6. Double Badmood

85 37 3
                                    

ZERRRRTTTT...

Suara kopi yang keluar dari mesin pembuat kopi. Ya.. Di saat seperti ini enaknya minum kopi Dingin plus kentang goreng dan burger.

Di ACC ini ad cafeteria di dalamnya. Mereka menjual makanan ringan maupun makanan berat.

Ada beberapa jenis makanan dan minuman yang di bayar dengan card, karna makanan atau minumannya di buat secara otomatis. Seperti mesin pembuat kopi ini dibayar dengan menggesekkan cardnya.

Card ini didapatkan untuk seluruh pegawai disini. Di tempat aku tinggal ini terdapat beberapa mesin makanan dan minuman yang menggunakan card. Bukan hanya di perusahaan ACC.

sekarang pukul dua belas siang, aku berniat untuk pulang jam segini. Tapi setidaknya makan dulu baru go. Memberi makan penguni di perutku ini.

Memesan beberapa makanan yang harganya pas dengan uang saku ku.

Memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, tempat favorit ku. Ku habiskan makanan ku dengan pelan dan aku masih saja memikirkan hal yang tadi pagi terjadi di ruanganku.

Baru kali ini aku mendengarnya, apa karna kali ini suasananya sepi.

Pikiran ini tak karuan, semakin di pikir khayalanku semakin dalam. Entah hal apa saja yang sempat terbesit di pikiranku.

DERRTT.. DERRTT.. DERRTT

Getaran yang kurasakan dari dalam tas, ini panggilan dari Berly.

"Halo.. Ana.."
Suara yang terdengar kurang baik

"kenapa lo Ber, suara lu macam kodok kejepit."

"cicak lo, ini aku jatoh tadi pas nganter project ke Mr. Roman. Lu bisa kesini gak? Bantuin aku dulu bentar."

"lah.. Kok bisa pulak. Kau ngebet kali sama aspal itu."

"tau ah.. Datang ajah napa"

Aku pun menghabiskan makananku dengan tergesa gesa.

Uhukkk.. Hukk..

"Aduh..keselek"

DERRTT.. DERRTT..

"lama kali sih, cepat donk"

"sabar Ber"

Kubereskan barang barangku.

"aduh minumannya sayang. Bawa ajah deh."

Aku mempercepat jalanku. Berusaha agar sampai ke tempat Berly secepat mungkin.

TAP.. TAP.. TAP..

Sesekali aku berlari.

BBBRRUUUAAKKKK!

"woi! Kau ini! Punya mata ga sih?"

Suara dari seorang laki laki yang berdiri di hadapanku, memakai kemeja biru yang terlihat elegan, dan kini kemeja itu di penuhi dengan kopi.

Aku menabraknya? Hah! Gawattt!

"ahh.. Aduhh pakk.. Maaf banget. Aku buru buru nih. Temanku jatoh dia, dan a..." Omonganku pun terpotong oleh laki laki itu.

"Ah! Ga mau tau! Mau teman mu jatoh kek, sakit kek, apa kek. Terserah lah. Bukan urusanku. Jadi ni bagaimana?"

"em.. A-anu.. Ituu.."

DERRTTT.. DERRRTT.. DEERRTT..

Telpon dari Berly. Dia terus saja menelponku.

"aduhh.. Pokoknya maaf deh. Maaf banget. Nanti aku tanggung jawab. Tapi sebelumnya aku urus temanku dulu ya."

Blue Eyes [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang