07

21 8 0
                                    

Februari 2018

Yudhis sudah siap meninggakan kantornya sore ini ketika satu pesan chat dari Wisnu masuk ke dalam ponselnya.

Dhis, hari ini tapping telat, Amanda baru selesai setengah jam lagi.

Yudhis tidak mengerti apa maksud Wisnu, tapi jelas laki-laki itu ingin Yudhis menemui Amanda sepulang tapping. Mungkin dia hanya ingin dibantu untuk mendekati Amanda.

Yudhis bimbang. Setelah ini dirinya tidak memiliki acara penting dan hanya akan kembali ke apartemen. Yudhis bisa saja menemui Amanda sekarang, namun ia tidak bisa memastikan bahwa dirinya tidak akan ingin kembali bertemu gadis itu ketika mereka berpisah nanti.

Seperti ada hal yang masih tertinggal tentang Amanda. Rasanya Yudhis hanya ingin terus bertemu dan menceritakan tentang hari-hari saat mereka tak bisa berjumpa. Tapi Yudhis tahu, perasaan seperti itu jika dipupuk hanya akan menghadirkan kesalah pahaman. Lagi pula, Yudhis belum tahu benar bagaimana perasaan Amanda. Apakah benar dulu gadis itu pernah menyukainya, dan apakah sekarang gadis itu memiliki persaaan lebih padanya.

Yudhis masih menimbang-nimbang. Jika hari ini ia menemui Amanda, apa alasan yang bisa dibuatnya? Gadis itu bisa saja mencurigainya macam-macam jika setiap minggu Yudhis selalu menemuinya. Tapi jika sore ini Yudhis tidak menemui Amanda, entah mengapa Yudhis merasa kehilangan kesempatan.

Dengan ragu, ditekannya tombol lift, mengarah pada studio tempat Wisnu dan krunya bekerja.


"Maaf ya Bu Amanda, hari ini jadi pulang hampir malem kaya gini. Lain kali kami usahain ngga ada kendala kayak tadi. Saya bener-bener ngga enak," ucap Wisnu sambil mengantar Amanda keluar dari set tapping.

"Ngga masalah kok, lagian saya juga ngga lagi buru-buru," jawab Amanda ramah, "Kalau gitu saya duluan ya Pak,"

"Hei kalian," sapa Yudhis yang tiba-tiba sudah berada diantara mereka, "Baru kelar?"

"Barusan ada trouble, jadi agak mundur dari jadwal," jawab Wisnu, "Baru pulang juga?" lanjutnya basa-basi.

"Iya. Kebetulan habis lewat sini juga," Yudhis jelas berbohong. Lantai ini bukan ranah kerja Yudhis biasanya. Yudhis hanya berharap Amanda tidak menyadari kebohongannya. Demi menemui Amanda, Yudhis sudah rela menunggu lebih dari tiga puluh menit di lorong ini.

"Oh, mau pulang nih?" pancing Wisnu.

"Iya, baru mau ke basement. Kamu mau pulang juga, Amanda?"

"Iya, saya mau turun ke lobi," Amanda terlihat sudah terbiasa dengan keberadaan Yudhis. Gadis itu tidak lagi gugup melihat Yudhis yang muncul tiba-tiba seperti tadi.

"Kalau gitu aku anter aja ya. Kamu kemarin naik ojeg, pasti tinggalnya ngga jauh kan?" ajak Yudhis tiba-tiba.

Kali ini Amanda dibuat terkejut dengan ajakan Yudhis. Berada dalam satu mobil dengan Yudhis akan membuat debaran jantungnya yang sudah mulai terkontrol menjadi lagi-lagi tidak beraturan.

"Oh, ngga Kak. Saya naik ojeg aja kayak kemarin. Udah biasa kayak gitu kok," gadis itu berusaha menolak tawaran Yudhis. Ia masih belum siap harus menghabiskan waktu berdua lagi dengan Yudhis.

"Bareng aja, Bu. Mumpung Yudhis lagi baik loh, Bu Amanda," Wisnu ikut membujuk Amanda.

"Kalau kamu mau makan dulu sebelum pulang juga ngga apa-apa," tambah Yudhis.

"Ngga Kak, beneran, aku bisa naik ojeg aja kok," Amanda bisa merasakan, bahwa terdengar nada kepanikan dalam kalimatnya tadi. Gadis itu berharap Yudhis dan wisnu tidak menyadarinya.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang