29• WY

1.9K 181 102
                                    

MENGERTI.
___________________

Salsha tersenyum dan bersender dikepala ranjang dengan memeluk gulingnya sambil menatap jendela kamar yang ia biarkan terbuka, mungkin selega ini bercerita pada Cassie tapi tidak setelah tahu bahwa ayahnya mengenal dekat Ari.

Senyum itu luntur, tangis jatuh mengingat Cassie sudah pergi beberapa menit yang lalu dan membuat kamarnya hening, yang terdengar hanya isakan tangisnya.

Suara nada dering panggilan berbunyi dari handphonenya yang berada di nakas, Salsha dengan gerakan pelan meraihnya dan melihat nama Iqbaal tertera disana.

Salsha mengangkatnya dan mengarahkan benda persegi panjang itu ketelinganya.

"Hallo."

Salsha diam mendengar suara Iqbaal yang mampu membuat hatinya tenang.

"Sal lo disana kan?"

"Sal, hey jangan buat gue panik."

"Salsha, lo kenapa?"

Salsha menyunggingkan senyumnya.

"Iya."

"Huh.." terdengar Iqbaal disana sedang menghela napas lega ketika mendengar suara Salsha. "Tadi kenapa?"

"Nggak papa."

"Ah lo bohong kan, cerita ke gue plis."

"Nggak papa, Baal."

Salsha bingung, harus apa sekarang, menceritakan semua yang merumitkan ini, yang berisiko menghancurkan harapan seseorang atau membiarkan harapan itu berjalan dan memilih mundur pada harapannya selama ini.

"Lo kenapa nelpon gue tadi?"

"Hah? Kapan?"

"Waktu nggak lama lo pulang, itu gue lagi dijalan terus nepi bentar liat lo nelpon gue. Kenapa pas gue angkat lo matiin, trus kenapa suara lo kaya panik gitu?"

"Lupain aja."

"Ah gue yang daya ingatnya kuat gini lo suruh lupain gitu aja. Salah orang lo, Sal. Suruh Aldi noh yang ingatannya cetek. Kalo lo nyuruh gue, gue jamin seratus persen lo cuma buat gue semakin ingat."

"Hahaha... Aldi tanpa disuruh juga udah bakal bisa ngelupain, lah justru lo yang ingatannya kuat harus banget gue tegasin buat lupain itu."

"Hahaha.."

Salsha tersenyum, percakapannya dengan Iqbaal berhasil lagi membuat rasa lega dihatinya.

"Jalan yuk."

Deg.

Jantung Salsha berdebar begitu cepat ketika mendengar ucapan, ajakan, atau mungkin hanya lelucon dari Iqbaal.

"Becanda lo."

"Ish serius kali, Sal, yuk jalan."

Salsha diam, ia tersenyum dan ingin sekali rasanya mengangguk menerima tawaran itu, sampai akhirnya ucapan ayahnya kemarin terlintas diingatannya.

"Gue mau--"

"Oke Iqbaal jemput."

Salsha menggeleng cepat, walau nyatanya Iqbaal tidak akan tahu itu.

Salsha masih mengingat jelas, lelaki yang kali ini sedang bertelponan dengannya adalah pacar sahabatnya. Bukan hal yang wajar jika ia memilih berjalan berdua dengan Iqbaal.

"Hello. Gimana? Mau?"

"Lo gila, Baal? Pacar lo apa kabar."

"Nggak papa, kan cuma jalan. Lagian nggak adil banget kalo dia ngelarang gue jalan sama lo padahal dia aja udah sering jalan sama Ari. Bahkan dia nggak ijin tuh, gue fine-fine aja."

Waiting You •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang