Sepulangnya Cassie, Salsha kembali mendapat pesan whatsapp dari Ari.
Ari: Malam sal.
Salsha hanya membacanya, pesan Ari sedikit berbeda dengan menyebut namanya. Biasanya hanya benar-benar mengetikkan kata pagi, siang, sore dan malam tanpa ada kata selain itu.
Salsha tak membalas dan langsung memilih tidur.
Keesokannya, sebelum beranjak dari kasur Salsha menyempatkan membuka handphonenya. Lagi-lagi terdapat sebuah pesan dari Ari. Salsha tau isinya, ia tak mau membukanya dan sekarang memilih langsung mandi untuk bersekolah.
Setelah mandi Salsha langsung turun untuk sarapan.
"Sal, kamu berangkat sama Biya naik taksi ya. Uni udah berangkat duluan tadi."
Salsha berhenti mengunyah dan menatap Bundanya kemudian bergantian menatap sebelahnya yang biasa duduk sang Kakak.
"Hmm.. Salsha nggak mau naik taksi. Salsha pesen ojek online aja."
"Biya?" tanya Biya pada Bundanya.
"Ish kamu naik ojek juga, Biy. Ntar aku pesenin."
"Nggak osah, Bunda aja yang pesenin Biya."
"Yaudah Bun, Salsha berangkat deh." Salsha berdiri dan memakai tasnya. "Assalamualaikum," ucap Salsha sebelumnya mencium punggung tangan Bundanya.
***
Kelas terlihat sepi, hanya ada Steffi yang kini tengah duduk di bangku memainkam handphonenya.
Steffi terlihat tersenyum beberapa kali saat melihat layar handphonenya. Tak lama datang seseorang yang langsung mengambil posisi duduk di sebelahnya.
"Yuk ke kantin."
"Hmm.. Aku tungguin juga. Yaudah ayuk," ucap Steffi meletakkan handphone disaku bajunya kemudian berdiri dan disusul Iqbaal berdiri juga.
"Iya, tadi ngerjakan sedikit lagi pr yang belum selesai.""Kebiasaan."
"Dih, kaya kamu nggak sering aja. Bukannya selalu Salsha ya yang ngerjakan?"
"Ih sembarangan, udah nggak lagi!" Steffi memasang wajah tak suka dan melangkah duluan, Iqbaal terkekeh sambil menyusul Steffi keluar kelas.
Saat keduanya keluar, Salsha masuk. Mereka memang tak melihat Salsha, namun Salsha yang melihat keduanya.
Salsha tersenyum, memang selalu begini. Ia cemburu dan iri namun hanya bisa diam.
Salsha memandang seisi kelas yang benar-benar sepi, hanya ada dirinya. Koridor pun belum ramai, biasanya jika ia datang sudah ada saja yang berada di koridor bahkan dirinya yang selalu mendapat godaan dari anak kelas lain.
Mengingat itu, kembali Salsha mengingat dua tahun yang lalu, saat posisinya sebagai adik kelas. Hampir setiap harinya ia mendapat godaan dari kakak kelasnya dan yang Salsha lakukan hanyalah tersenyum manis menanggapinya.
Pilihan untuk berangkat sekolah ada dua. Benar-benar datang pagi atau benar-benar terlambat, itu pilihan agar ia tak mendapat godaan dari kakak kelasnya.
Satu pilihan yang sebenarnya ia tak habis pikir adalah dengan berangkat bersama Iqbaal. Ia tak tahu cara itu muncul saat pertama kalinya mengenal Iqbaal. Hingga akhirnya ia sangat dekat dan hampir selalu bersama. Jika Iqbaal tak bisa menjemput, Iqbaal akan menunggunya di depan gerbang masuk hingga akhirnya mereka berjalan bersisian di koridor menuju kelas.
"Salshabilla kan? Oh ya, kenapa telat?" tanya Iqbaal yang juga terlambat masuk, jam sudah hampir menunjukkan pukul setengah delapan.
"Iya, lo Iqbaal kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You •IQSHA•
Hayran Kurgu[S E L E S A I] ✔ Sebuah pertemanan yang singkat itu mengantarkannya pada rasa cinta dan membuat ia benar-benar mencintai sosok Iqbaal. Salsha tahu, berada diposisinya sekarang memang tidak mudah. Terlebih harus mencintai kekasih sahabatnya sendiri...