21. Berita Kematian

25 15 1
                                    

"Kak, jangan lama-lama disini. Bahaya"

Aku memandang anak kecil itu tanpa berkata apapun, Tasya, keponakan Mpok Ayu.

"Kak, cepatlah pulang kerumah, jangan kembali kesini lagi. Ingat kak." sambungnya lagi

Lalu, dia menghilang. Entah kemana perginya.
dia berbisik padaku "Hiraukan apa yang kakak lihat, jangan ikut campur, itu umpan."

Hechhh... Hecchhh..

Aku terbangun dari tidurku karna mimpi itu. Menghela nafas yang dalam untuk meluapkan rasa takutku. Creepy banget deh mimpinya kali ini. Gue semacam diberi peringatan sebelum kembali ke kota itu, bagaimana bisa memimpikan keponakan Mpok Ayu, gue enggak mikirin dia semalam sebelum tidur.

Derrtt Derttt Derttt

Handphoneku bergetar, telepon dari Gavin. Dia menyuruku untuk segera pergi ke kantor dan menemuinya, jam delapan sudah harus tiba disana. Ngomong-ngomong gue berangkat ke Kota Rogja jam sepuluh pagi.

Padahal, semalam gue rasa gue dikasih waktu untuk boleh datang kekantor kesiangan, yang penting jangan lewat jam sepuluh, ini malah disuruh cepat-cepat datang. Apa sih maunya, heran aku tuh.

*****

"Makasih yang, bang. Hati-hati"

"baik, non."

Sesampainya dikantor gue langsung ke ruangan Gavin. Ku ketuk pintunya lalu kubuka.

"Pagi, pak" ucapku dengan nada lembut. Kita tuh harus kalem walaupun kesel, jangan menunjukkannya pada boss kekesalannya. Bukan engga boleh, lebih baik jangan. Tau-kan kenapa..

"Tolong bantu aku beresin semua dokumen ini." kata Gavin sambil menunjuk kearah beberapa folder yang ada dimeja.

"Loh.. kan ada sekretaris bapak.." ucapku protes.

"Siapa yang bertanggung jawab akan album itu?"

"Aku kan cuma sebagai editor, bukan penanggung jawab albumnya. Lagian beresin dokumen itu bukan pekerjaan sang penanggung jawab." jelasku.

Gavin tak berkata lagi, dia diam saja.

Perasaanku yang mulai merasa enggak enak, akhirnya akupun menyusun dokumen itu. "biar ku bantu, pak." ucapku.

"Katanya bukan tugasmu."

"udah dibantu juga."

Setelah selesai menyusun dokumen itu, saat ku pandangi jam dinding diruangan ini, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Sebentar lagi gue akan berangkat.

"Pak, aku permisi dulu ya pak. Supir kantor akan antar aku jam sepuluh ini."

"tidak perlu, Bu Ana." ucap manager Gavin.

"Loh.. bukannya aku disuruh ikut ke Kota Rogja? enggak jadi ya, pak?" tanyaku pada manager Gavin.

"Iya, Saya disuruh Pak Gavin untuk membatalkan jemputanmu oleh supir kantor." ucap Manager Gavin sambil memberesi barang-barangnya Gavin. "Mari silakan, Bu Ana. Saya antar." sambungnya lagi.

"Ahh, Mmm.. itu, baik Pak."

Manager Gavin mengantarku sampai keparkiran mobil, ia juga membukakan pintu untukku. Baik banget.

"Tunggu sebentar disini."

Aku pun duduk diam menunggu di dalam mobil, tak lama kemudian Gavin datang. Dia membuka pintu mobil bagian belakang, dia duduk disampingku.

"Bapak juga ikut kesana?" tanyaku heran pada Gavin

"Iyaa.. kan aku yang mengurus keperluan album Be Famous." jawabnya

Blue Eyes [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang