Part 26 : Lost Friends.

7.3K 638 46
                                        

°
°
°


Hari demi hari terlewat begitu saja...

Bagi kalian yang masih duduk di bangku SMP, atau SMA, sisihkanlah waktu kalian untuk bersenang-senang. Jangan terus menerus menjadi orang yang selalu menerima, dan begitu bodoh saat dimanfaatkan orang lain. Jadilah egois sekali-sekali, karena suatu saat nanti kalian akan merindukan masa-masa itu, dan sadar bahwa waktu yang terlewat begitu berharga. Jangan terlalu ingin cepat lulus dan menjadi dewasa.

Karena menjadi dewasa itu menyakitkan. Banyak beban dan tanggung jawab besar yang harus kita pikul sendiri. Banyak masalah orang dewasa yang rasanya terlalu rumit dan sulit dipecahkan. Jika salah melangkah mungkin kita akan berada di jalan yang salah, dimana orang-orang akan mencaci maki kita.

Di saat itu, akan terlihat siapa yang benar-benar berada di pihak kita. 

Rein akhirnya menemukan tujuan hidupnya. Rein juga akhirnya mengerti bahwa seorang sahabat, bukan berarti dia adalah orang yang bisa terlalu kita percaya dan andalkan. Beruntunglah kalian bisa menemukan sahabat sejati yang ada di saat kalian senang maupun susah.

“Sayang, ayo buruan!” Suara teriakan Rayan berhasil menyadarkan Rein dari acara melamunnya. Dengan terburu-buru Rein mengikat rambut panjangnya, lantas menyambar jilbab panjang di gantungan baju. Setelah memastikan jilbabnya terpasang dengan rapi, Rein segera berlari kecil keluar kamar.

Sore ini Rein, dan Rayan berencana untuk jalan-jalan berdua. Setelah hampir dua bulan Rein tidak berani jauh dari sekitar rumah, akhirnya hari ini dia memberanikan diri untuk menghirup udara bebas setelah dibujuk ribuan kali oleh Rayan, orangtua, dan juga mertuanya.

“Lama banget, ngelamun lagi ya?!” tanya Rayan dengan mata memicing.

“Hehehe ... enggak mas. Tadi tuh perut aku mules,” bohong Rein.

“Bohong dosa loh Rein.”

Dan Rein hanya bisa meringis. Dia tidak pernah bisa berbohong pada Rayan. “Iya iya, nggak sadar udah ngelamun aja. Tadi niatnya kan cuma mau ganti baju, eh tiba-tiba jadi ngelamun.”

Rayan berdecak pelan. “Nggak boleh sering-sering ngelamun, kasian dede bayinya,” ucap Rayan sembari mengusap pelan perut Rein dari luar gamisnya.

Rein hanya bisa nyengir. “Iya, nggak lagi-lagi deh!” seru Rein dengan ceria.

Rayan tidak bisa menahan kekehannya, dengan lembut diusapnya kepala Rein yang tertutup jilbab. Rayan begitu bersyukur, setelah melewati begitu banyaknya masalah Rein akhirnya bisa bangkit lagi.
dua bulan yang lalu, Rein mengalami stres berat yang sempat membuat Rayan panik karena Rein terkadang tanpa sadar berusaha untuk melukai dirinya sendiri. Entah menggores nadinya, atau mengiris jarinya tanpa sadar. Terkadang Rein sadar, akan tetapi di waktu-waktu tertentu Rein seakan lupa dimana dia berpijak. Sempat juga Rayan membujuk Rein untuk ke psikiater, akan tetapi hal itu ditolak mentah-mentah oleh Rein.

Dua minggu penuh dilalui Rein hanya menangis, kadang melamun di atas tempat tidur. Sampai akhirnya satu minggu berikutnya tanpa di duga Kak Ana datang menjenguk. Sejak hari itu, setiap hari Rein akan dinasehati banyak hal, diberi motivasi penyemangat, hingga akhirnya perlahan Rein bisa tersenyum bahkan tertawa lagi. Dan semenjak itu juga Rein mulai dekat dengan Kak Ana.

Mengenai foto Rein yang tersebar di dunia maya, saat ini semua sudah bersih. Pihak kampus juga sudah memutuskan bahwa Rein masih bisa melanjutkan kuliah. Hanya saja Rein sendiri yang belum siap untuk masuk.

Mengenai orang di balik foto Rein yang tersebar waktu itu, Rein tampaknya tidak pernah ingin tau. Walau Rayan tau siapa pelaku dibalik foto itu, tapi dia memilih merahasiakannya dari Rein. Karena Rein tau atau tidak pun tidak akan merubah apapun. Rayan takut Rein akan shock dan malah berdampak pada kandungannya.

Please be my husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang