Iqbaal memilih meninggalkan Salsha. Bukan dirinya yang tega meninggalkan Salsha dalam keadaan seperti itu, tapi perasaannya mengatakan bahwa Salsha sedang berbohong untuk membalasnya.
Iqbaal menuruni satu persatu anak tangga, sampai ia benar-benar sudah berada di bawah. Iqbaal menoleh ke atas dan kembali berpikir bahwa ini adalah cara Salsha agar ia meninggalkannya. Salsha memang ingin sendiri sedari tadi dan selalu meminta Iqbaal meninggalkannya.
"Ah kejebak gue!" Iqbaal kembali menaiki anak tangga, dengan langkah pelan agar Salsha tak mengetahuinya. Ia menyimpulkan jika Salsha kini sadar dan kembali duduk.
Dugaan Iqbaal salah.
Salsha masih terbaring dengan posisi yang sama dengan tadi, Iqbaal tau betul posisinya, juga dengan rambut yang menutupi wajahnya.
Iqbaal berlari mendatangi Salsha, ia menyingkirkan rambut dari wajah Salsha dan Salsha terlihat pucat dengan keringat di wajahnya.
"Sal. Salsha, hey!"
Iqbaal panik dan mulai menepuk-nepuk pipi Salsha seperti yang Salsha lakukan tadi padanya.
Usahanya tak berhasil, Salsha masih tak sadarkan diri. Akhirnya Iqbaal pun menggendongnya turun dengan beberapa kali memanggil nama Salsha berusaha untuk membangunkannya.
Iqbaal berjalan cepat dikoridor menuju UKS. Kemudian meletakkan Salsha di brankar. Ada tiga petugas UKS hari ini, duanya berdiri saat Iqbaal datang menggendong Salsha, namun satunya tetap pada posisinya yang tengah duduk sambil memandang lekat Iqbaal.
Iqbaal membiarkan dua petugas itu menghampiri Salsha di brankar. Sementara ia berdiri depan pintu UKS.
Ia tahu perempuan yang menatapnya itu, ia hanya memandang sekilas kemudian mengalihkan pandangannya sementara bisa Iqbaal lihat, perempuan itu masih menatapnya.Iqbaal mengenalnya, namanya Sindy. Dia adalah orang yang sering Iqbaal lihat dalam foto Steffi, dia sahabat dekat Steffi bahkan lebih dekat dari kedekatannya dengan Salsha.
Iqbaal tau, Steffi dekat dengannya jika diluar sekolah, mereka sering jalan bersama.
"Kak, itu siapa?"
Iqbaal menatap sekilas, kemudian menjawab tanpa memandangnya.
"Temennya Steffi."
Mereka sama-sama mengenal, Sindy mengenal Iqbaal dan Iqbaal mengenalnya walau tanpa perkenalan langsung melainkan hanya sebatas tau.
Sindy seumuran dengan Steffi, namun ia berada satu tingkat dibawahnya yang artinya ia baru duduk dikelas sebelas.
"Dia nggak papa, cuma kecapean."
Iqbaal menoleh memandang satu petugas, yang Iqbaal lihat dia kelas duabelas.
"Gue masuk ya."
"Tapi dia tidur."
"Tidur?" tanya Iqbaal heran.
"Iya tadi sempat sadar, tapi saya suruh istirahat aja."
"Oh yaudah gue tinggal." Iqbaal berlalu dari UKS.
Iqbaal tak habis pikir, ternyata Salsha benar-benar pingsan, untung saja dirinya tak benar-benar meninggalkan Salsha tadi.
Iqbaal membuka handphonenya. Banyak pesan dari sahabat-sahabatnya juga dari sang kekasih.
Bang Kiki:
Baal, ada guru woy.
Pak Adi cari lo.
WOYYY IQBAAL, PAK ADI MARAH.
Aldi:
Baal, ada Salsha gak dikelas?

KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You •IQSHA•
Fanfiction[S E L E S A I] ✔ Sebuah pertemanan yang singkat itu mengantarkannya pada rasa cinta dan membuat ia benar-benar mencintai sosok Iqbaal. Salsha tahu, berada diposisinya sekarang memang tidak mudah. Terlebih harus mencintai kekasih sahabatnya sendiri...