"Ikuti arus airnya, maka lo akan menemukan arti kehidupan"
*****
Gavin berhenti bergerak, badannya dengan perlahan menghadap ke arahku.
Pandangan kosong yang terukir dimatanya dan rasa putus asa yang tergambar pada dirinya saat ini. Aku sempat berpikir kalau dia bukan Gavin Blade yang selama ini aku jumpai. Saat ini dia seperti pecundang yang menyerah akan hidupnya dan ingin mengakhirinya.
Bunuh diri? Itu bukan hal yang baik untuk menyelesaikan masalah. itu ga boleh di contohi loh.
Bayangan gelap kematian yang mengelilingi tubuhnya kian menyelimuti dirinya, warna gelapnya semakin lama semakin hitam. Itulah gambaran kematian yang selama ini ku lihat. Seseorang yang mendekati ajalnya maka warna itu semakin gelap, hitam dan pekat. Ya, cuma aku yang bisa melihat hal itu. Bukanlah hal yang menyenangkan bisa melihat kematian seseorang, tapi menyeramkan.
lo akan bisa melihat kejadiannya kalau lo menyentuh mereka.
Aku sudah lama ga mengurusi hal ini, karna aku harus melihat semua hal tragis dari kematian mereka. Itu membuatku ga bisa tidur selama berhari-hari. Walaupun sudah sering melihatnya, tetap saja ngeri. Mereka yang mati itu, tidak selalu mati dengan hal yang sama.
Dan kini, karna dia.. aku mulai mencampurinya.
"Pak Gavin, Lo masih waras kan?"
Dia hanya menatapku tanpa berkata. Kakinya perlahan bergeser ke belakang.
Aku yang seketika panik, dengan reflek berlari ke arahnya dan menarik tanganya.
BRUAKKK!
Punggungku sakit dan what? apa ini yang menempel di bibirku.
"ahhh!" teriakku sambil ku dorong dia.
"lo kok bukannya bangun, keterusan pulak. Berat lagi." ucapku
Aku mendorong tubuhnya yang menimpaku, lalu aku berdiri. Gavin yang masih duduk dilantai sambil menunduk itu, diam dan tak bersuara.
"empuk.." jawabnya dengan wajah polos yang memerah.
"empuk? Hah?! woi! dasar mesum lo!" ucapku
"lo beneran ga waras ya! ahhh! taulahh.." omelku sambil menendang kakinya.
Batinku
'Apa maksudnya itu?'
'berpura-pura tidak tahu dan diam saja atau otaknya masih tak waras?'Dia hanya menatapku dengan pandangan kosong setelah dia bilang "empuk". Padahal nada bicaraku sudah cukup keras dan aku juga menendangnya, tapi dia hanya diam.. wahh, sulit di percaya. Biasanya dia akan protes, minta tuntut atau apalah itu.
"lo.." ucap Gavin dengan tatapannya yang penuh dengan rasa kesal.
'apa dia kerasukan hantu yang putus asa..' batinku
'kenapa suasana hatinya jadi berubah serem begini?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [COMPLETE]
Horror✅Please klik Vote untuk dukung cerita ini ✅ "Tuhan yang berkehendak, kita yang jalanin" Jadi, aku itu bisa melihat.. melihat hal yang tak bisa kalian lihat. kalian tau itu apa? Semua itu terjadi saat aku berada di tingkat SMP kelas 3, saat aku berum...