus menelepon keluarga Jeongyeon Oppa?"

"Tidak usah, Tzu. Aku yang akan menjaga hyung malam ini. Jangan membuat keluarga hyung menjadi khawatir. Besok saja kita mengabarinya. Ini sudah terlalu malam," jawab Chaeyoung sambil melihat ke arlojinya, pukul 11 malam. "Kau juga tidur, ya. Jaga kesehatanmu juga, Tzu." sambung Chaeyoung.

"Baiklah kalau begitu. Kau juga." jawab Tzuyu.

Chaeyoung meninggalkan ruang rawat Nayeon dan pergi menuju ruang rawat Jeongyeon. Kini, kedua kakak yang sangat ia sayangi sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Begitu Chaeyoung memasuki kamar Jeongyeon, ia langsung disambut oleh suara dari alat elektrokardiogram. Chaeyoung duduk di kursi samping ranjang Jeongyeon dan mengambil tangan kiri Jeongyeon untuk digenggamnya.

Chaeyoung hanya menatap wajah Jeongyeon dalam diam. Ia juga tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan Jeongyeon. Chaeyoung hanya terus menatap sampai matanya mulai merasakan kantuk dan akhirnya dirinya tertidur sambil menggenggam tangan hyung-nya.

Hari ke-30 telah berakhir..

Bersambung..

Besok, akan di-up chapter terakhir (Day 31) dan epilog. Terima kasih untuk hari ini. :)

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang