30

18 4 0
                                    

Gina membuka matanya. Ia sudah hampir tertidur saat dirinya mendengar suara teriakan. Suara itu terdengar seperti suara Amanda.

Benarkah temannya itu baru saja berteriak? 

Sepertinya tidak mungkin. Ini sudah hampir tengah malam. Lagipula untuk apa gadis itu berteriak? Amanda pasti sedang mengobrol dengan Yudhis di luar.

Gina bangkit dari tempat tidurnya dan memilih membersihkan wajahnya di kamar mandi. Sisa make up di jawahnya harus dibersihkan sebelum menimbulkan masalah besok pagi.

Dengan langkah yang berat, Gina memasuki kamar mandi dan membersihkan wajah serta mengganti bajunya.

Saat Gina keluar dari kamar mandi, Gina melihat Amanda membanting pintu rumah dan berjalan sambil menangis. Langkah Amanda begitu terburu-buru, seakan gadis itu ingin cepat memasuki kamarnya.

Gina mengejar Amanda. Gadis itu masih menangis dan dengan tangan bergetar, berusaha membuka kunci pintu kamarnya. Gina bisa merasa ada yang tidak beres. Mungkin benar suara teriakan yang ia dengar tadi adalah suara Amanda.

Mungkinkah Amanda bertengkar dengan Yudhis? Atau lebih buruk dari itu?

Melihat kondisi Amanda sekarang, mungkinkah Yudhis memilih kembali pada kekasihnya?

"Manda," Gina mencoba meraih Amanda, mungkin sebuah pelukan dapat menenangkan Amanda.

Namun gadis itu mengabaikan Gina. Amanda langsung memasuki kamarnya ketika pintu terbuka. Dengan cepat Amanda menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Gina yang masih kebingungan di depan pintu kamarnya.

"Amanda, lo kenapa?" Gina mengetuk pelan pintu kamar Amanda dan bertanya lembut.

Tidak ada jawaban, hanya isakan tangis Amanda yang terdengar semakin kencang.

Gina diam dan menunggu. Ia menimbang-nimbang apakah sebaiknya dirinya tetap berusaha menenangkan Amanda dari luar, atau membiarkannya sendiri seperti saat Amanda menangis beberapa hari yang lalu.

Baru saja Gina berpikir untuk menunggu tangis Amanda reda dari sofa ruang tengah, Gina justru mendengar suara kaca yang pecah dari dalam kamar Amanda.

Gina panik dan menggedor pintu kamar Amanda. Pintu yang terkunci membuatnya menggedor pintu kamar Amanda kuat-kuat.

"Amanda! Buka pintunya, Amanda! Kamu kenapa di dalem?" Gina masih berusaha menggedor pintu itu. Dirinya sudah memikirkan hal-hal buruk yang dapat terjadi pada Amanda.

Suara tangisan Amanda masih terdengar.

Gina berpikir untuk mendobrak pintu kamar Amanda. Saat Gina mundur dan mengambil ancang-ancang, seketika pintu itu terbuka. Sontak Gina mendekati Amanda dan memeriksa apakah gadis itu baik-baik saja.

Amanda berdiri lemah di ambang pintunya dengan penampilan sangat kacau. Satu-satunya hal yang dapat dilakukannya adalah memeluk Gina dan menumpahkan tangisnya di sana.

Gina memandang kamar Amanda yang terbuka di depannya. Pecahan cermin berserakan di lantai. Gadis itu bernafas lega karena tidak ada noda darah di sana.

Guncangan tubuh dan isakan tangis Amanda menyadarkan Gina bahwa gadis itu sedang memeluknya. Gina membalas pelukan Amanda dan berusaha menenangkannya.

Gina belum tahu apa yang terjadi, tapi ia tahu malam ini dirinya akan menghabiskan banyak waktu dengan Amanda.


Amanda menutup pintu rumah dan berjalan cepat menuju kamarnya. Dibukanya tas tangannya untuk mencari kunci kamar. Saat Amanda melewati ruang tengah, Gina sepertinya baru saja keluar dari kamar mandi. Amanda mengabaikan Gina, ia hanya ingin masuk ke dalam kamar dan menangis di sana sepuasnya.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang