Secretary: Tease

1.3K 146 20
                                    

Tzuyu bangun dengan perasaan mual, perutnya terasa berputar dan itu membuatnya terus-terusan ingin muntah. Dan itulah yang dilakukannya sejak bangun tadi, muntah di kamar mandi.

Ia bahkan berada di kamar mandi hampir 15 menitan sebelum merasa benar-benar kuat. Ia memandang wajahnya yang terlihat berantakan. Memperbaiki penampilannya sebelum keluar dari kamar mandi.

Ketika ia membuka pintu, ia sudah di sambut dengan Jimin yang tersenyum ke arahnya.

"Udah baikan?" Tzuyu menatap tajam Jimin tapi tangannya meraih secangkir jeruk hangat yang di bawa lelaki itu.

"Kenapa aku bisa di kamarmu?"

Lelaki yang di beri pertanyaan itu melirik ke segala arah asal tak menatap netra Tzuyu. "Kau benar-benar tak ingat?"

Tzuyu menggeleng, "Tidak, memangnya kenapa sih?"

Jimin sedikit bernafas lega, sejujurnya di pikiran Jimin sudah terancang sadisnya Tzuyu ketika mengetahui apa yang di lakukannya semalam.

"Tak ada, kau hanya terlalu pingsan jadi ku bawa ke kamarku saja."

Tzuyu masih memandangnya tak percaya, "Aku semalam tidur di sofa kok."

Tzuyu terdiam kemudian mengangguk, "Baiklah, aku mesti kembali ke kamarku untuk mandi."

Suara langkah Tzuyu yang menjauhi kamar Jimin membuat lelaki itu lega. Namun, perkataan Tzuyu selanjutnya benar-benar membuatnya kaget.

"Jim, kenapa bibirku terasa luka ya?"

------------------------------------------------------------------

Mereka memilih untuk makan siang di salah satu resto yang di rekomendasikan oleh klien kemarin. Sepanjang perjalanan menuju tempat makan itu, Jimin lebih memilih diam dan berdoa. Ia tahu cepat atau lambat Tzuyu akan mengingat semuanya namun tetap saja ini menyeramkan untuknya.

Tzuyu tadi langsung mengingat setelah bertanya perihal luka di bibirnya, dia menatap tajam Jimin yang menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. Gadis itu hanya mendengus kemudian berkata, "Aku butuh mandi, nanti saja kita bicarakannya."

Dan disinilah mereka, di sebuah resto dengan pemandangan laut yang indah. Namun, keindahan pemandangan itu tampaknya tak membuat Jimin tenang. Wajah datar gadis di depannya ini membuat nyalinya menciut.

"Baiklah, kita lupakan saja."

"Apa?" Jimin menatap bingung ke arah Tzuyu yang baru saja memecah keheningan diantara mereka.

"Kejadian semalam, lupakan saja. Aku akan menganggap tidak ada yang terjadi, dan ku harap kau juga begitu."

Jimin terdiam, dia menimbang perkataan Tzuyu sebelum mengangguk.

"Baiklah, sepertinya itu solusi terbaik saat ini."

Jimin melirik ke arah piring di depan Tzuyu, "Kau yakin ingin makan itu?"

Tzuyu ikut melihat ke arah piringnya, kemudian ia kaget. "Sial! Kenapa aku memesan udang?"

Jimin tertawa mendengar nada kesal Tzuyu, "Tampaknya kau terlalu serius sampai tak menyadari apa yang kau pesan. Kesinikan, aku memesan ayam."

Tzuyu mendengus namun tetap menukar pesanan mereka. Ketika satu suapan itu masuk ke mulutnya, dia merasa benar-benar membutuhkannya. "Aku merasa lapar sekali."

"Benarkah?" Tanya Jimin sembari tersenyum jahil.

"Iya, apa kalau mabuk jadi lapar ya?"

Jimin memasang wajah berpikir, membuat Tzuyu memandangnya penasaran.

Notes (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang