°
°
°Saat Rayan sampai di rumah setelah dari kedai milik pandu...
Rayan memarkirkan motornya di samping rumah, lantas segera masuk ke dalam rumah melalui pintu utama. Suara ramai-ramai dari ruang tamu membuat Rayan sejenak mengernyit sebelum akhirnya memutuskan untuk langsung masuk.
“Assalamu’alaikum,” salam Rayan.
“Wa’alaikumsalam ... udah pulang kamu?” suara bernada sinis dari bundanya membuat Rayan terdiam kaku tanpa bisa menjawab. “Masih yakin istrimu itu bisa jadi perempuan baik-baik?”
“Bun-“
“Diam yah!” sentak sang bunda memotong ucapan sang ayah.
“Bunda yang harusnya diam! Istighfar Bun,” ucap sang ayah mencoba meredam amarah sang bunda.
“Gimana bunda bisa diam yah?! Mana ada seorang ibu yang rela anaknya dikata-katain bodoh karena mau nikah sama orang yang kaya si Rein itu. Malu yah!”
Rayan hanya bisa menghela napas mendengar ucapan sang bunda. Terkadang Rayan ingin kembali ke masa lalu dimana ponsel belum secanggih sekarang hingga informasi bisa menyebar dengan begitu cepatnya dalam hitungan detik. Rayan mendadak merasa menyesal sudah mengajari bundanya menggunakan sosial media.
“Dari awal juga bunda nggak setuju kamu nikah sama Rein. Kalo udah kejadian kaya gini kamu mau gimana? Tetangga pada ngomongin, apalagi tante kamu itu makin-makin lah dia ngerendahin bunda gara-gara masalah ini.”
“Bun, ini bukan salahnya Rein. Rein juga nggak mau fotonya kesebar,” ucap Rayan dengan lemah berusaha membela istrinya.
“Halah sama aja to? Mana ada cewek baik-baik kok foto kaya begitu. Aduh Yah! Bunda nggak tau lagi mau gimana, kamu kok sial sekali dapet istri macam Rein itu. Cewek kok mau-maunya foto telanjang, naudzubillah iminzalik...”
Rayan hanya bisa menghela napas. Begitu berat rasanya mendengar ucapan bundanya sendiri. Sakit hati rasanya mendengar sang istri dikata-katai seperti itu.
“Udah kamu cerai aja sama Rein, mumpung baru sebentar nikahnya-“
“Astaghfirullah Bunda!” bentak sang ayah berhasil membungkam ucapan sang bunda. “Bunda nggak berhak ngatur hidup Rayan! Dia sudah berkeluarga, dia kepala keluarga. Nggak baik ikut campur urusan anak sendiri bun, jangan membuat masalah tambah runyam. Kalau pun Rein bersalah harusnya bunda maafkan, Bunda nggak berhak menilai orang seperti itu. Kalau Rein bersalah bantu dia supaya berjalan di jalan yang benar lagi, bukannya ikut merendahkan dan ngatai-ngatain sampai nyuruh Rayan cerai.”
Bundanya tiba-tiba saja terisak mendengar ucapan sang ayah. “Bunda cuma malu yah,” isak bundanya.
“Bunda,” panggil Rayan dengan lembut. Bundanya tampak menoleh menatap ke arah Rayan dengan mata yang basah karena menangis.
“Boleh Rayan minta tolong sama bunda?” tanya Rayan yang dijawab anggukan singkat oleh sang bunda. Terlihat mata Rayan yang memerah dan berkaca-kaca.
“Di sini orang yang paling terpukul adalah Rein, mungkin di luar dia baik-baik aja, tapi Rayan yakin pasti Rein tertekan. Rayan mohon sama bunda, maaf kalau Rayan lancang, tapi Rayan harap bunda mau berbesar hati untuk nggak berkata kasar sama istri Rayan. Rayan percaya Rein itu orang yang baik. Seburuk apapun masa lalu seseorang, Allah selalu membuka pintu taubatnya untuk orang-orang yang benar-benar ingin bertaubat. Rayan harap bunda mau memaafkan kekhilafan Rein kali ini.”
Rayan menangis, terisak dengan kepala menunduk.
“Bunda, Rayan minta maaf,” ucap Rayan dengan suara serak. “Rayan nggak sanggup menghadapi ini tanpa Bunda. Rayan sayang bunda, Rayan juga sayang Rein. Kalian adalah orang-orang yang Rayan sayangi, jangan minta Rayan untuk menyakiti salah satu dari kalian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be my husband!
ChickLitNamanya Brilliant Ivena Rein, atau akrab disapa Rein. Sejak kecil Rein tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah dari orang-orang terdekatnya. Tumbuh menjadi remaja cantik dan dikagumi banyak kaum adam. Dia juga berprestasi di bidang akademik, menjad...