Dare!

1.9K 187 13
                                    

"Kau harus mendekatinya dan mendapatkan kontaknya..."

Tzuyu menghela nafasnya lelah, mungkin setelah ini dia akan memikirkan ulang untuk menukar teman-temannya dengan segelas iced chocolate saja.

Dia melirik ke laki-laki yang tengah sibuk dengan laptop di depannya. Di antara keramaian di cafe semesta, memang dia-lah satu-satunya yang menarik perhatian.

Dengan kemeja dan celana jeans tampilannya gabungan gaya santai dan rapi. Matanya sesekali melirik buku di mejanya kemudian berganti melihat laptop. Kelihatannya dia tengah sibuk.

Tzuyu membalik tubuhnya untuk melihat ke arah teman-temannya, ia memasang wajah memelas dan membuka mulutnya, "Sepertinya dia sibuk," sengaja berbisik sehingga teman-temannya hanya membaca gerakan bibir Tzuyu.

Chaeyoung mendelik kemudian menggunakan tangannya membentuk gerakan mengusir, membuat Tzuyu kembali cemberut.

Apakah ia harus melakukannya? Dilihat darimana pun lelaki ini tengah sibuk, bagaimana jika ia malah di usir?

Tzuyu memejamkan matanya, ia ingat ucapan Mamanya bahwa segala sesuatu harus di awali dengan do'a. Maka, itulah yang sekarang Tzuyu lakukan.

------------------------------------------------------------------

"Hei."

Tzuyu bisa mendengar suaranya sedikit bergetar, apalagi melihat lelaki itu kini mengarahkan tatapannya lurus ke arah Tzuyu yang tersenyum kaku.

"Boleh aku duduk disini?" Tzuyu menunjuk kursi di depan laki-laki itu, "Cafe ini cukup ramai, dan tak ada tempat kosong."

Ia buru-buru menambahkan sebelum di usir langsung oleh laki-laki itu. Pandangan matanya seakan menghunjam Tzuyu dengan tatapan tak percaya, membuat Tzuyu berkali-kali meneguk ludahnya.

Bukan karna paras tampan laki-laki ini yang benar-benar tampan, tapi lebih ke arah takut ketahuan bahwa ini salah satu alasan yang sengaja dibuatnya.

Mengangguk tapi tak bersuara, malah sekarang laki-laki itu kembali ke kesibukannya semula. Tzuyu menatap tak percaya, apa laki-laki ini bisu? Tidak bisakah ia sekedar berbasa-basi?

"Terima kasih," Tzuyu kembali bersuara mencoba menarik percakapan diantara mereka. Nihil.

Untuk melirik saja, lelaki itu tampak tak sudi. Tzuyu memutar bola matanya, biar saja jika ia dikatakan tak sopan. Bahkan lelaki didepannya ini jauh dari kata sopan.

Untunglah sebelum mendatangi meja lelaki ini ia terlebih dahulu memesan minuman dan sepotong red velvet. Jadi, sekarang ia mencoba mengabaikan lelaki itu dan menikmati kudapannya.

"Bisa tidak jangan berisik, aku sedang mengerjakan sesuatu."

Suara itu meluncur dengan jelas disertai pandangan tajam ke arahnya membuat Tzuyu yang tengah menyedot minumannya berhenti.

Apa laki-laki ini baru saja bersuara? Dan apa maksudnya? Apakah itu bentuk ketidaksukaan secara langsung?

Tzuyu mengambil tisu untuk mengelap sudut bibirnya, "Maaf, aku tak bermaksud mengganggumu."

Tak ada balasan, bahkan Tzuyu yang tadi tersenyum tipis kini melunturkan senyumannya.

Di dalam pikirannya sudah terkumpul beribu-ribu umpatan untuk lelaki itu, kalau saja ini bukan dare Tzuyu mungkin sudah melenggang pergi dari pertama kali melihat wajah datar lelaki itu.

Yang benar saja.

"Kau jurusan Manajemen ya?" Tzuyu kembali berusaha membuka percakapan, sebelumnya ia melirik judul buku yang ada di depan lelaki itu.

Notes (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang