18• Dekat

1.9K 146 30
                                    

Setelah pulang sekolah tadi, Salsha diajak Ari makan di sebuah rumah makan.

Cukup lama mereka disana, sampai Salsha yang meminta pulang baru Ari menyudahi obrolan dan mengantarkan Salsha pulang.

Sesampainya dirumah, Salsha sama sekali tak beniat menawarkan Ari mampir. Ia benar-benar tak ingin berlama-lama bersama Ari. Ia tak punya pembahasaan yang akan dibicarakan mengingat dirumah makan tadi Ari hanya lebih banyak bertanya mengenai dirinya dan sahabat-sahabatnya, juga tentang Steffi. Bukan obrolan seperti itu yang Salsha harapkan, ia lebih banyak menjawab dan mungkin sekedar tersenyum mendengar Ari yang menceritakan sosok Steffi dimatanya.

Salsha dengan wajah ketusnya memasuki rumah. Sang Bunda memanggilnya namun ia terus melangkah menaiki anak tangga.

Salsha bisa benar-benar menjadi dirinya ketika dirumah, namun disekolah ia pandai menyembunyikan perasaanya.

Salsha masih dengan wajah cemberutnya memasuki kamar.

"Argg!" Salsha melempar bantalnya ke sembarang tempat.

Salsha tak mengerti perasaannya sekarang, terlintas tiga lelaki dipikirannya.

Iqbaal, Ari dan Bastian.

Ya, seketika ia merasa aneh kala Bastian terlintas dipikirannya.

Salsha menjatuhkan air matanya.

Dekat dengan Ari membuatnya bingung, lalu melihat senyum dan usaha Ari yang selalu ingin dekat dengannya membuat Salsha merasa seakan Ari adalah miliknya.

Melihat perubahan sikap Bastian padanya, seolah membuat dirinya dan Bastian adalah orang yang baru mengenal. Memang tidak sedekat dulu.

Dan Iqbaal? Tetap baginya, posisinya dulu jauh lebih beruntung dibanding sekarang, dimana Iqbaal menjalin status dengan Steffi dan tak akan bisa sedekat dulu bersamanya.

Ada yang menelponnya.

Salsha menatap layar handphonenya dan menatap heran nama si penelpon.

"Ngapain sih, Baal?!"

Salsha selalu dibuat kesal, bukan Iqbaal yang Salsha harapkan untuk menelponnya kali ini. Bukan pula Ari. Tapi Bastian. Seketika ia merindukan Bastian.

"Eh kenapa gue berharap Bastian?" Salsha menghapus air matanya dan masih menatap layar handphonenya.

Iqbaal: angkat plis.

Salsha hanya membacanya. Tak penting sekarang jika ia bertelponan dengan Iqbaal, itu hanya membuatnya merasa kehilangan sosok Iqbaal yang dulu.

***

"Cass hari ini gue duduk sama Salsha."

"Hmm." Cassie hanya mengiyakan dengan deheman kemudian berjalan dengan wajah ketus ke arah bangkunya.

"Cass, gue duduk sama lo ya?"

Cassie menoleh menatap Juan yang lagi-lagi merapikan rambutnya, sok ganteng.

"Nggak!" jawab Cassie singkat kemudian duduk.

"Yaelah, dulu juga mohon-mohon sama gue biar duduk sama lo."

"Lo sendiri yang nggak mau duduk sama bule bawel kayak gue!"

Salsha masuk ke kelas, pandangan ia arahkan ke Steffi yang melambai memberi isyarat untuk Salsha duduk dengannya.

"Pagi Salsha sayang." Salsha hanya tersenyum mendengar sapaan Steffi.

"Sal, gimana kemarin sama Ari?"

Waiting You •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang