Kalau dilihat-lihat, ada yang berbeda dari Ana. Sikapnya yang kadang suka melamun, menatap ke arah kosong dengan durasi yang lama atau bahkan sering terkejut saat dijalan. Aneh banget, macam lihat setan saja.
Aku menarik Ana keluar dari penginapan itu, untuk mengindari pertengkaran diantara mereka. Awalnya Ana terus mengelak untuk keluar, entah kenapa dia terus mau masuk kedalam penginapan itu dan melihat gadis kecil yang terbaring di kasur dengan ekspresi wajah seperti orang mati, gue merinding melihatnya.
Sepanjang jalan saat menarik Ana, Ana terus celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu, kuhiraukan saja. Sampai akhirnya aku berhasil membawanya kembali ke mobil, kami pun masuk kedalam.
Saat didalam mobil, Ana yang duduk di kursi supir tak menjalankan mobilnya dari tadi, dia duduk melamun dan raut wajahnya yang ketakutan. Tak lama kemudian, dia mulai bertingkah Aneh, menutup telinganya dan matanya disertai mulutnya yang berkomat-kamit entah apa yang sedang diucapkan.
"Kenapa lo, Na?" tanyaku heran.
Namun Ana menghiraukanku, dia tak menjawabku.
"Hey, Anaa.. Na.. lo kenapa??"
Aku mencoba menyadarkan Ana yang tiba-tiba tak sadarkan diri setelah tadinya ia berteriak cukup kencang.
Kupindahkan dia dari kursi supir dan niatnya gue yang mau nyetir. Tapi, gue engga tau jalan. Lagian mau ku bawa kemana, penginapan ajah engga ada. Pake Google Map? Boro-boro pake, kadang nelpon ajah susah dapat koneksi.
"Duhh.. pake pingsan segala sih. Ribet banget" gumanku sambil melihat Ana yang sedang pingsan.
Batin dan pikiranku pun mulai berkata saat diriku memandangi Ana, Ana cantik juga kalau lagi tidur gini. Mataku mulai menatap kearah bibirnya Ana. Huh! berusaha menahannya.
"Duhh.. sadarlah Gavin. " ucapku sambil memukul dahi.
Deerttt Deerttt
Mengambil HP dari genggaman tangan Ana. Lalu ku angkat telponnya yang sudah berdering cukup lama.
"Halo.." jawabku saat menekan tombol hijau dilayar HP.
[yaa.. ini siapa?]
"Aku boss-nya Ana. Lo siapa?"
[Ana ada dimana? kok kamu yang angkat..] ucap Adit dengan mengunakan kata formal.
"Ana pingsan"
[Hah?! kenapa bisa? Bapak apa-in Ana?]
"engga ku apa-apain"
Adit terus-terusan merepet dan bertanya tentang bagaimana Ana bisa pingsan.
tuttt.. tutt.. tutt..
Karna gue kesel akan ucapan Adit yang begitu banyak, gue menutup telponnya.
*****
Uchh, silaunya matahari petang membuatku sadar.
"udah bangun lo.." tanya Gavin
"Yaa.. udah nih. Kalau belum mana bisa aku buka mataku, pak." jawabku heran
Saat mau buka pintu mobil, aku dikejutkan oleh gadis yang biasanya selalu duduk disamping Gavin, dia berdiri didepan luar mobil, tepat didepanku. Dengan reflek, aku teriak dan engga sengaja memegang tangan Gavin.
"Maaf, pak." ucapku saat sadar kalau tangan Gavin yang ku pegang untuk menghilangkan ketakutanku.
"Modus banget lo.." tuturnya. "Kalo mau modus itu jangan tanggung-tanggung." katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [COMPLETE]
Terror✅Please klik Vote untuk dukung cerita ini ✅ "Tuhan yang berkehendak, kita yang jalanin" Jadi, aku itu bisa melihat.. melihat hal yang tak bisa kalian lihat. kalian tau itu apa? Semua itu terjadi saat aku berada di tingkat SMP kelas 3, saat aku berum...