Part 19 : Dekat.

7.7K 621 14
                                    

°
°
°



Rein membaringkan tubuhnya yang terasa begitu lelah, matanya terasa berat hingga akhirnya dia mengalah dan membiarkan kelopak matanya terpejam. Hembusan napasnya terdengar teratur. Sesaat kemudian Rein sudah pulas dalam tidurnya.

Rayan keluar dari kamar mandi, sudah siap untuk berangkat kuliah. Tatapannya langsung jatuh pada Rein yang terbaring di atas ranjang. Rein pun sebenarnya sudah siap untuk pergi kuliah, tapi tampaknya Rein begitu kelelahan sampai tertidur dengan pulasnya. Rayan nggak tega membangunkan Rein.

Suara dering ponsel Rein membuat Rayan langsung menoleh ke arah sumber suara. Diambilnya ponsel Rein dari atas meja belajar yang masih berdering. Nama Luna terpampang di sana.

Rayan menggeser tombol hijau di layar untuk menerima panggilan suara.

"Halo Rein,"

"Wa'alaikumssalam. Ini Rayan, Rein masih tidur."

Hening sejenak.

"Masih tidur? Nggak mungkin, ini hampir jam sembilan loh Yan."

"Iya dia masih tidur."

"Gila, kecapekan abis kerja rodi semalem ya? Wah manjur juga gue panas-panasin kemarin. Whatever lah ya gue cuma mau bilang hari ini nggak usah ke kampus. Dosennya nggak masuk, gue udah sampai kampus ternyata jamnya kosong."

"Iya, makasih Lun."

"Okay!"

Dan sambungan telepon diputus sepihak oleh Rayan. Dia hanya tidak mau terlalu akrab dengan teman Rein saat si pemilik ponsel tengah tidur dengan nyenyaknya. Rayan lantas meletakkan ponsel Rein ke tempat semula, dan menempelkan post it di atasnya yang memberitahukan agar Rein tidak perlu pergi ke kampus. Kenapa Rayan memilih menempelkan post itnya di ponsel? Karena Rein tidak bisa lepas dari yang namanya ponsel, bangun tidur yang dia cari pertama pasti ponsel.

Setelah itu Rayan langsung mengambil tasnya, hari ini dia harus mengambil undangan yang sudah jadi sebelum berangkat kuliah. Sudah disepakati masalah undangan, catering, dan gaun menjadi tanggungan Rayan. Tapi untuk masalah gedung, WO, dan pengisi acara, dari pihak Rein memaksa Rayan untuk tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Orang tua Rein ingin sekali ikut andil dalam resepsi anak semata wayang mereka. Dan Rayan tidak bisa menolak.

Awalnya Rayan hanya ingin mengundang orang-orang terdekat, tapi keinginannya itu terpaksa harus diurungkan karena dari pihak keluarga Rein sendiri banyak orang-orang penting dan rekan kerja orang tua Rein yang harus di undang. Jadilah Rayan menurut saja saat mertuanya bilang sudah memesan gedung untuk resepsi.

Sebelum benar-benar berangkat, Rayan menyempatkan diri untuk memberikan kecupan di kening Rein. Sedikit merasa bersalah karena sudah membuat Rein kelelahan, tapi tidak menyesal sama sekali dengan apa yang mereka lakukan semalam.

Setelah memberikan satu kecupan lagi di kening Rein, Rayan akhirnya benar-benar pergi untuk mengambil undangan dan selanjutkan menjalani rutinitas sehari-harinya apalagi kalau bukan kuliah.

***

Ucapan Luna tempo hari ternyata bukanlah omong kosong semata. Buktinya setelah hari itu Rayan dan Rein bisa maju selangkah lebih dekat dari hari yang lalu. Akhirnya mereka merasakan masa-masa indahnya pasangan pengantin baru. Dan perlakuan Rayan yang makin hari makin manis. Walau kesibukannya masih menjadi satu hal yang terkadang membuat Rein kesal. Memang ya anak FK sedang sibuk-sibuknya menjelang UAS.

Seperti saat ini, Rayan tampak sibuk di depan laptopnya, mengerjakan tugas ditemani setumpuk buku super tebal yang menurut Rein mengerikan. Sedangkan Rein sedang malas-malasan di atas ranjang dengan tangan menopang dagu. Sejak tadi dia terus menatap ke arah Rayan, berharap suaminya itu segera menyelesaikan kencannya dengan laptop yang akhir-akhir ini lebih sering menemani Rayan ketimbang dirinya.

Please be my husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang