Salsha dengan cepat berlari ke kamarnya. Ia marah pada Biya saat mengetahui handphonenya yang dipinjam Biya semalam sama sekali belum dicharge sampai sekarang sepulangnya dari sekolah.
"Ya kan Kak Salsha yang minjamin Biya, Kakak juga nggak ada minta Biya habis itu charge."
"Ya tapi kan kamu pinjam ya seenggaknya tau handphone aku mati, ya di charge, Biy!
"Kakak sendiri bilang biarin aja mati. Biar sekalian aja nggak dibawa ke sekolah, kenapa jadi nyalahin Biya." Biya tetap di atas kasurnya, sementara Salsha yang masih berseragam sekolah dengan tas dipunggungnya, berdiri di ambang pintu kamar Biya.
"Ish, kamu itu ya Biy!"
Salsha sudah menutup kembali pintu kamar Biya, tapi terdengar suara teriakan Biya memanggilnya.
"Apa?" tanya Salsha membuka pintu yang sudah sempat tertutup tadi.
"Tadi malam ada yang WA Kakak, nomor baru."
"Siapa?"
"Yee, kan Biya bilang nomor baru."
"Ya kan kamu yang megang."
"Ish Biya nggak selancang itu kali buka WA Kak Salsha, Biya cuma liat dari bar aja."
"Oh, yaudah."
Salsha berjalan menuju kamarnya yang berada di samping kamar Biya.
Ini kelebihan Biya atau mungkin sesuatu yang tak ada dari dirinya atau pun Kakaknya, Nisa.
Biya bukanlah orang yang berani membuka privasi seseorang, apalagi Kakaknya. Ia bisa saja membukanya, tapi ia memilih mengabaikannya. Berbeda dengan Nisa. Selain suka menggoda adiknya, ia tak segan jika ada kesempatan mencari semua informasi adiknya, termasuk masalah percintaan.
Salsha melempar tasnya, menjatuhkan dirinya di atas kasur dengan posisi tengkurap. Kemudian dirabanya nakas dan mulai mencharge benda kesayangannya itu.
Hai, save nomor gue Sal.
21.01Pesan whatsapp semalam. Salsha membuka profilnya dan mendapati foto Ari yang baru kemarin ia lihat wajahnya langsung.
Salsha dengan sangat terpaksa menyimpan nomor Ari. Sebenarnya ia berharap tak akan bertemu lagi dengan Ari, tapi semua ada pada Ari. Jika Ari mengajaknya, bisa saja Salsha menolak, tapi jika selalu menolak ia juga yang tak enak.
Salsha berharap, untuk beberapa hari ini Ari tak akan mengajaknya bertemu. Ia masih sangat asing dengan Ari. Salsha tipe orang yang gampang berteman, tapi jika itu adalah keinginannya sendiri dalam berteman. Jika ia tak menginginkan seorang teman, contohnya Ari sekarang, maka akan sangat susah mendekatinya.
Ari: Pagi
13.17Whatsapp yang ini baru saja masuk. Mungkin karena handphone Salsha yang baru saja aktif. Padahal seharusnya ini pesan pagi tadi.
Salsha hanya membacanya, ia juga bingung ingin menjawab sapaan pagi itu dengan apa. Siang? Oh ayolah, Salsha tak mau menyapanya duluan. Ia tak mau membuat Ari berpikir bahwa ia sedang melakukan hal yang sama dengan Ari.
Ari aktif, dengan secepat mungkin Salsha keluar dari whatsapp dan memilih meletakkan handphonenya dinakas sembari di charge.
Handphonenya berbunyi. Notif whatsapp.
Salsha dengan malas membukanya. Benar saja, ia kembali mendapat pesan whatsapp dari seseorang yang ia sudah beri nama tadi. Ari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You •IQSHA•
Fanfiction[S E L E S A I] ✔ Sebuah pertemanan yang singkat itu mengantarkannya pada rasa cinta dan membuat ia benar-benar mencintai sosok Iqbaal. Salsha tahu, berada diposisinya sekarang memang tidak mudah. Terlebih harus mencintai kekasih sahabatnya sendiri...