°
°
°
Loving you was dumb, dark, and cheap.Rayan tampak gelisah dalam duduknya. Sesekali matanya melirik ponselnya, dan harus menelan kekecewaan saat lagi-lagi pesannya hanya dibaca oleh Rein. Rayan akhirnya hanya bisa menghela napas dan memasukkan ponselnya ke saku celana. Dia berusaha fokus pada rapat yang masih berlangsung.
Ya, sebuah rapat. Kemarin Nisa, memintanya untuk ikut berpartisipasi karena dari jurusannya belum ada yang mau ikut. Rencananya akan diadakan sebuah pameran amal yang hasilnya akan disumbangkan untuk korban palu dan donggala. Tentu saja Rayan pasti akan menyanggupi walau awalnya harus pikir-pikir dulu, karena dia punya jualan yang perlu diurus.
Masalahnya dia memang belum bicara apapun pada Rein. Dan Rayan sadar dia bersalah karena main mata pada perempuan lain padahal dia sudah menikah dengan Rein. Walau itu hal yang sulit dikendalikan tapi hatinya mendadak goyah karena melihat Nisa dengan kelemah lembutannya itu.
"... jadi sepakat ya, acaranya dua minggu lagi. Lebih baik yang benar-benar mau ikut berpartisipasi segera konfirmasi ke Nisa ya. Buat Gita tolong ya bagian izin kamu yang urus."
"Siap!"
"Roni dan kawan-kawan yakin bisa kan dua minggu nyelesaiin dua puluh lima lukisan?"
"Udah nyicil kok kak, santai aja pasti bisa."
"Ok bagus. Oh iya, kita belum ada perwakilan dari anak manajemen. Ada yang mau saran siapa?"
"Gini kak, aku udah minta tolong sama temenku di jurusan itu tapi katanya dia ogah ikutan."
"Iya, anak manajemen susah diajak buat acara amal kaya ginian kak."
Rayan tiba-tiba angkat tangan. "Aku ada kenalan anak manajemen, dan kayaknya bisa ikutan kak."
"Alhamdulillah..." koor beberapa orang kompak.
"Ok jadi tinggal masalah tenda kan? Itu biar aku yang handle." Semua mengangguk menyetujui.
"Yaudah rapat kali ini kita anggap selesai, untuk rapat berikutnya bakal diinfokan lewat wa ya."
"Ok kak."
Rayan buru-buru bangkit sesaat setelah ketua panita mengucapkan salam. Dia langsung berlari keluar rumah dan masih berlari lagi menuju tempat motornya terparkir. Rayan merutuki dirinya sendiri kenapa memarkir motornya jauh dari rumah tempat rapat tadi.
Setelah sampai di tempat parkir, Rayan segera menaiki motornya, tak lupa memasang helm dan langsung memutar gas dengan cepat.
Rein adalah salah satu perempuan penyabar menurut Rayan. Dia sadar terkadang dia berkata seenaknya tanpa memikirkan perasaaan Rein. Mungkin ini adalah balasan, dan Rayan terima itu karena Dia memang bersalah.
***
Rein meringkuk di tengah ranjang dengan tubuh bergetar. Napasnya terlihat tidak teratur, dan walau dia berusaha menahan isakannya tapi suara isakan itu masih tetap terdengar.
Pada akhirnya dia bisa melihat tatapan itu dari Rayan, tapi dia tidak menyukainya karena Rayan menatap perempuan lain.
Bahkan preman sekali pun pasti akan memilih perempuan yang baik untuk menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya. Perempuan yang menutup auratnya, perempuan yang menjaga dirinya dari segala jenis godaan lawan jenis di luar sana.
Dan perempuan itu bukan Rein. Dia tidak sebaik itu. Harusnya dia sadar diri kalau perempuan sepertinya bahkan tidak ada dalam daftar kriteria seorang Rayan. Mengubah perasaan seseorang ternyata tidak semudah yang orang katakan. Buktinya bukan Rayan, tapi Rein yang pada akhirnya jatuh lebih dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/162245597-288-k493770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be my husband!
ChickLitNamanya Brilliant Ivena Rein, atau akrab disapa Rein. Sejak kecil Rein tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah dari orang-orang terdekatnya. Tumbuh menjadi remaja cantik dan dikagumi banyak kaum adam. Dia juga berprestasi di bidang akademik, menjad...