°
°
°Rayan keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah. Baju koko berwarna putih melekat pas ditubuhnya. Melihat sang istri masih tertidur dengan nyenyaknya di atas ranjang, Rayan lantas mendekati dan seperti biasa langsung membangunkan sang istri. Awal mereka menikah Rein memang begitu sulit untuk dibangunkan sholat subuh, tapi sekarang Rein sudah lebih mudah dibangunkan. Setidaknya Rayan tidak perlu ditendang dulu seperti dulu.
"Jam berapa mas?" tanya Rein mulai membuka matanya.
"Jam tiga kurang sedikit, kamu mandi dulu ya bentar lagi subuh."
Rein langsung terbangun. "Oh iya, lupa duh males banget jam segini mandi," dumel Rein pelan. Tapi tampaknya masih bisa didengar Rayan karena setelah itu satu sentilan di keningnya dia dapat dari Rayan. Rein mengaduh.
"Kamu jangan mau enaknya aja Rein."
Rein cemberut. "Mas juga dapet enaknya kali, emang aku sendirian. Pagi-pagi istrinya bangun bukannya dicium keningnya gitu atau dimanis-manisin malah disentil keningnya. Sakit tau mas," dan ternyata dumelannya masih terus berlanjut.
Rayan menghela napas, lantas menarik Rein mendekat. Mengecup kening istrinya.
Cup
Satu kecupan mendarat di kening Rein. "Udah, buruan mandi nanti kalo mepet waktu subuh terus ditanyain sama bunda kamu sendiri yang malu, bingung mau jawabnya gimana. Mas bangunin sekarang biar rambut kamu nggak terlalu basah nantinya."
Rein mengangguk, Rayan benar. Tanpa berkata apapun lagi Rein langsung melesat ke kamar mandi. Setelah mandi Rayan ikut membantu mengeringkan rambut Rein yang masih basah. Dan hasilnya cukup memuaskan, lumayan kering walau ujungnya masih agak lembab. Setelah itu Rayan memakaikan Rein mukena, lantas membimbing Rein untuk membaca Al Quran bersama menunggu waktu subuh.
Awalnya Rein masih ikut membaca Al Quran di depannya, tapi lama-lama dia malah asik menatap Rayan yang tampak fasih melantunkan ayat-ayat Al Quran. Hatinya selalu merasa tentram mendengar suara merdu suaminya itu.
Tanpa sadar Rein meneteskan air matanya. Mengingat betapa banyak dosa-dosa yang sudah dia perbuat. Hidupnya yang dulu berubah drastis. Mungkin dulu dia tanpa rasa malu menggunakan pakaian minim, atau bahkan bikini saat berada di pantai. Keluar rumah hanya memakai rok mini, atau short pants yang tidak seharusnya dia pakai. Dan sekarang dia merasa malu.
"Astaghfirullah al adzim," ucap Rein sembari menyeka air matanya. "Ya Allah maafin Rein."
Rayan menoleh ke arah Rein saat mendengar suara Rein. Dan betapa terkejutnya saat dia melihat sang istri yang duduk di hadapannya itu terisak-isak dan berusaha menyeka air matanya yang terus saja menetes. Rayan langsung menyelesaikan bacaannya dan menutup Al Quran di depannya. Tergesa-gesa dia menghampiri Rein.
"Kamu kenapa?"
"Mas, aku mau pake jilbab. Aku malu," ucap Rein di sela isak tangisnya.
Rayan mengucap syukur dalam hati. Dia memang tidak secara terang-terangan memaksa Rein untuk memakai pakaian yang menutup auratnya. Tapi mendengar keinginan istrinya itu tentu saja Rayan senang bukan main, dia akan mendukung sepenuhnya keinginan baik Rein.
"Ahamdulillah, nanti pinjam punya Salma dulu ya. Nanti pulang kuliah mas akan antar kamu nyari pakaian."
Rein mengangguk. "Iya. Makasih mas," ucapnya lantas memeluk Rayan. Rayan balas memeluk Rein, sesekali mencium puncak kepala istrinya itu.
Dan tak berapa lama setelah itu adzan subuh berkumandang. Rein dan Rayan segera bergegas untuk menunaikan sholat subuh berjamaah bersama yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be my husband!
ChickLitNamanya Brilliant Ivena Rein, atau akrab disapa Rein. Sejak kecil Rein tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah dari orang-orang terdekatnya. Tumbuh menjadi remaja cantik dan dikagumi banyak kaum adam. Dia juga berprestasi di bidang akademik, menjad...