24• WY

1.4K 146 76
                                    

Iqbaal berada ditepi jalan, bersender di mobil berwarna hitam dengan kedua tangan yang berada di kedua kantung celananya. Langit malam seolah membuat perasaannya makin berkecamuk.

Ia bingung sekarang, dua hari berlalu dan Steffi masih saja enggan berbicara padanya. Tidak hanya Steffi, Salsha pun sama, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun saat Iqbaal menyapanya pagi tadi. Iqbaal juga ingin menjelaskan pada Steffi, namun saat disekolah Steffi seolah menghilang.

Salsha, Cassie dan Bastian kompak merahasiakan dimana Steffi saat jam istirahat. Itu semakin membuat tingkat kegeraman Iqbaal bertambah.

Ia hanya ingin menjelaskan.

Ia menyadari mengapa sang kekasih marah, kejadian dua hari yang lalu itu cukup membuat Steffi marah besar. Iqbaal yang izin pergi untuk menemui guru malah ia temukan keluar dari kelasnya, Steffi tidak masalah jika Iqbaal memang benar-benar dari kelasnya, namun yang ia permasalahkan mengapa berbohong dan bahkan menemui Salsha.

Malam ini Iqbaal merasa sebagai orang yang benar-benar bersalah pada Steffi. Kekasihnya itu kini tak ada kabar.

Handphonenya terus saja bergetar lama, menandakan ada panggilan masuk. Iqbaal berkali-kali membiarkannya, hingga akhirnya memilih merijek.

Iqbaal nggak papa, bun. Lagi dijalan ini.

Ia mencoba memberi kabar pada bundanya yang mulai cemas disana. Pasalnya Iqbaal pulang hanya untuk meminta kunci mobil. Dan kemudian keluar lagi tanpa berganti baju dan makan. Bahkan tak sama sekali memasuki kamarnya.

Ia rasa pesannya itu cukup untuk membuat bundanya tidak khawatir dan tidak menelponnya terus-menerus.

Drtt.. Drtt

Iqbaal mengusap layar handphonenya. Sebuah pesan masuk.

Aldi: Baal, lo ya jalan nggak ngajak gue lagi. Tuh bunda lo nyariin.

Iqbaal diam tak memperdulikannya. Bundanya jika sudah khawatir memang selalu seperti ini, menghubungi semua teman dekat Iqbaal.

Drtt.. Drtt...

Iqbaal membukanya lagi, berharap nama sang kekasih yang disana, namun jauh dari yang ia bayangkan. Nama Salsha lah yang tertera dibenda persegi panjang itu.

Salsha: lo belum pulang ya?

Iqbaal menduga, sang bunda juga menghubungi Salsha sebelum menghubungi Aldi. Namun respon Salsha cukup lama hingga membuat Aldi yang menghubunginya terlebih dahulu.

Iqbaal tak mau membalas, ia langsung saja menelpon Salsha. Namun Salsha malah mematikannya.

Salsha: bunda lo nyariin.

Iqbaal: angkat telpon gue.

Salsha hanya membacanya dan membiarkannya. Tak peduli akhirnya Iqbaal kembali menelponnya terus-menerus.

Iqbaal tak tahu cara apa yang bisa membuat Salsha mau mengangkat telponnya. Ia harus berbicara, disaat seperti ini ia menginginkan solusi. Namun teman-temannya tak ada yang bisa memberikan itu menurutnya, selain Salsha. Orang yang lagi-lagi juga ada dibalik suksesnya hubungan yang ia dan Steffi jalin. Namun tak pernah berpikir, bahwa Salsha juga lah yang selalu ada dibalik hubungannya, bersembunyi dan seolah baik-baik saja dengan hubungan asmara itu.

Iqbaal: Gue mau putus sama Steffi.

Sementara di lain tempat, Salsha kaget bahkan memilih bangkit dari kasur empuknya saat melihat pesan yang baru saja Iqbaal kirimkan tersebut.

Salsha bingung, apa ia harus senang atau tidak.

Bukankah ini adalah yang ia tunggu-tunggu selama ini? Menginginkan hubungan itu berakhir.

Waiting You •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang