Part 12 : Damai.

6.6K 598 14
                                    

°
°
°


Usai kelas terakhirnya, Rein mampir sebentar ke cafetaria untuk membeli minum. Di tangannya setumpuk buku tebal dan beberapa makalan tampak sedikit menyulitkannya untuk membayar minuman pesanannya. Sampai tiba-tiba sebuah tangan terulur dengan selembar uang sepuluh ribuan. Rein refleks menggeser tubuhnya untuk melihat siapa gerangan yang membayar minumannya itu.

"Sini, mas bawain bukunya." Dan tanpa menunggu persetujuan Rein, Rayan langsung mengambil alih buku dan makalah di tangan Rein. Juga totebag yang tampak berat di tangan kanan Rein.

Rein berdecak melihat kelakuan Rayan, bukan kagum tapi heran. "Mas apa-apaan sih?" tanyanya dengan wajah datar.

"Ambil minumannya, kamu pulang sama aku."

Dan mau tidak mau Rein menuruti perintah Rayan. Rayan sudah berjalan lebih dulu di depan sana. Meninggalkan Rein yang mendumel kesal karena tingkah seenaknya Rayan.

Sampai di parkiran, Rayan langsung memasukan beberapa buku Rein ke dalam tas gendongnya. Sisanya dia masukan ke dalam totebag Rein lantas menaruhnya di motor bagian depan.

Saat Rein sampai sana Rayan sudah anteng duduk di atas motornya, dengan helm terpasang di kepalanya.

"Aku mau pulang naik ojek! Mas bawain aja bukunya sampai rumah, aku pesen ojek online aja!"

Rayan dengan sigap merampas ponsel Rein yang baru dia keluarkan dari saku jeansnya. "Nggak ada naik ojek online, kamu pulang sama mas."

"Pemaksa!" desis Rein walau pada akhirnya dia tetap naik di belakang Rayan.

Rein kira meraka akan langsung pulang ke rumah, ternyata motor yang dikendarai Rayan melipir ke taman sakura yang sekarang jadi tempat favoritnya anak-anak muda nongkrong.

"Mas kenapa ke sini?"

Rayan membuka helmnya, helm milik Rein juga lantas menaruhnya di atas motor. Mengambil totebag milik Rein di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menarik tangan Rein untuk digandengnya.

"Mas jawab kek kalo ditanya! Segitu susahnya ngomong sama istri sendiri," ujar Rein sinis. "Kalo sama cewek yang bagus dikit, cantik gitu aja ngomongnya alus. Sama istri sendiri boro-boro ngomong."

Rein menenggak minumannya dengan kesal. Hingga hanya tersisa sedikit dari yang awalnya penuh itu.

"Kamu juga cantik kok," tiba-tiba saja Rayan menjawab begitu sampai-sampai Rein tersedak padahal minumannya sudah dia telan.

"Aku masih marah ya!" sentak Rein dengan wajah merona.

"Tau kok," jawab Rayan santai.

"Udah tau, bukannya dibujuk atau gimana malah dianggurin," gumam Rein pelan.

Rayan pura-pura tidak mendengar gumaman Rein itu. Dia menarik tangan Rein menyusuri jalan setapak yang di sekelilingnya tumbuh pohon dengan bunga berwarna ungu dan pink yang tampak indah. Rein tidak tau itu bunga apa, tapi mungkin bunga itu yang menyebabkan taman itu dinamakan taman sakura.

Di ujung setapak ada tangga ke bawah yang rendah. Mata Rein langsung disambut air mancur kecil dengan ikan warna warni yang berenang di air jernih yang ada di sana. Banyak pengunjung yang berfoto dengan beground bunga ungu dan pink itu. Ada juga yang duduk di bangku panjang dengan pasangan masing-masing, berangkulan atau bergenggaman tangan dengan es krim di tangan masing-masing.

Rayan membawanya ke sebuah pondok yang terbuat dari bambu yang memang dibangun di sana. Beberapa pondok sudah terisi, dan yang satu di dekat air mancur kebetulan baru saja ditinggalkan pengunjung yang tadi berada di sana.

Please be my husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang