19. Rumah Gavin

25 18 2
                                    

HOAM.. "Mataku rasanya sembab"
Mata yang rasanya sangat berat untuk dibuka, membuatku berkali-kali menutupnya lalu membukanya kembali, tanpa kusadari aku entah berada dimana sedang tiduran ditempat yang empuk.

"Hah! Dimana nih?" seketika langsung bangun dan terkejut. Telat banget yah aku sadarnya.
Inilah penyebabnya ngantuk berat. Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan sepertinya tidak ada orang, panik sih, entah ada di apartemen siapa.

Ngomong-ngomong apartemennya lumayan loh, tata-an barang-barang disini rapi banget. Terus, bentuknya lumayan panjang, ga terlihat sempit, peralatannyanya lengkap, ada kulkas dan dapur serta meja makan. aku tadi tidur disofa, dapur dan ruang tamu disekat dengan sekatan rak yang bisa taruk TV gitu. Emm.. tidak buruk.

Eh.. Aku kok malah ngomentari tata ruangan disini, bukannya panik. Tapi beneran lho, apartemennya cantik.

Puji aja terus
nanti kamu pasti bakalan nyesel.

"Annora? lo tau ini apartemennya siapa?"

Liat ajah..

Waahh, aku tertarik dengan isi rak pemisah itu, rak nya ditaruk beberapa foto album artis, keren deh. Emm, ada foto IU dan ada foto-foto groupband BTS juga lho, ada beberapa foto-foto cewe disini.

"Udah bangun lo?" tiba-tiba ada yang ngomong, tapi rasanya suara ini tak asing.

Dengan rasa heran, "Bapak kok ada disini? Bapak bawa aku ke sini karna...?"

"Hey.. Ini apartemen saya.." ucap Gavin dengan gaya sok kerennya sambil memberi senyuman lebar yang nampaknya enggak tulus banget.

Aku berpikir sejenak, astaga.. Aku ketiduran lagi ya, aku ketiduran di mobil? Duhh, aku menepuk jidatku, menahan rasa malu dan menyesalinya.

Sekarang kamu menyesal bukan? Tapi dia baik banget. Gendong kamu kedalam.

Aku menatap Annora dengan tatapan sinis.

Gimana tadi yang udah puji-puji apartemannya.
Bagus kan..

Aku menghela nafas..

"Jadi, aku kok di bawa ke sini?"

"Jadi saya mau bawa kamu kemana kalo ga ke apartemenku? Gue kan ga tau rumah lo. Gini ya, gue itu memang nyebelin, tapi gue baik hati. Ga mungkin ngelantarin cewek dijalanan malam-malam, untung lo cewek."

"Ya.. bangunin aku."

"Udah gue bangunin, lo tuh tidurnya kek kebo.."

tadi dia enggak bangunin kamu.

"Gak mau disini? itu pintu ga di kunci.." ucap Gavin

Aku memutarkan kedua bola mataku, dengan rasa hati yang terpaksa aku menetap dirumahnya. Ya.. ini sudah larut, aku mana berani pulang malam-malam, sendirian lagi. Rumahku jaraknya jauh dari sini. Duhh, harga diriku.

Tak ku tanggapi lagi ucapan Gavin, aku kembali duduk di sofa.

Lalu, tak lama Gavin masuk ke kamarnya dan keluar membawakan bantal dan selimut, dia memberikan itu kepadaku. "Nih.." ucapnya lalu pergi. "Oh ya.. jangan baper ya. Itu ku kasih karna nanti kalo lo sakit, lo enggak bisa masuk kerja. Terus, kerjaan di kantor enggak ada yang kerjakan. Kan aku juga yang repot." sambungnya, dia mengoceh panjang lebar. "Iya.. Pak." jawabku. Dia kembali ke kamarnya dan menutup semua lampu, kecuali lampu dapur.

Ku pejamkan mataku dan berusaha untuk tidur.

"Enggk bisa tidur.."

Aku memandangi seluruh ruangan disini dan mataku kembali tertuju pada foto-foto di rak itu, terutama foto wanita itu. Wajahnya tidak asing, aku seperti pernah berjumpa dengannya, tapi enggak ingat dimana jumpanya.

Blue Eyes [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang