Day 11

2.9K 306 10
                                    

"Jeongyeon, ayo bangun, Sayang! Sudah pukul tujuh pagi."

"Hmmm.."

"Jeongyeon, katamu hari ini ingin menjemput Tzuyu. Ayo, cepat! Jangan sampai terlambat."

"Iya-iya, baiklah."

Jeongyeon akhirnya memaksa kedua matanya untuk terbuka sepenuhnya. Dengan malas ia bangkit dari ranjang empuknya dan langsung berjalan menuju kamar mandi.

"Kalau sudah selesai, eomma tunggu di bawah untuk sarapan." ucap eomma Jeongyeon sebelum dirinya meninggalkan kamar Jeongyeon.

"Iya, Eomma."

Jeongyeon hanya butuh waktu 30 menit untuk dirinya bersiap. Ia segera turun ke ruang makan untuk bergabung bersama appa dan eommanya.

"Selamat pagi, Appa, Eomma." sapa Jeongyeon dengan hormat kepada kedua orang tuanya.

"Selamat pagi, Sayang." balas sapa eomma Jeongyeon pada Jeongyeon.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya appa Jeongyeon dengan nada sedikit tegas.

Hubungan Jeongyeon dengan appanya memang sudah jauh lebih membaik. Walaupun appa Jeongyeon masih sedikit kaku terhadap Jeongyeon, setidaknya sikap dinginnya sudah tidak seperti dulu lagi. Appa Jeongyeon hanya akan berbicara sangat serius dan tegas saat membicarakan soal pekerjaan ataupun perusahaan.

Jeongyeon menghela napas lemah sebelum menjawab pertanyaan appanya. "Aku akan fokus ke perusahaan sampai beberapa hari ke depan. Aku sudah meminta Jihyo untuk mencarikan penggantiku untuk bekerja di toko bunga. Jadi, aku bisa fokus ke perusahaan untuk saat ini."

"Baguslah. Walaupun appa mendukungmu untuk mendapatkan hati isterimu kembali, tapi kau tidak boleh lupa dengan tanggung jawabmu sebagai CEO."

"Tentu saja, Appa."

"Appa tidak ingin perusahaan yang appa bangun berantakan hanya karena kedatangan dia." ucap appa Jeongyeon dengan nada menahan amarah. Tangannya menggenggam pisau dan garpu dengan sangat kuat.

"Sayang, tidak usah terlalu dipikirkan. Perhatikan kesehatanmu." eomma Jeongyeon berusaha menenangkan suaminya dengan mengelus tangan suaminya.

"Akan aku pastikan semuanya baik-baik saja, Appa. Aku berjanji."

°°°

Jeongyeon mengendarai mobilnya dengan pikiran sedikit kalut. Terlalu banyak masalah yang ia hadapi saat ini di waktu yang bersamaan. Belum selesai masalahnya dengan Nayeon, sudah muncul masalah baru yang membuatnya pusing.

Setelah panggilan mengejutkan dari Jihyo kemarin, Jeongyeon memutuskan untuk langsung menuju ke perusahaan dan mengundur niatnya untuk menemui Nayeon. Dan setelah mendiskusikan beberapa hal dengan Jihyo, akhirnya Jeongyeon memutuskan untuk fokus ke perusahaan selama beberapa hari kedepan. Ia bahkan meminta Jihyo mencarikan seseorang untuk menggantikan dirinya di toko bunga dengan alih-alih orang tersebut adalah sepupu Jeongyeon. Sehingga saat ia sudah selesai dengan masalah perusahaannya, ia tetap bisa bekerja di toko bunga.

Setelah pulang dari perusahaan, Jeongyeon juga memutuskan untuk tinggal di rumah orang tuanya selama beberapa hari kedepan karena masalah ini juga menyangkut tentang keluarganya.

"Kenapa ia harus datang di saat yang seperti ini?!" geram Jeongyeon dalam hati.

Jeongyeon tiba di bandara pukul 9 pagi, 15 menit terlambat dari waktu yang seharusnya. Ia segera mencari keberadaan Tzuyu di bandara.

"Jeongyeon Oppa!" teriakan dari sebuah suara yang sangat dikenal Jeongyeon membuat Jeongyeon seketika membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara.

"Tzuyu!" Jeongyeon langsung berjalan menghampiri Tzuyu dan memeluknya.

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang