Yudhis menyetir dengan kalut. Terburu-buru ingin cepat sampai di tujuan dan melihat keadaan Lala.
Satu jam yang lalu Dimas memberi tahunya bahwa Lala mengalami kecelakaan. Gadis itu berangkat menuju Cimahi pagi tadi untuk melakukan liputan. Kabar yang Dimas dapatkan dari orang tua Lala, mobil mereka mengalami kecelakaan karena tertabrak truk pengangkut barang. Rem truk itu blong sehingga mengakibatkan tabrakan beruntun sore tadi di jalan besar Cimahi. Salah satu korban kecelakaan itu adalah kru yang baru saja akan kembali ke Jakarta setelah selesai liputan.
Kondisi Lala yang sempat terjepit membuat kaki gadis itu patah dan harus menjalani operasi secepatnya. Ayah Lala sudah meminta agar gadis itu menjalani operasi di rumah sakit di Bandung saja, dan melanjutkan sisa perawatannya di sana. Saat Dimas meneleponnya tadi, Lala sudah masuk ke ruang operasi dan yang menunggui disana hanya Dimas dan orang tua Lala.
Yudhis kesal pada Dimas yang baru memberitahunya sekarang. Dimas kemungkinan sudah mengetahui keadaan Lala sejak sore karena sekarang laki-laki itu sudah berada di Bandung. Sedangkan Yudhis, perjalanan yang harus ditempuhnya masih lebih dari dua jam walaupun ia memacu kecepatan mobilnya sekarang.
Untung saja jalanan tidak padat karena hari sudah malam dan ini bukan akhir pekan. Tapi menyetir sendirian di saat seperti ini tentu saja bahaya. Dirinya sudah terlalu lelah dan seharusnya sudah beristirahat di apartemennya. Tapi yang terjadi, ia harus menyetir sendirian dengan pikirian yang tidak tenang.
Sudah lewat tengah malam ketika Yudhis sampai di rumah sakit. Dengan terburu-buru, ia mencari letak ruang operasi. Saat Yudhis menghubungi Dimas beberapa menit yang lalu, Dimas mengatakan bahwa operasi Lala belum selesai. Kaki kiri Lala patah di beberapa bagian karena ia terjepit cukup lama. Gadis itu juga kehilangan banyak darah hingga kondisinya tadi sempat memburuk.
Yudhis memasuki ruang tunggu kamar operasi. Ia melihat ibu Lala sedang duduk dan berdoa, sementara Dimas dan ayah Lala sedang berbincang dengan suara pelan. Tidak ada orang lain yang berada di sana.
"Udah dateng, Dhis?" ayah Lala adalah orang pertama yang menyadari kedatangan Yudhis.
Yudhis segera mendekat dan mencium tangan ayah dan ibu Lala. Penampilannya acak-acakan. Ia hanya menggunakan kaus dan celana training. Rambutnya tidak disisir, dan kantung matanya mulai menghitam karena tidak dapat tidur nyenyak di malam sebelumnya, dan belum tidur hari ini.
"Lala gimana, Pa?"
"Udah di dalem dari tadi. Katanya tiga jam, tapi ternyata sampai sekarang masih di dalem. Doa aja semoga semuanya lancar," ayah Lala berucap tenang.
Yudhis tertunduk. Sedari tadi tak ada henti-hentinya Yudhis berdoa. Ia bahkan sempat menyalahkan dirinya sendiri. Walaupun Dimas mengatakan bahwa truk itulah penyebab kecelakaan ini, namun Yudhis masih berpikir bahwa mungkin saja dirinya ikut andil membuat Lala berada dalam kondisi seperti sekarang.
"Maaf, keluarga Daniela Zara?" seorang perawat masuk ke dalam ruangan dan membuat keempat orang yang ada di ruangan itu menatapnya.
"Iya, saya ayahnya," ayah Lala maju dan mendekati perawat itu.
"Operasinya sudah selesai, Pak. Kondisinya juga bagus. Nona Daniela sebentar lagi akan kami pindahkan ke ruang ICU untuk observasi. Jika kondisinya sudah stabil, akan kami pindahkan lagi ke ruang perawatan,"
Ada hela nafas penuh kelegaan yang terdengar memenuhi ruangan itu. Orang tua Lala tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur. Yudhis mengusap wajahnya yang letih dan ikut bersyukur karena operasi yang memakan waktu itu telah berakhir. Dimas berada di sudut ruangan, hanya terdiam dan merasakan beban besar yang menghimpitnya sedari tadi sudah hilang sebagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Memory
RomanceSeberapa lama Kau bisa bertahan ketika Kau menyukai seseorang? Apakah sehari? Seminggu? Setahun? Sepuluh tahun? Apakah menyukai seseorang begitu sulit sehingga Kau harus menyerah, atau justru begitu menyenangkan hingga Kau tidak dapat berhenti? Apak...