Shame!

1.6K 144 13
                                    

Seorang gadis mendudukan dirinya di salah satu kursi yang tersedia di taman itu. Taman yang di datanginya tidak terlalu besar, namun di tengahnya ada lapangam yang biasa di jadikan tempat bermain bola oleh masyarakat sekitar.

Sama seperti sore itu, banyak orang yang tengah bermain di lapangan itu. Sementara kursi-kursi masih kosong, hanya kursi yang di dudukinya lah yang terisi. Mungkin karna jam masih menunjukkan pukul setengah 4. Mungkin beberapa anak kecil akan datang sebentar lagi.

Sesekali ia mengusap air mata yang terus  terjatuh di pipinya. Isakannya sudah berangsur-angsur menghilang, tapi tetap saja ia masih merasa sedih, kesal dan marah. Saking kesalnya ia bahkan memilih berada di taman ini daripada kamarnya. Padahal selama ini ia selalu menangis di dalam kamarnya.

Tangisannya mulai berhenti, mata gadis itu memandanh ke arah depan. Matanya mengikuti pergerakan salah satu lelaki yang terlihat begitu serius merebut bola. Sesekali ia ikut mendesah ketika melihat bola di rebut dari lelaki tadi.

Tak berapa lama, lelaki yang terus di pandanginya itu mengangkat tangan. Kemudian ia duduk di kursi yang tak terlalu jauh dari gadis itu.

Gadis itu memandang penasaran ke arah lelaki itu, bukan tak sopan hanya ia ingin memastikan bahwa lelaki itu bukanlah orang asing. Rambutnya pirang, dengan mata tajam serta freckles yang terlihat jika terkena sinar matahari. Wajar kalau ia berpikir lelaki itu orang asing.

Pemikiran itu membuatnya sedikit lega, kalau begitu berarti lelaki itu tak akan bertanya mengenai keadaanya 'kan? Soalnya Tzuyu yakin kalau penampilannya jauh dari kata baik.

Lelaki itu duduk sambil mengipasi dirinya dengan handuk kecil, ia juga meminum air dari botol minum yang di bawanya. Tak lama ia kembali membuka tasnya untuk sekedar mengambil handphone.

Setelah itu ia sibuk dengan ponsel di tangannya. Tzuyu kembali mendesah, padahal taman cukup ramai dengan teriakan orang-orang yang tengah bermain bola tapi ia merasa seakan ia tengah sendirian. Ia memijit kepalanya yang terasa pusing, kebiasaan ketika ia terlalu lama menangis maka kepalanya akan terasa berputar.

"Ah! Sakit sekali."

Ringisnya sambil memijat perlahan kepalanya, gerakannya teratur. Tzuyu yang awalnya memasang ekspresi kesakitan berangsur-angsur menjadi berekspresi datar. Kelihatannya ia tengah mengingat-ingat kejadian kenapa ia sampai di taman ini dan menangis.

"Ck!" Tzuyu menghapus kasar air mata yang kembali jatuh ke pipinya, "Kenapa sih cengeng banget?"

Suaranya terdengar kesal namun sarat akan rengekan, lama-kelamaan air matanya kembali berjatuhan. Tzuyu menangis kembali, kali ini ia mengutarakan kekesalannya.

"Hiks..Kenapa sih hari ini..Hiks.. Udah tadi lupa bikin PR," Tzuyu melirik ke arah kanan dan kirinya, lelaki tadi tengah mendengarkan musik dari earphone yang terpasang di handphone miliknya.

"Sroottt.."

Tzuyu memegang tisu yang baru di pakainya, masa bodoh jika ada yang menyadari tindakan joroknya barusan.

Ia kembali mengoceh, menyuarakan kekesalannya. "Udah gitu tiba-tiba ulangan. Padahal kemarin pas ditanya gak ada ulangan," kali ini tangisannya mulai reda, bibirnya mengerucut kesal sembari mengingat-ingat hal yang membuatnya kesal sampai menangis, "Yakin banget, nilainya pasti gak bagus."

Tzuyu memukul pelan kepalanya, "Tzuyu.. kamu kok bisa sial banget sih?"

Ia sedikit berteriak karna frustasi, saking seriusnya mengomel Tzuyu bahkan tak sadar kalau lelaki tadi sudah melepas salah satu earphone di telinganya dan ikut mendengar keluhan kekesalan gadis itu.

Notes (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang