Friend

1.5K 146 18
                                    

Tzuyu mengelap keringat yang jatuh di sisi kepalanya, terik matahari siang itu membuatnya merasa gerah.

"Tzu."

Gadis yang di panggil itu menoleh ke arah Yeri yang tersenyum sambil berlari ke arahnya.

"Kenapa?"

Yeri menyerahkan selembar kertas ke arah Tzuyu, "Nanti Pak Minho tak mengajar, tapi beliau menyuruh kita untuk mengerjakan beberapa soal. Nah, ini beberapa soalnya. Kertas ini harus di fotokopi. Setelah itu kembalikan ke mejanya."

Tzuyu mengangguk, sebagai bendahara tentu saja ia adalah orang yang akan di cari ketika ada hal yang mengharuskan untuk mengeluarkan duit. Apalagi, untuk keperluan kelas.

"Biar nanti aku yang fotokopi."

Yeri tersenyum, "Terima kasih, Tzuyu."

Tzuyu menganggukkan kepalanya dan kembali melihat ke arah lapangan. Siang ini dia diminta oleh guru olahraganya untuk mengawasi adik kelasnya. Ia hanya perlu memastikan mereka bermain di lapangan bukannya malah pergi ke kantin.

Ketika mendengar bel istirahat, Tzuyu menghela nafasnya.

"Udah boleh istirahat ya."

Teriakannya di sambut heboh beberapa siswa yang daritadi menahan diri untuk berlari ke kantin. Bukannya mereka takut, hanya saja Tzuyu terlihat tak mudah di rayu.

Lagipula siapa yang tak tahu dengan Chou Tzuyu? Gadis yang selalu mendapat peringkat 1 selama 3 tahun berturut-turut. Gadis yang baik namun jarang tersenyum.

"Kak, gak ke kantin?"

Salah satu adik kelas menegurnya di balas gelengan kepala Tzuyu. "Mau fotokopi ini dulu," tangannya mengangkat kertas tadi.

Tzuyu segera pergi ke arah koperasi. Ia membawa kertas itu di tangannya. Sampai disana ia melihat seorang lelaki yang tengah memfotokopi kertas yang mirip dengan yang di bawanya.

"Dari Pak Minho ya?"

Tzuyu mengangguk, mencoba tak memberikan respon lain.

"Kelasmu disebelah mana?"

Tzuyu mengabaikan lelaki itu. "Fotokopi jadi 30, Pak."

Dia memilih untuk berbicara dengan salah satu petugas koperasi daripada ke arah lelaki yang kini menatapnya penuh minat.

"Jadi, dimana?"

Melihat Tzuyu yang mengabaikannya tak membuat laki-laki itu menyerah. "Kau sakit gigi?"

Tzuyu menoleh sekilas sebelum kembali terdiam. Lelaki itu masih menatap ke arahnya namun Tzuyu segera pergi membawa hasil fotokopi-nya.

"Galak sekali," sahut lelaki itu.

Petugas Koperasi tersenyum, ia sedikit kasihan karna keberadaan laki-laki itu di abaikan. "Dia Chou Tzuyu, kalau kau penasaran dia sering berada di UKS."

"Benarkah?"

"Iya, dia salah satu anak PMR."

Lelaki itu tersenyum kemudian mengangguk, "Terima kasih, Pak."

------------------------------------------------------------------

"Tzuyu."

Suara yang akhir-akhir ini selalu muncul di sekelilingnya membuat Tzuyu mendengus. Sudah hampir seminggu lelaki itu selalu mengikutinya.

Dimulai dari pertemuan mereka di Koperasi sampai berakhir selalu muncul dimanapun Tzuyu berada. Sejujurnya Tzuyu merasa terganggu namun ia malas meladeninya. Jadi, Tzuyu tetap berpura-pura tak sadar dengan keberadaannya.

"Hari ini mau mengecek persedian UKS lagi?"

Seperti biasa lelaki itu selalu memulai untuk berbicara dengannya, padahal sampai detik ini Tzuyu tak pernah merespon apapun. Herannya lelaki itu masih saja terus datang dan mencoba berbincang dengan Tzuyu.

Karna sering mengikuti Tzuyu, dia sampai hapal semua kegiatan yang dilakukan Tzuyu. Seperti mengecek persediaan, mengabsen semua siswa yang tak hadir di tiap kelas sampai membantu beberapa guru.

Lelaki itu selalu mengikuti Tzuyu, terus berbicara namun selalu di abaikan Tzuyu. Hampir seluruh siswa sekolah menggeleng melihat interaksi keduanya. Satu sisi merasa kasihan, namun ada sisi geli.

Tzuyu yang cuek bahkan dengan gangguan apapun yang di berikan lelaki itu. Jangan merespon untuk melihat kearahnya saja Tzuyu terlihat malas.

Pintu UKS terbuka menampilkan seorang siswa yang terluka di bagian sikunya.

"Bisa kau obati, aku tergelincir."

Tzuyu mengangguk dan membawa peralatan P3K, kemudian duduk di sebelah orang yang terluka tadi. Dia membersihkan lukanya baru setelah itu memberikan obat.

"Sudah, lain kali hati-hati."

Lelaki yang daritadi berada di UKS, menatap kejadian tadi dengan wajah terpukau. Satu ide memasuki pikirannya, ia segera pergi dari UKS.

"Si Mark kemana?"

"Mark?"

Lelaki yang terluka tadi mengangguk, "Iya itu tadi Mark teman sekelasku. Kau tak kenal?"

Tzuyu menggeleng, "Dia selalu datang kesini, tapi aku tak tahu niatnya apa."

Lelaki itu tertawa, "Jangan di diemin, nanti dia makin penasaran denganmu."

Tzuyu tak merespon, ia sibuk membereskan peralatan untuk mengobati luka tadi.

Brak!

Pintu UKS terbuka menampilkan wajah Mark dengan senyumnya.

"Tanganku terluka," ia mengangkat telapak tangannya yang berdarah. Mata Tzuyu melotot kemudian menarik Mark untuk duduk di ranjang.

Lelaki yang tadi menggeleng kemudian pergi dari UKS.

"Hai, Tzuyu. Namaku Mark Lee, panggil saja Mark. Senang berkenalan denganmu."

Tzuyu fokus membersihkan luka tanpa membalas ucapan Mark. Laki-laki itu tak menyerah, kali ini dia mengenalkan dirinya dengan berbeda.

"Tzuyu aku sering memperhatikanmu, keberatan kalau kita berteman?"

Tzuyu mendengus ke arah lelaki yang tersenyum ke arahnya, "Lukanya tidak terlalu dalam. Bagaimana bisa kau mendapatkan luka itu?"

Mark nyengir, "Aku tak sengaja memegang pecahan kaca."

Tzuyu menggeleng, "Dari bentuk lukanya aku tahu kau sengaja menggenggam pecahan itu."

Mark tersenyum, membuat Tzuyu mendengus. "Apa jika aku mau berteman denganmu, kau akan berhenti melukai tanganmu?"

Mark mengangguk dan tertawa, "Untuk berteman denganmu, aku sampai harus melukai tanganku."

"Itu salahmu."

Mark tertawa, "Jadi, Chou Tzuyu mau kau berteman denganku?"

Tzuyu mendengus, "Tentu saja."



----------------------------------------
Chou Tzuyu x Mark Lee

----------------------------------------Chou Tzuyu x Mark Lee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Notes (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang