Resentful

1.3K 120 5
                                    

Tzuyu menutup buku yang baru dibacanya, sebenarnya hampir semua yang tadi dia baca tak masuk ke otaknya dan itu karna suara berisik dari sebelah rumahnya. Tzuyu heran, padahal rumah itu baru ditinggali seminggu yang lalu tapi rasanya seperti selalu ramai. Tau kenapa?

Karna hampir setiap hari terdengar keributan dari sana. Tzuyu berdiri dan mengintip dari celah-celah tirai jendelanya dan mendengus ketika mendapatkan pemandangan sekelompok laki-laki tengah mengobrol sambil bermain gitar. Astaga, disebelahnya perkumpulan pengamen?

"Tzu."

Sana yang memang berjanji akan mampir ke rumahnya sudah datang. Gadis itu juga membawakan pesanan Tzuyu, satu cake dengan rasa tiramisu. "Ini." Sana menyodorkan kotak yang dibawanya, "Buat siapa, sih?"

"Buat tetangga."

Sana menatap Tzuyu bingung, "Tetangga? Yang itu.." Tunjuknya ke arah rumah sebelah yang kini mulai terdengar suara nyanyi beserta musik dari petikan gitar. "Yang ramai itu?" Tanyanya lagi.

Tzuyu berdecak, "Mama yang nyuruh, katanya harus nyapa tetangga."

Senyuman jahil langsung terbit di bibir Sana, "Ah, biar kenalan ya? Kayanya ada yang ganteng tuh."

Tzuyu memutar bola matanya dengan malas, bagaimana ceritanya Sana bisa mengatakan hal yang dia sendiri gak yakin kebenarannya. Memangnya Sana dukun?

"Temenin kalau gitu."

"Ih, buat apa? Aku mau pulang tahu."

"Tau, makanya anterin dulu." Tzuyu memaksa namun Sana lebih gesit, dia langsung lari dari Kamar Tzuyu dan berteriak menyebalkan. "Semangat berkenalan dengan tetangga-tetangga tampan."

Tzuyu langsung cemberut, "Gak ada yang mau kenalan, Sana!"

------------------------------------------------------------------

Tzuyu mengintip kembali rumah sebelahnya yang kini mulai sepi. Aneh gak sih, kalau bertamu jam 9 malam gini? Soalnya kalau tadi dia langsung mengantarkan cake ini ke sebelah, otomatis dia bakalan ketemu sama serombongan laki-laki makanya Tzuyu gak mau. Dia menunggu sampai mulai agak tenang.

Lagian sepertinya, tamu rumah itu sudah pulang makanya rumah sebelahnya terasa sepi. Tzuyu manyun, serius kalau ada ojek online yang mau nganterin cake ke sebelah dia bakalan pesan tapi rasanya gak mungkin. Soalnya jarak rumah mereka kan gak lebih dari 10 langkah.

Tzuyu memperhatikan penampilannya di kaca namun segera menggeleng sambil berpikir, dia ngapain sih? Tzuyu cuma mau ngenterin cake. Tapi, matanya kembali memandang ke arah cermin mencoba menilai pantas atau tidaknya pakaian yang dia gunakan. Kesal dengan kebimbangan di dirinya, Tzuyu langsung mengambil cake. Lebih baik cepat antarkan, kemudian pulang.

Malam itu cuaca lumayan dingin, dan Tzuyu bersyukur memakai pakaian yang cukup membuat tubuhnya hangat. Dia sudah sampai didepan pintu setelah melewati pagar berwarna putih sebelumnya. Matanya memandang pintu berwarna coklat didepannya, masih ragu untuk mengetuk.

"Kalau gak di ketuk, gak bakalan aku bukain loh."

"Astaga!" Tzuyu memegang dadanya yang kaget karna suara dari belakangnya. Sementarang sang pelaku justru sudah menampilkan senyuman terbaiknya. "Kaget ya?"

Tzuyu mendelik kesal, "Bisa tidak jangan mengangetkanku? Kau-" Tzuyu menggeleng, merasa percuma jika marah dihadapan laki-laki yang masih tersenyum menyebalkan ke arahnya. "Ini."

"Untukku?" Tzuyu tak bisa untuk tak mencibir ketika lelaki itu terlihat begitu senang dengan apa yang Tzuyu berikan. "Untuk keluargamu." Ralat Tzuyu.

Notes (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang