[Sudah.. Jangan di pikirkan lagi.]
"gimana gak kepikiran coba? Aku gak nyangka ajah.. Masa, dia.." omonganku dipotong oleh Adit. Biasanya aku meluapkan kekesalanku dengan curhat sama Adit.
Setelah meningalkan Gavin, aku pergi beli makan malam dan sambil telfon-an dengan Adit.
Sekarang, aku merasa lebih lega.
[sudah.. Sudah.. Besok kan terakhir ada disana. Hati-hati ya.]
"Ish.. Kebiasaan deh potongin orang ngomong."
[habisnya aku udah dengerin lo ngomong dari jam 8 dan sekarang udah jam 10 lewat.]
"baru dua jam.."
[dua jam udah lama.. Dengerin lo kek dengerin bebek, kwek-kwek terus. Ga haus?"
"ish! Udah ah! Aku tutup.." ucapku dan langsung ku tutup telponnya.
Aku memindahkan beberapa foto potret yang hasilnya lumayan ke dalam komputer dan nanti akan kurangkum sebagian untuk memudahkan aku saat membuat hasil proposal.
"masih butuh banyak fotonya.." ucapku sambil melihat hasil fotonya
"duhh.. yang ini bagus banget, sayang kali gambarnya kabur. Besok foto di tempat ini lagi lah.."
Selagi aku melihat hasil potretnya, muncul lagi suara dari lantai atas seperti ada yang mencakar-cakar lantainya, sama persis yang dilakukan Tasya, keponakan Mpok Ayu.
"Udah jam berapa sih.." gumamku
Jam menunjukkan pukul 11.25 malam
"sudah larut begini, Tasya masih ada dilantai atas yaa.." aku berniat ke lantai atas untuk mengecek.
Itu bukan Tasya
Jangan ke atas..Suara cakaran itu semakin keras terdengar
itu bukan urusanmu, Ana
Mpok Ayu yang harus mengurusnya..Aku tetap bersikeras ingin pergi ke lantai atas dan menghiraukan omongan Annora
"kan kasihan kalau misalnya itu beneran Tasya, pasti ada sesuatu dilantai atas, makanya Tasya bertindak begitu. Bukankah aneh? coba kamu pikirkan.. aku enggak bisa melihat apa yang dia tusuk di lantai dengan garpu. Padahal selama ini, gak ada benda atau sosok gaib yang gak bisa kulihat."
Dia bukan Tasya
"Lalu siapa? coba katakan? lo kan hantu kecil penakut..."
Dia bukan Tasya
Mpok Ayu juga bukan Mpok Ayu"Hah?! ngomong apaan sih?"
Yang kamu lihat itu bukanlah mereka yang sebenarnya.
Kami berdebat ditengah-tengah keadaan ini, tak lama suara cakaran itu menghilang.. aku dan Annora saling bertatap dan tiba-tiba saja suara hentakkan kaki yang cukup keras terdengar dari lantai atas yang arahnya menuju kelantai bawah.
TAP! TAP! TAP!
Suara itu semakin lama semakin mendekat kearah kamarku.
Kami menatap ke arah pintu dengan gelisah.
Lalu..
Gagang pintu yang tadinya diam saja, kini berubah posisinya, seperti ada orang didepan kamarku yang sedang mencoba membuka pintunya. Pelan sekali gerakannya..
Lo kunci pintunya, ga?
"ada..." jawabku pelan
Detak jantungku terdengar sangat keras, sampai aku sendiri mendengarnya tanpa menggunakan stetoskop sekalipun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [COMPLETE]
Horror✅Please klik Vote untuk dukung cerita ini ✅ "Tuhan yang berkehendak, kita yang jalanin" Jadi, aku itu bisa melihat.. melihat hal yang tak bisa kalian lihat. kalian tau itu apa? Semua itu terjadi saat aku berada di tingkat SMP kelas 3, saat aku berum...