Lala sedang duduk sembari menonton YouTube via ponselnya di dapur ketika Yudhis datang. Dahinya berkerut hampir menautkan kedua alisnya karena terlalu asik menonton.
"Nontonin apa sih?" Yudhis membungkukkan tubuhnya, mencoba ikut menonton video yang diputar Lala.
"Ini, cara bikin cookies. Bikin ini yuk," gadis itu tersenyum penuh semangat.
Yudhis menaikkan alisnya, "Memangnya bisa?" ledeknya.
"Ya dicoba aja dulu. Kayaknya gampang kok," Lala menjawab cuek.
"Ya udah, sini aku bantuin. Bahannya ada semua ngga? Apa mau beli dulu?"
Lala bangkit dari tempat duduknya, "Barusan sih aku lihat ada semua. Coba aku keluarin satu-satu deh," ucapnya sambil membuka-buka lemari tempat ibunya menaruh bahan makanan.
Yudhis mengikuti Lala, "Memangnya butuh apa aja?"
"Tepung, gula, mentega..." ucap Lala sembari mengecek resep melaui ponselnya.
Yudhis meraih timbangan bahan makanan yang terletak cukup tinggi di bagian atas lemari, "Berapa? Aku bantu timbang sini,"
Lala kemudian mengeluarkan bahan satu per satu dan menyebutkan jumlahnya sehingga Yudhis bisa membantunya menimbang. Ketika mereka berdua hampir selesai menyiapkan bahan, ayah Lala memasuki dapur.
"Mau bikin apa?" tanyanya melihat-lihat apa yang dilakukan Lala dan Yudhis.
"Mau bikin chocochip cookies," jawab Lala. Dirinya sedang mengambil sebuah wadah yang cukup besar untuk mencampur bahan-bahan yang sudah ditimbang oleh Yudhis.
"Kalau belajar masak itu bikin lauk, jangan cuma bikin kue. Coba kamu belajar bikin sayur asem apa pepes ikan gitu,"
Lala mendengus membalas ucapan ayahnya, "Orang pinginnya bikin cookies, kok. Lagian kan mama juga udah masak,"
"Makanya kalau mama kamu lagi masak, bantuin," ucap ayahnya lagi.
"Iya, besok Lala bantuin," jawab Lala hanya sekadar supaya ayahnya berhenti berkomentar.
Gadis itu berulang kali melihat video di ponselnya dan mengikuti langkahnya satu per satu. Yudhis bisa melihat bagaimana gadis ini nampak bingung dan cukup kesulitan mengikuti langkah demi langkah pembuatan cookies itu.
"Ovennya kamu nyalain dulu lah, biar nanti masuk udah panas," ayah Lala mengingatkan mereka. Belum ada oven yang mereka siapkan sejak tadi. Oven yang seharusnya mereka pakai masih berada di atas lemari.
"Aku ambilin sebentar ovennya," Yudhis dengan sigap mengambilkan oven dan meletakkannya di atas kompor, kemudian menyalakan apinya.
"Kecil dulu aja apinya, Dhis. Yang penting panas dulu," ucap ayah Lala lagi. Sepertinya beliau lebih mengetahui jalan pembuatan kue dibanding kedua anak muda di depannya.
Lala masih mengaduk-aduk adonan karena merasa kurang rata, namun tiba-tiba ayahnya menegur lagi.
"Lala, ngaduknya jangan kelamaan. Nanti mateng,"
Gadis itu kebingungan, "Orang belum dimasukin ke oven kok udah bisa mateng sih?"
"Dibilangin ngga percaya. Bantet nanti kue kamu," lanjut ayahnya, "Kamu ambil sendok yang buat ngambil es krim tuh Dhis. Dicetak pakai itu aja biar seragam besarnya,"
Yudhis menurutin ucapan ayah Lala. Diambilnya sebuah ice cream scoop dan diletakkannya di samping loyang yang akan digunakan untuk memanggang.
Laki-laki itu memperhatikan Lala, sangat berbeda jauh dari apa yang ia alami ketika sedang memasak bersama Amanda. Amanda terlihat sangat terbiasa berada di dapur dan tidak memerlukan bantuan lagi. Waktu itu Amanda meminta Yudhis mengerjakan beberapa bagian hanya supaya pekerjaan mereka lebih cepat selesai. Namun sebenarnya Yudhis tahu, tanpa bantuannya pun Amanda bisa melakukan semuanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Memory
RomanceSeberapa lama Kau bisa bertahan ketika Kau menyukai seseorang? Apakah sehari? Seminggu? Setahun? Sepuluh tahun? Apakah menyukai seseorang begitu sulit sehingga Kau harus menyerah, atau justru begitu menyenangkan hingga Kau tidak dapat berhenti? Apak...