"Kamu minggu ini tapping hari apa?" tanya Yudhis ketika dirinya dan Amanda sudah berada di dalam mobil saat perjalanan pulang.
"Hari Kamis,"
"Yah, Kamis siang aku ada meeting di luar lagi. Ngga bisa ketemu deh," Yudhis melirik Amanda di sampinya.
Gadis itu tersenyum kecil, "Ngga apa-apa. Bisa ketemu besok-besok lagi,"
Yudhis ikut tersenyum mendengar jawaban Amanda.
Laki-laki itu teringat sesuatu. Selepas akhir minggu ini memang mereka akan lebih mudah bertemu. Lala akan pergi ke London pada hari Minggu sore supaya bisa sampai di London Senin pagi sebelum acara pembukaan short coursenya. Setelah itu, Yudhis memiliki banyak waktu yang dapat dihabiskan bersama Amanda.
"Oh iya Kak, Jumat malem aku mau jemput Oka di bandara. Dia ngisi seminar hari Sabtu,"
Yudhis menoleh lagi, "Oh, kamu jemput sendirian?"
"Iya," jawab Amanda singkat.
"Kalau malem banget, biar aku anter deh. Bandara lumayan jauh loh dari sini,"
Amanda tersenyum, "Ngga apa-apa, Kak. Aku udah biasa kok,"
Yudhis menghela nafas. Benar juga. Gadis ini memang sudah terbiasa kemana-mana sendirian. Tapi perempuan pergi malam-malam seorang diri, tetap saja berbahaya.
Oka itu sebenarnya laki-laki macam apa? Bukankah ia seharusnya bisa pergi ke hotel sendiri tanpa dijemput Amanda? Seharusnya Oka juga memikirkan keselamatan Amanda, bukannya meminta gadis ini menjemputnya di bandara sendirian.
Tanpa sadar Yudhis merasa kesal karena memikirkan Amanda yang akan pergi sendirian ke bandara nanti.
"Jangan kebiasaan pergi sendirian malem-malem. Besok kalau mau ke bandara biar aku anter ya," ucap Yudhis sembari mengusap rambut Amanda dengan satu tangannya.
"Aku ngga enak ngerepotin Kakak. Kan ini acara aku sendiri. Oka juga ambil penerbangan paling cepet sehabis dia pulang ngajar di kampus kok,"
"Ngga apa-apa. Aku juga kenal sama dia. Udah lama ngga ketemu juga kan. Anggap aja ketemu temen lama," ucap Yudhis berusaha meyakinkan Amanda.
Gadis itu akhirnya melempar senyum, "Thanks ya Kak,"
Sepertinya, berada di samping Yudhis akan membuat beberapa kebiasaan Amanda berubah. Gadis itu harus mengingat bahwa kini ia tidak lagi menghabiskan sebagian besar waktunya sendirian.
❀ ~ ☘ ~ ❀
"Haaii..." Amanda merentangkan tangan dan memeluk Yasmin yang baru saja keluar dari pintu kedatangan.
Yasmin membalas pelukan Amanda walau satu tangannya menggendong Bisma, putranya yang terlihat sudah sangat mengantuk.
"Hai Amanda. Sehat?" Bisma yang hanya disangga satu tangan dalam pelukkannya tampak menggeliat kurang nyaman.
"Duh, Bisma capek ya? Ngantuk ya, Nak?" Amanda mengusap pipi tembam Bisma yang baru saja menguap dan menutup matanya.
"Iya Tante, Bisma kalau di Bali udah bobo jam segini," ucap Yasmin menirukan suara anak kecil. Dibetulkannya pelukkannya untuk Bisma supaya bayi itu kembali nyaman.
"Apa kabar, Nda?" sebuah suara dari samping Yasmin menyapa Amanda.
"Kabar baik, Ka. Kamu?" Amanda menepuk pundak Oka. Laki-laki itu menyeret sebuah koper yang tidak terlalu besar, menggendong tas ransel di pundak, dan menyelempangkan sebuah tas cukup besar yang berisi seluruh perlengkapan bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Memory
RomanceSeberapa lama Kau bisa bertahan ketika Kau menyukai seseorang? Apakah sehari? Seminggu? Setahun? Sepuluh tahun? Apakah menyukai seseorang begitu sulit sehingga Kau harus menyerah, atau justru begitu menyenangkan hingga Kau tidak dapat berhenti? Apak...