32• Perihal Perasaan

1.5K 158 82
                                    

Gue tunggu kalian yaa:)

Mengetiknya lengkap dengan tanda senyum diakhir kalimatnya, tapi tidak untuk ekspresi wajah yang sebenarnya.

Salsha lirik bundanya yang sedang tertidur di sofa. Tanda tanya besar terlintas dipikirannya, penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, karena ia belum tahu. Namun ia rasa kedua orang tua dan saudaranya tahu.

Dalam keheningan, ia mengingat Iqbaal. Lebih tepatnya kata-kata yang terlontar dari mulut Iqbaal, yang mengatakan bahwa, ia tidak selalu ada untuk Salsha, tidak bisa selalu menjenguk.

Salsha tidak ingin sendiri karena takut orang yang ia tak inginkan justru hadir membawa luka. Ia tak mau Ari kembali dan hanya untuk membicarakan perihal perasaan.

Iqbaal tak akan datang menjenguknya, tapi ia tak menjamin jika Ari pun sama dengan Iqbaal.

Ia ingin semua temannya datang, tapi yang tak ia inginkan adalah Iqbaal dan juga Steffi. Ia masih belum ingin bertemu dengan Steffi, terlebih Ari.

Tiba-tiba ide terlintas dipikiran Salsha dan kebetulan saja bundanya pun bangun dari tidurnya. Salsha segera meminta sang bunda untuk menuruti permintaannya.

***

Iqbaal sedang bersender dikepala ranjang dengan ponsel ditangannya. Membaca pesan Salsha di grup yang menanti kehadiran semua yang ada di grup menjenguknya, termasuk Bella yang masih ada di grup tersebut, terkecuali Iqbaal.

Iqbaal dengan berat hati harus mengatakannya langsung pada Salsha pagi tadi saat menjenguknya. Bahwa ia tidak akan bisa selalu menjenguk Salsha, tidak akan selalu ada untuk Salsha. Walau pada nyatanya, dulu ia yang selalu ada untuk Salsha---terlepas dari Steffi yang kini menjadi pacarnya.

Dan sekarang, Salsha menuruti Iqbaal. Membiarkan orang lain menjenguknya.

Bukan tanpa alasan Iqbaal mengatakan itu, ia mengetahui bahwa ternyata selama ini Salsha menyukainya. Diam-diam ia tahu dari semua gerak gerik Salsha, tatapan matanya dan saat Salsha memeluknya seolah ia adalah satu-satunya orang yang bisa Salsha peluk.

Jujur, Iqbaal baru menyadari itu saat kondisi Salsha yang sekarang dan ia sendiri tak nyaman akan perlakuan Salsha.

Drt.. Drt..

Iqbaal membuka handphonenya dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Bastian: Gue mau jenguk Salsha, ikut nggak?

Iqbaal ingin, namun Salsha tak akan mengharapkan itu terlebih saat ucapannya pagi tadi.

Iqbaal: Enggak.

Cukup singkat, tapi Bastian pasti mengerti.

Lagi. Pesan pun masuk.

Cassie: Baal, besok gue mau jenguk Salsha. Temenin ya, sama Steffi juga.

Iqbaal mengernyitkan keningnya, entah Cassie tahu permasalahnnya dengan Steffi atau tidak, sampai-sampai mengajaknya dengan Steffi seolah hubungannya baik-baik saja.

Cassie: Kalo nggak mau gapapa, its ok.

Sekarang Iqbaal bingung dengan perasaannya, bersama Salsha perlahan membuat ia menghapus bayang-bayang Steffi. Namun jika bersama Steffi, ia mengingat jelas Salsha.

Perasaan memang tidak ada yang tahu, bahkan ia tak mengerti perasaan seperti apa yang sedang ia rasakan.

Iqbaal membuka kontak, lalu mengetik hurup "s" berusaha mencari nama Steffi disana.

Setelah dapat, matanya tak sengaja menangkap nama tepat diatas nama Steffi, yaitu Salsha.

Sekarang jarinya mencoba mengarah pada nama Steffi namun hatinya mengarahkan pada Salsha.

Waiting You •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang