Part 6 : Sah.

8.8K 710 37
                                    

°
°
°




“Sah?”

“Sah...”

“Alhamdulillah,” ucap Rayan pelan. Rayan menatap sekitarnya dan tak bisa menahan senyumnya saat melihat keluarga dan sahabatnya ikut tersenyum ke arahnya. Untuk akad pagi ini memang Rayan dan Rein tidak mengundang banyak orang. Hanya keluarga dekat Rayan, dan juga keluarga dari pihak Rein, juga dua teman Rein dan dua teman Rayan di kampus.

Rayan tidak bisa mengungkapkan perasaan bahagianya lewat kata-kata, yang pasti dia amat bahagia karena semua berjalan lancar sesuai yang direncanakan.

Tak berapa lama setelah itu terlihat Rein menuruni tangga bersama sang bunda, dan mama mertuanya juga kedua sahabat Rein mengikuti di belakang. Setelah berunding dengan kedua orang tuanya Rayan akhirnya setuju untuk akad diadakan di rumah Rein. Awalnya Rayan berniat untuk akad di KUA saja, lebih simple dan tidak memakan banyak waktu. Tapi karena dari pihak Rein yang punya keluarga besar tidak setuju akhirnya Rayan mengalah dan setuju untuk akad di rumah Rein.

Rein terlihat cantik seperti biasa tentu saja, dengan kebaya putih yang tentunya tertutup dan rambut yang disanggul sederhana. Rayan memang meminta Rein sebisa mungkin tampil sederhana untuk ijab kabul pagi ini. Dan Rayan senang karena Rein mau menuruti keinginannya.

“Rayan,” bisik Rein setelah duduk dengan nyaman di samping Rayan.

Rayan tersenyum lantas mengulurkan tangannya yang disambut semangat oleh Rein. Rein lantas mencium punggung tangan Rayan yang langsung disoraki oleh kedua sahabat dekatnya. Rein tersenyum malu tapi berusaha mengabaikan soarakan sahabatnya itu.

“Rayan-“

“Panggil Mas,” potong Rayan dengan senyum lebarnya. Yah Rayan memang ingin dipanggil Mas saat sudah menikah.

“Mas?” tanya Rein dengan mata berbinar. Rayan hanya mengangguk dengan binar semangat di matanya.

“Maaf, bermesraannya ditunda dulu ya. Tolong tanda tangani berkas-berkas dan buku nikah dulu.” Ucapan papa Rein itu tak ayal membuat Rein dan Rayan langsung salah tingkah. Makin salah tingkah saat orang-orang disana mulai menertawakan mereka.

Setelah itu dilanjutkan dengan acara pengajian. Semua duduk mendengarkan, tapi tidak dengan Rein yang sejak tadi selalu mencuri pandang ke arah Rayan. Sedangkan Rayan sendiri tampak fokus tanpa menoleh sejak tadi.

Rein menundukkan kepalanya dengan bibir mengerucut sedih, menatap tangannya yang dilukis dengan hena di sana. Rayan duduk di sampingnya tapi terasa jauh darinya.

“Rein,” Rein langsung mengangkat wajahnya saat mendengar suara Rayan di sampingnya. Rayan tidak menoleh ke arahnya, cowok itu masih fokus ke depan. “Jangan nunduk terus..., sayang.”

Dan rasanya Rein mau pingsan saat Rayan tiba-tiba menoleh ke arahnya, tersenyum lebar dan langsung menggenggam tangannya erat. 

“Liatin wajah aku aja kalo bosen,” ucap Rayan sembari mengedipkan matanya.

Rein melongo. Apa-apaan itu? Rayan bisa narsis juga ya?

***

Rein terus menempeli Rayan sejak acaranya selesai jam dua belas siang tadi. Setelah makan dan berbincang-bincang akhirnya baik dari keluarga Rayan dan keluarga Rein pamit pulang. Tinggalah kedua sahabat Rein dan sahabat Rayan, tentunya dengan pengantin baru itu kini duduk di sof ruang tamu.

Luna masih menatap takjub pada Rayan yang duduk berdempetan dengan Rein dan terus menggenggam tangan gadis itu sejak tadi. Sedangkan Arini tampak sibuk dengan ponselnya. Rayan sendiri terus mengobrol dengan sahabat dekatnya yang diundang.

Please be my husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang