Prolog

17.5K 826 9
                                    


°
°
°






“Mah, Rein mau menikah muda.” Ucapan spontan seorang gadis itu membuat sang papa yang sedang makan langsung tersedak, sang papa buru-buru menenggak jus jeruk di depannya. Sedangkan sang mama tampak terkejut dengan ucapan anaknya itu.

“Sayang, maksud kamu apa?” tanya sang ibu pelan.

“Rein mau menikah, Ma.”

“Rein! Kamu masih kecil nak!” tegur papanya.

“Rein udah 19 tahun, dan Rein mau hidup mandiri.” Gadis itu Brilliant Ivena Rein, seorang gadis yang keras kepala dan selalu mendapat apa yang dia inginkan. Selama ini kedua orang tuanya cenderung memanjakannya dan selalu menyanggupi keinginan gadis itu. Tapi, menikah di usia muda rasanya terlalu beresiko. Itu yang membuat papa dan mamanya tidak langsung menyetujui keinginan gadis itu.

“Kamu mau menikah sama siapa nak? Kamu belum selesai kuliah lho, nggak nunggu selesai kuliah dulu?” Mamanya berucap lemah lembut, berusaha membujuk anaknya.

“Rein bisa tetap melanjutkan kuliah setelah menikah ma,” ucap gadis itu tak mau kalah.

Papa nya berdehem, membuat baik Rein dan sang mama menoleh kompak. “Akan papa setujui, tapi kasih alasan kenapa kamu mau menikah muda. Kamu tau Rein, papa dan mama hanya takut pada akhirnya pernikahan kamu dan siapa pun itu akan berakhir di tengah jalan karena kamu masih terlalu kecil untuk menikah. Kalau alasan kamu hanya karena iri melihat teman-temanmu atau artis menikah muda, papa nggak akan kasih izin.”

“Rein Cuma mau menjadi pribadi yang lebih baik, selama ini Rein selalu berusaha keras dalam karir dan pendidikan. Tapi Rein akhirnya sadar, Rein bukan apa-apa kalo Rein nggak tau tentang agama sama sekali pah. Selama sembilan belas tahun Rein hidup, Rein nggak tau apa-apa tentang agama yang Rein anut. Di KTP agama Rein islam, tapi Rein nggak tau apapun tentang islam. Rein sholat dua kali setahun, Rein bahkan nggak tau gimana caranya wudhu yang benar, Rein nggak tau gimana caranya baca Al-Quran. Rein nggak tau apa-apa tentang islam pah, dan Rein ingin tau. Rein suka sama seseorang, dan Rein rasa dia bisa mengajari Rein dalam islam. Tapi Rein nggak bisa berteman dekat sama dia, Rein juga nggak bisa minta tolong dia buat ngajarin Rein. Karena itu, Rein mau menikah sama dia.”

Papa dan mamanya langsung membisu. Itu benar, mereka mendidik Rein sejak kecil untuk segala hal bahkan seni tapi tidak untuk agama. Mereka seperti ditampar, bagaimana Rein yang sembilan belas tahun akhirnya menyadari hal itu sedangkan mereka berdua yang sudah puluhan tahun lebih tua bahkan tidak mengingat itu sama sekali.

Sang papa sempat bertatapan dengan sang mama sebelum menggeser piringnya yang masih berisi makanan ke depan. Sang papa kehilangan napsu makannya. Lalu dia beralih menatap putri semata wayangnya itu.

“Rein, papa kasih izin kamu menikah.”



Tbc...

26/09/2018
Vin

Please be my husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang