Day 17

2.9K 320 13
                                    

"Oppa?!" kaget Tzuyu saat dirinya membukakan pintu apartemennya dan melihat Jeongyeon yang berdiri di depan pintu apartemennya dengan wajah lesu.

"Hai, Tzuyu." sapa Jeongyeon dengan lemah.

"Yak! Oppa! Aku sudah menunggumu sejak kemarin-kemarin dan kau baru datang sekarang!" Tzuyu langsung menghadiahi Jeongyeon dengan omelan dan cubitan di lengan kekar Jeongyeon.

"Aw! Aw! Ampun, Tzuyu, ampun!" Jeongyeon berusaha menghindari cubitan Tzuyu. Tangannya kini berhasil menahan kedua tangan Tzuyu agar dirinya tidak diserang lagi.

"Sekarang, jelaskan semuanya!"

°°°

Jeongyeon menutup cerita panjangnya dengan meneguk jus jeruk yang dihidangkan oleh Tzuyu. Ia tentunya haus setelah menceritakan semua detail permasalahannya dengan Nayeon selama Tzuyu pergi ke luar negeri.

"Kenapa Oppa tidak pernah memberitahuku masalah ini?" Tzuyu disatu sisi merasa sangat terkejut dengan apa yang didengarnya. Namun disisi lain, ia tidak bisa menyalahkan Jeongyeon sepenuhnya karena itu adalah salah paham.

"Aku tidak ingin menganggu kuliahmu, Tzuyu. Aku sudah menceritakan pada Nayeon bahwa kau sudah kembali ke Korea. Aku minta maaf bahwa aku tidak bisa mengajaknya menemuimu saat ini."

"Kalau begitu, antar aku menemui Nayeon Unnie sekarang, Oppa."

"Tidak bisa, Tzuyu." jawab Jeongyeon dengan lemah.

"Yak! Kenapa lagi?"

"Nayeon sudah pergi ke Jepang saat ini dengan bajingan itu." emosi Jeongyeon menjadi meluap saat mengingat Mingyu yang terus-menerus mendekati isterinya.

"Ke Jepang? Bajingan? Apa maksudmu, Oppa?" Tzuyu semakin frustasi mendengar kerumitan hubungan kakaknya itu.

"Mingyu bosnya Nayeon. Mingyu itu bajingan."

"Yak! Namanya Mingyu, bukan bajingan! Bicara yang jelas!" Tzuyu melempar bantal sofa ke arah Jeongyeon.

"Yak! Kenapa kau melemparku dengan bantal? Kau membela bajingan itu sekarang?!" protes Jeongyeon.

"Aku melemparmu dengan bantal agar otakmu bisa bekerja dengan benar, Oppa! Kalau kau marah Nayeon Unnie pergi bersama Mingyu, lalu kenapa kau hanya berdiam diri disini? Bukankah sudah jelas bahwa dia mengibarkan bendera perang padamu?"

Jeongyeon terlihat berpikir sejenak sebelum kembali bertanya pada Tzuyu, "Ah, jadi maksudmu apa, Tzu?"

"JANGAN HANYA DIAM SAJA DAN KITA KE JEPANG SEKARANG, OPPA!"

°°°

Dan disinilah sekarang, Jeongyeon, Tzuyu, dan Jihyo berada di pesawat pribadi milik Jeongyeon. Mereka terbang ke Jepang sore ini untuk menyusul Nayeon dan Mingyu. Karena desakan Tzuyu, akhirnya Jeongyeon mengikuti sarannya untuk merebut Nayeon sepenuhnya dari Mingyu. Jeongyeon juga mengajak Jihyo karena agar dia bisa beralasan bahwa kepergiannya ke Jepang kali ini adalah untuk pekerjaan.

Jihyo sedang tertidur di kursinya karena tentunya dia lelah saat sedang bekerja tiba-tiba Jeongyeon menyuruhnya untuk menyiapkan segala keperluannya ke Jepang dan membereskan urusannya di toko bunga dengan menyewa orang lagi untuk menggantinya. Jihyo memang sekretaris sekaligus sahabat Jeongyeon yang sangat dapat diandalkan.

"Apa Oppa tau dimana Nayeon Unnie menginap?" tanya Tzuyu yang sedang duduk di samping Jeongyeon.

"Aku sudah bertanya pada Sana dimana Nayeon menginap. Kita akan menginap di tempat yang sama." jawab Jeongyeon tanpa matanya beralih dari layar tabletnya.

"Sana? Siapa Sana?" tanya Tzuyu yang asing mendengar nama Sana.

"Dia adik sepupu Mingyu. Dia sering membantu Nayeon di kafe Mingyu. Dan dia juga dekat denganku dan Nayeon."

"Dia adik sepupu dari musuhmu, Oppa. Apa dia bisa dipercaya?"

Jeongyeon menyentil kening Tzuyu sebelum menjawab, "Tidak usah berpikiran aneh-aneh, Tzu. Sana orang baik. Kapan-kapan akan aku kenalkan dirimu padanya." Jeongyeon kembali fokus kepada layar tabletnya.

"Lalu, apa rencana Oppa saat sudah bertemu Nayeon Unnie dan Mingyu nanti?" tanya Tzuyu lagi. Jeongyeon menatap Tzuyu dengan tatapan bingung dan menjawabnya tidak tau.

Plak!

"Aw! Kenapa kau menyentilku?" kali ini Tzuyu yang menyentil kening Jeongyeon, membuat Jeongyeon meringis.

"Itu karena Oppa bodoh! Ingin merebut hati wanita, namun tidak punya rencana sama sekali. Yang kau hadapi kali ini bukan hanya menaklukkan hati Nayeon Unnie, tapi ada musuh besar yang menantimu, Oppa!" jelas Tzuyu dengan gemas karena Jeongyeon seperti orang yang tidak peka dan terkesan pasrah begitu saja.

"Ah, kau benar juga, Tzu." Jeongyeon jadi memikirkan kata-kata Tzuyu.

"Tentu saja aku benar. Sekarang, pikirkan rencanamu, Oppa. Aku ingin tidur, aku lelah." Tzuyu langsung bersiap untuk tidur karena perjalanan masih cukup lama.

Jeongyeon termenung memikirkan perkataan Tzuyu sepanjang perjalanan mereka ke Jepang. Hingga sampai di hotel pun, Jeongyeon terus memikirkan rencana yang bisa membuat Mingyu tidak mendekati Nayeon lagi.

Jeongyeon, Tzuyu, dan Jihyo baru sampai di hotel saat malam hari. Para penghuni hotel tentunya sudah banyak yang beristirahat. Hotel tempat Nayeon menginap ternyata salah satu aset keluarga Jeongyeon. Jadi, dengan mudah Jeongyeon dapat mengetahui dimana kamar tempat Nayeon menginap.

Jeongyeon sengaja memesan kamar yang tepat bersebelahan dengan Nayeon. Ia juga memesan 1 kamar lagi untuk Jihyo dan Tzuyu. Keduanya langsung pergi beristirahat saat sudah mendapatkan kamar, begitupun dengan Jeongyeon.

Setelah membersihkan diri, Jeongyeon langsung bersiap untuk tidur. Namun sebelum itu, dengan konyolnya Jeongyeon mendekati dinding kamarnya yang menjadi pemisah antara kamarnya dan Nayeon. Ia menempelkan keningnya di dinding tersebut dan mulai berbicara seakan-akan Nayeon akan mendengarnya.

"Aku memang kecewa padamu kemarin, Nayeon. Tapi, aku tidak bisa marah padamu dengan waktu yang lama. Aku rindu padamu, Nayeon.." Jeongyeon mengucapkan kalimat itu sambil mengusap-usap dinding tersebut, seakan-akan ia sedang mengusap wajah Nayeon.

Di lain tempat, tepatnya di kamar tempat Nayeon menginap, kini Nayeon sedang berbaring di ranjangnya sambil mengusap sebuah kalung liontin yang melingkar indah di lehernya. Liontin itu baru ia pakai lagi setelah kemarin hubungannya sudah membaik dengan Jeongyeon. Sayangnya, hubungan mereka yang membaik tidak bertahan lama. Dengan wajah sedih, Nayeon mengusap liontin pemberian Jeongyeon sambil melirihkan kerinduannya pada Jeongyeon.

"Aku rindu padamu, Jeong.."

Bersambung..

Thirty One Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang