01

164 7 0
                                    


Januari 2018

"Ah, iya... maaf banget anakku sakit, kayaknya hari ini ngga bisa kesana deh. Kalau digantikan sama konsultan lain gimana? Hm... oke, nanti aku kabari lagi ya. Oke, terima kasih..." Maria menutup telepon dan menghela nafas , kemudian ia berjalan ke ruangan di sampingnya.

"Manda, bisa ngobrol sebentar ngga?" dia melongokkan kepalanya di pintu ruang konsultasi teman sekantornya.

"Bisa, masuk aja sini,"

Di meja itu tertulis Amanda Kanilla, Konsultan Nutrisi. Amanda merupakan wanita dengan rambut lurus sepanjang bahu dan memiliki wajah yang ramah. Dia sudah cukup lama bekerja sebagi konsultan nutrisi di Health and Fit. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang menjual bahan makanan organik, penyedia jasa konsultasi nutrisi, serta memiliki katering diet bagi orang sehat atau dengan diet tertentu.

"Nda, kamu tahu kan kalau perusahaan kita mau kerjasama ngisi program di Ina-TV? Harusnya hari ini aku tapping disana, tapi anakku sakit, aku harus pulang on time. Kalau kamu gantiin aku hari ini bisa ngga?"

"Waduh, dadakan banget Mar..."

"Mulainya nanti jam dua siang kok, masih lama. Kalau kamu bisa, nanti aku kasih materinya, gimana?"

"Boleh deh, tapi sekali ini aja ya,"

Maria tersenyum senang, "Makasih banyak Manda sayang, biar aku konfirmasi sama pihak Ina-TV dulu ya. Nanti kalau udah disana, kamu langsung temuin Bu Adelia, yang waktu itu bikin kontrak kerjasama ke kita,"

"Okay,"

Maria keluar dari ruang kerja Amanda. Sebelum menutup pintu, dia berbalik, "Jangan lupa dandan yang cantik, makasih Manda."

Amanda hanya tersenyum kecil. Ina-TV ya, apa di Ina-Tower nanti bisa ketemu dia? Pikirnya.

❀ ~ ☘ ~ ❀


Yudhistira tampak menunggu seseorang di lobi Ina-Tower, beberapa kali ia melirik telepon genggamnya.

"Yudhis!" panggil seseorang dengan seragam reporter dari arah pintu masuk.

"Lama amat, macet?" tanya Yudhis setelah menghampiri gadis itu.

"Namanya juga Jakarta," gadis itu tersenyum. Dari name tag yang digunakannya, dapat terbaca nama Daniela Zara, tapi di lingkup pergaulannya hampir semua orang memanggilnya Lala.

"Panas ya? Nih minum," Yudhis menyodorkan ice lemon tea yang sedari tadi dibawanya.

"Bangeett... makasih ya," Gadis itu tersenyum lebih girang dan mulai meminum ice lemon tea-nya

"Kamu udah ketemu Dimas?"

"Oh iya sampai lupa. Dia bilang, kalau ada waktu, kamu suruh mampir." Lala meminum ice lemon tea-nya lagi, "Hm, aku duluan ya Dhis, ntar kalau kamu udah kelar, duluan aja pulangnya. Aku bisa pulang naik ojek. Kayaknya aku masih harus kerja sampai agak malam."

Yudhis mengusap rambut panjang Lala, "Bener ngga mau ditungguin?"

"Hush, inget ini kantor. Jangan main elus-elus," tangan Lala menepis usapan tangan Yudhis, "Udah ya, buru-buru nih. Daahh..." ujarnya setengah berlari menuju lift.

"Bye..." Yudhis melambaikan tangan ke arah Lala, pacarnya selama lima tahun ini.

Mereka bekerja di gedung yang sama, Lala sebagai reporter, sedangkan Yudhis sudah menjadi salah satu manajer di bagian marketing. Tapi meskipun mereka bekerja di dalam satu gedung, mereka sering kesulitan bertemu karena jadwal kerja Lala yang padat dan sering terjun ke lapangan.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang