Maret 2018
"Kamu mau langsung pulang atau mau jalan-jalan dulu?" tanya Yudhis pada Amanda, mereka baru saja selesai makan malam dan memasuki mobil.
"Kalau ke toko buku dulu gimana Kak? Ada novel yang mau aku beli,"
"Kamu masih baca novel?"
Amanda meringis, "Masih, buat refreshing kadang-kadang,"
Yudhis hanya tertawa kecil karena mengetahui kebiasaan gadis itu membaca novel ternyata belum hilang, "Ya udah, kita ke toko buku dulu sebelum pulang," Yudhis menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju toko buku di dekat sana.
Sesampainya di toko buku, Amanda langsung menghampiri bagian cerita fiksi dan mencari novel Origin dari Dan Brown yang sudah rilis sejak Oktober tahun lalu.
"Dan Brown?" tanya Yudhis ketika melihat novel bersampul biru dengan sebuah bentukan spiral putih pada sampulnya yang diambil Amanda.
"Iya. Udah lama banget mau beli novel ini, tapi selalu aja ngga sempet ke toko buku,"
"Kamu memang suka Dan Brown?"
"Suka. Aku udah baca sejak SMA. Waktu itu The Da Vinci Code, terus aku lanjutin baca yang lain juga kayak Deception Point, Digital Fortress, Angels and Demons, sampai judul yang lain juga,"
Yudhis tidak terlalu familiar dengan judul-judul novel yang disebutkan Amanda karena dirinya bukan penggemar novel. Ia hanya mengetahui Dan Brown karena itu adalah salah satu penulis favorit adiknya. Menurut Risa, Dan Brown bisa menuliskan ceritanya secara detail hingga membuat pembaca bisa mengikuti imajinasi penulis dengan runut.
"Kenapa kamu suka Dan Brown?" tanya Yudhis ingin mengetahui persepsi Amanda tentang penulis itu.
"Bangunan atau benda yang ada di novel Dan Brown selalu bangunan asli. Misalnya nih, katanya di novel ini ngambil latar di Museum Guggenheim Bilbao. Museum itu memang bener-bener ada di Spanyol dan segala karya seni yang ditulis di novel ini semuanya berdasarkan karya seni asli yang ada di museum itu,"
Yudhis memperhatikan binar mata Amanda yang bersemangat menceritakan apa yang disukainya tentang karya Dan Brown.
"Aku jadi inget dulu kamu pernah berebut novel sama Gerald di sekolah," Yudhis menyenggol lengan Amanda untuk menggodanya.
Amanda cemberut. Gara-gara ia berebut novel Harry Potter saat itu, ia jadi dijuluki Harry Potter oleh Gerald.
"Iya, sampai dipanggil Harry Potter juga sama dia gara-gara itu,"
Yudhis tertawa. Sepertinya hingga sekarang Gerald juga masih memanggil Amanda seperti itu. Awalnya Gerald memanggi Amanda Harry Potter hanya untuk lucu-lucuan, tapi lama-kelamaan Gerald lebih memilih memanggil Amanda seperti itu karena Yudhis benci mendengar nama Amanda disebut.
"Udah, jangan diinget lagi," Yudhis mengusap rambut Amanda, "Masih ada yang mau dicari atau mau beli ini aja?" tanyanya.
"Aku sih ini aja. Kakak ngga mau beli buku juga?"
"Ngga deh. Hari ini aku nganter kamu aja," Yudhis tersenyum.
Laki-laki itu langsung mengantar Amanda pulang setelah mereka keluar dari toko buku. Dirinya dan Amanda juga harus beristirahat karena besok masih harus kembali bekerja.
"Amanda, hari Sabtu ini kamu ada acara?" tanya Yudhis sebelum Amanda memasuki rumah kontrakannya.
"Ngga ada,"
"Kalau aku ajak ke Dufan mau ngga?"
Amanda tertawa mendengar pertanyaan Yudhis. Dufan? Maksudnya ke tempat yang memiliki banyak wahana bermain itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Memory
RomanceSeberapa lama Kau bisa bertahan ketika Kau menyukai seseorang? Apakah sehari? Seminggu? Setahun? Sepuluh tahun? Apakah menyukai seseorang begitu sulit sehingga Kau harus menyerah, atau justru begitu menyenangkan hingga Kau tidak dapat berhenti? Apak...