10. Pengganggu

44 28 4
                                    

Perhatian.
Di chapter ini terdapat beberapa konten/kalimat yang mungkin mengganggu bagi para pembaca.

********

Aku merasakan sesuatu yang melekat di pungungku, lalu ku raba pelan-
pelan benda apa itu. Ya.. Dan ternyata itu adalah kasur yang menampung tubuhku.

"uhh"

Cahaya matahari yang menyinari mataku membuatku tak bisa membukanya. Silau sekali.

Pandanganku kabur, kulihat sekeliling dan ternyata Adit duduk di sebelah kiriku.

"sudah bangun lu?"

"Dimana ni?"

"dirumahku" ucap Adit sambil menutup golden jendela.

"Ha? Rumahmu? Kok bisa? Sejak kapan?"

"ya sejak semalam malam, lo lupa kejadian semalam?"

Aku terdiam sejenak, memikirkan apa maksud dari perkataan Adit.

"ke-ke..jadian semalam?"

"iya.." jawab Adit dengan ekspresi mukanya yang polos itu.

TINGG.. TONG...

"Itu pasti temanmu" katanya sambil berjalan keluar.

"Eh, Aditt.. Tungguu! Kejadian apa?"

Ya.. Dia tak mendengarkanku.

Berly datang bersama pacarnya, Steve. Mereka membawa banyak sekali camilan untuk aku.

"lo gpp kan, Na?" tanya Berly
"Sudah baikkan?" tanya Steve

"Gpp" jawabku singkat

Adit masuk ke kamar bersamaan dengan beberapa gelas- gelas yang berisi air perasa markisa untuk temanku dan pacarnya. Dan aku? Dia memberiku air putih hangat.

"Ini khusus untukmu karna lo sedang sakit."

Aku memasang wajah cemberut sambil menatap Adit kesal. Dia sungguh tak manusiawi dan tidak pengertian. Padahal dia tahu kalau aku tak suka minum air putih.

Ya.. Air putih memang bagus untuk tubuh, tapi aku.. Aku benar benar tidak suka. Kalau ada ku minum, itu karna terpaksa.

"Minum saja, ini kan untuk kesehatanmu. Nanti kalau sudah sembuh akan ku belikan coklat panas." ucap Berly.

"iyaa, aku yang traktir deh" sambung Steve.

Berly berbisik pelan pada ku "Tuh kan dia baik"

"cihh.. Diawal doank" jawabku keras hingga dua pria di kamar ini dengar.

Kedua pria itu menoleh dan melihat kami, mereka menaikkan alis mereka keatas yang artinya 'Ada apa?'.

"Gak la.. Bukan apa-apa." ucap Berly sambil memasang senyuman palsunya.

"Lo tuh ya, ngomong keras amat. Kek toak!" ngomel Ely.

"Ya kan bener, cowok tuh baikknya di awal doank. Percaya deh. Menang tampang ajh la tuh." ucap aku penuh keyakinan.

"Serah lo. Dasar JOMBLO!"

"Apa lu bilang? Jomblo?"

Ely menganggukkan kepalanya dua kali keatas dan kebawah sambil menatap HPnya itu.

Aku melempar bantalku ke arahnya sehingga Hpnya jatuh. Ely menatapku dengan penuh kesal.

"Blek!" ku ejek Ely.

"Awas lo" Ely mengancam.

Dia membalasku. Lalu aku mebalasnya lagi yaa dan akhirnya pun kami bermain perang bantal.

Blue Eyes [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang