22

13 5 0
                                    



Yudhis mempersilahkan Amanda masuk ke dalam apartemennya. Gadis itu takjub dengan apartemen kecil Yudhis yang terlihat rapi. Entah laki-laki ini yang memang rapi atau ia sengaja merapikan semua ini karena Amanda akan datang kemari.

"Duduk dulu, biar aku ambilin barangnya," Yudhis mempersilahkan Amanda untuk menunggu di ruang tengah sementara dirinya masuk ke kamar untuk mengambilkan benda yang ingin ia tunjukkan pada Amanda.

Amanda duduk di salah satu sofa di sana. Apartemen Yudhis bergaya minimalis dan tidak memiliki banyak perabotan. Nuansa putih kecoklatan terlihat mendominasi tempat itu. Hampir tidak ada hiasan dinding atau hiasan meja di apartemen Yudhis, sepertinya laki-laki ini tidak terlalu memperhatikan detail seperti itu.

Yudhis sudah datang kembali dengan sebuah kotak besar berwarna biru tua yang terlihat kusam dan mengelupas di beberapa bagian. Diletakkannya benda itu di atas meja, "Bu ahli gizi, disini adanya cuma kopi, teh, sama minuman kemasan. Mau yang mana?" tanyanya setengah menggoda Amanda.

"Air putih ngga ada?" tanya Amanda keheranan. Tidak mungkin seseorang tinggal di tempat yang tidak menyediakan air putih kan?

Yudhis tertawa kecil, "Ya ada sih, tapi kan ngga enak masa nawarin tamu cuma air putih,"

"Tapi kan sehat," Amanda berusaha memotong ucapan Yudhis.

"Aku bikinin teh, mau? Green tea?"

Amanda tertawa, "Green tea lagi?"

"Ada teh biasa juga sih kalau mau,"

"Ya udah, aku bantu bikin aja deh. Kakak mau bikin apa?" Amanda mencoba beranjak dari tempat duduknya, namun Yudhis dengan sigap menahannya.

"Jangan. Sekarang kan kamu tamunya, jadi aku yang bikinin air," cegahnya.

"Hm, oke. kalau gitu teh biasa aja,"

"Ngga pakai gula," Yudhis menambahkan karena sudah mengetahui apa kebiasaan Amanda.

Gadis itu mengangguk seraya tersenyum, "Makasih ya,"

"My pleasure," jawab Yudhis seraya berjalan ke arah dapur.

Karena ruang tengah dan dapur hanya dipisahkan oleh sebuah minibar, Yudhis masih bisa melihat Amanda walaupun ia berada di dapur.

"Kak, ini kotak apa? Boleh aku buka?" tanya Amanda penasaran karena sejak beberapa hari yang lalu Yudhis berkata ingin menunjukkan sesuatu padanya. Hari ini laki-laki itu meletakkan kotak itu di meja yang berada persis di hadapan Amanda, seharusnya isi kotak inilah yang ingin ditunjukkan Yudhis padanya. 

Melihat besarnya kotak ini, Amanda jadi bertanya-tanya apa saja yang disimpan Yudhis dalam kotak ini. Benarkah isi kotak ini bisa membuat Amanda yakin dengan pilihannya untuk tetap bersama Yudhis sekarang?

"Boleh. Liat-lihat aja dulu," jawab Yudhis santai seraya menyalakan coffee maker-nya. Jika Amanda menyukai teh tanpa gula, Yudhis adalah penggemar kopi. Setiap ada kesempatan, ia akan memilih untuk meminum kopi.

Ekor mata Yudhis memperhatikan Amanda yang mengambil kotak itu dan membukanya.

Gadis itu melihat gulungan-gulungan kertas dan juga tumpukan kertas-kertas gambar yang berisikan sketsa-sketsa. Amanda tersenyum. Sepertinya ini adalah kertas hasil karya Yudhis sejak beberapa tahun yang lalu karena kertasnya telah menguning.

"Ini semua bikinan Kakak?" tanyanya sembari mengambil tumpukan kertas itu.

Yudhis hanya diam, sengaja tidak menjawab. Ia hanya memperhatikan Amanda dari dapur sembari membuatkan Amanda teh.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang